23

76 32 20
                                    

Oke buat kalian yang bilang kalau part aku pendek, maaf ya. Ada alasannya kok, karena aku nggak mau bikin kalian bosen sama cerita ini. Jadi aku batasin maksimal 1300 kata doang ^-^

Next time deh aku bakal buat sampe 1500 kata per partnya. Tapi itu tergantung mood juga sih hehe.

***********************************
Rumah Sakit

Setelah beberapa jam dirumah sakit, akhirnya Zia sadar. Ayah Zia sangat bahagia mengetahui putrinya sudah sadar.

"Kamu nggak papa?" tanya Ayah Zia ketika Zia berusaha duduk dari tempat tidurnya.

Zia memegang kepalanya yang mungkin masih terasa pusing.

"Ayah?" ucap Zia memfokuskan matanya yang masih sedikit buram.

"Iya. Ini ayah. Kamu butuh sesuatu?" tanya Ayah Zia.

Zia hanya menggeleng.

"Siapa yang bawa Zia kesini?"

Ayah Zia tidak menjawab. Ia menyibukkan dirinya mengupas buah yang dibawakan Ervan.

Zia kemudian mengingat ingat kejadian apa yang menimpanya sehingga ia berakhir di ruangan bernuansa putih ini.

"Yah!" teriak Zia spontan membuat Ayahnya menghentikan kegiatan mengupas buah.

Zia membengkam mulutnya sendiri.

"Ayah maafin aku. " ucap Zia melepaskan tangan dari mulutnya.

Zia kemudian meraih tubuh ayahnya dan membawanya ke dalam pelukan.

"Kalau ada apa-apa, cerita sama ayah. Setidaknya dengan Ervan. Biar dia bisa lindungi kamu. " ucap ayah mengelus surai hitam milik Zia.

Zia melepaskan pelukannya. "Ervan?"

Ayah Zia mengangguk kemudian duduk di kursi sebelah Zia.

Ayah Zia kemudian bercerita semuanya dari mulai Ervan membawanya ke rumah sakit sampai menunjukkan video siapa dalang dibalik kejadian yang menimpa Zia.

Zia tidak percaya dengan apa yang barusan ayahnya katakan. Dari mulai menolong hingga mencari dalangnya, semua Ervan yang melakukan?

Dan juga, secepat ini?

"Ervan mana?" tanya Zia.

"Apapun yang terjadi ayah mau kamu ceritain. Tapi ketika kamu sudah siap. Ayah juga mau menjadi seorang ayah yang melindungi anaknya. " ucap Ayah Zia tanpa menjawab pertanyaan Zia.

Zia mengangguk. "Ervan mana, yah?"

"Pulang." jawab Ayah Zia.

Dengan cepat Zia meraih ponsel yang berada di nakasnya. Tidak mungkin ia menelpon Ervan saat ini, apalagi ada hal yang ingin Zia katakan.

Anda
Tolong jangan laporin mereka ke polisi.

Tak berselang lama, Ervan membalas pesan yang Zia kirimkan.

Ervan Gila
Kenapa?
Dia harus tau gimana rasanya sengsara.

Anda
Jangan gila!
Dia pacar lo kalau lo lupa.

Ervan Gila
Kalau lo belum tau, gue udah putus!

Anda
Gila! Beauty and the beast punah?

Ervan Gila
Bacot!
Eh, lu udah sadar?

Anda
Lo kira gue setan?
😑

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang