28

49 20 17
                                    

"Van?" ucap Reza yang kini tengah memandang Zia dan Rini dengan tatapan terkejut. Bahkan sangat terkejut.

"Maaf, Pak. Silahkan." ucap Reza yang kini mempersilahkan tamunya untuk pulang dan langsung mengambil ponsel Ervan yang tergeletak ditanah.

Reza menyenggol bahu Ervan pelan, "Apaan sih, lo?"

Dan diseberang sana, Zia dan Rini menundukkan kepala kepada klien Ervan barusan. Setelah mobil mereka satu-persatu keluar, barulah Zia dan Rini menghampiri Ervan yang tidak beranjak.

"Lo? Kenapa jadi gini?" tanya Ervan ketika Zia ada dihadapannya. Ervan menajamkan penglihatannya pada seragam Zia.

"Apasih?" ucap Zia risih dan menyingkirkan tangan Ervan dari bahunya.

"Saya permisi." ucap Rini sopan. Sebelum Rini beranjak meninggalkan mereka, tangan Zia lebih dahulu menahannya.

"Saya juga permisi. Ayo, Rin!" ucap Zia kemudian lenyap dari hadapan Ervan dan Reza yang tengah memandang kepergiannya.

Sepeninggal Zia dan Rini, kini fokus Ervan berada pada seseorang disampingnya. "Ap-apa?"

"Ikut gue." titah Ervan pada Reza yang sedikit ketakutan dengan tatapan tajam dan membunuh darinya.

Sesampainya diruang CEO, ruangan Ervan. Reza akhirnya diwawancarai secara pribadi oleh Ervan.

"Jelasin. Kenapa dia jadi gitu?" tanya Ervan yang menaikkan kedua kakinya dimeja kerjanya.

Reza yang duduk dihadapannya hanya kikuk sendiri. "Dia yang minta gue. Dengan alasan, pengen jauhin elo."

Ervan membelalakkan matanya tidak percaya, "Jauhin gue? Gue?"

Reza hanya mengangguk saat Ervan menunjuk dirinya dengan telunjuknnya sendiri kemudian menggelengkan kepala.

"Anak siapa sih tuh anak?" ucap Ervan kesal.

"Kan elo yang pungut." ucap Reza kemudian dihadiahi tatapan membunuh Ervan.

Tak berapa lama, Ervan menengadahkan tangan kanannya pada Reza. Reza langsung tersenyum dan berjabat dengan Ervan.

"Gue maafin." ucap Reza.

Ervan langsung menarik tangannya, "Maafin pala lu? Gue minta ponsel gue."

Reza langsung memberikan ponsel Ervan yang tadi ia pungut. "Sana pergi!"

"Gitu aja marah. Makanya semua cewek jadi bosen sama lo." ucap Reza ketika hendak berdiri.

"Pergi atau gue tarik tunjangan kasur lo?" ancaman Ervan yang demikian membuat Reza langsung berlari keluar dari ruangan CEO iblis itu.

"Astaghfirullah!" teriak Reza ketika membuka pintu dan melihat Zia tengah membenarkan ikatan rambutnya.

Zia kemudian mendongak melihat kearah Reza yang kini diserang penyakit jantung mendadak. "Iket rambut lo!"

Zia kemudian mengikat rambutnya dengan cepat. "Sorry, gue nggak sengaja."

Reza hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Kenapa lo pake acara benerin rambut disitu sih? Udah kaya kuntilanak aja."

"Gue juga nggak tahu kalo rusaknya pas disini. Gue kan udah minta maaf." jawab Zia kemudian mendorong tubuh Reza kesamping yang menghalangi pintu.

"Masyaallah. Ervan mungut anak itu dari mana sih?" ucap Reza yang hampir terhuyung ke samping gara-gara ulah Zia.

"Apa lo bilang? Mungut?" tanya Zia yang memutar balik arahnya dan kini berhadapan lagi dengan wajah Reza.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang