19

141 78 52
                                    

Kamar Ervan

Zia masih terduduk di kasur Ervan setelah menyiapkan baju seperti apa yang diperintahkan oleh Ervan.

Kemudian suara decitan dari pintu kamar mandi terdengar. Ervan keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk kecil di pinggangnya.

Untuk bagian atas dibiarkan terbuka oleh Ervan. Untuk apa juga ditutupi, laki-laki memang seperti ini bukan kalau sehabis mandi?

Zia berusaha membuang muka dari dada bidang Ervan, namun kepalanya tak mau diajak berkompromi. Sehingga, mau tidak mau Zia harus memandang lepas dada Ervan dan perutnya mungkin.

" Lo natap apa ngelamun? " tanya Ervan ketika menghampiri Zia yang tengah menikmati pemandangan eksotis.

" Woi! " teriakan Ervan seketika membuat kepala Zia menoleh untuk membuang wajahnya.

" Kenapa ngadep kesitu? " tanya Ervan bingung ketika Zia membuang wajahnya.

" Gue--gu--gue harus keluar! " ucap Zia kemudian langsung berdiri hendak meninggalkan Ervan dan pikiran liarnya.

" Dasar aneh " ucap Ervan kemudian memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Zia.

**********************************
Ruang Tamu

Zia keluar dari kamar Ervan dan langsung mengibas-kibaskan kepalanya, membuang jauh pikiran liarnya itu.

" Non Zia kenapa? Pusing? " tanya Mbok Dar yang muncul dibelakang Zia.

" Masyaallah, Mbok! Permisi dulu kek kalo mau nanya. Jangan asal nongol gitu! " ucap Zia terlonjak kaget dengan kemunculan Mbok Dar.

" Non Zia kira saya ini tamu? Kan yang disini tamu Non Zia. " jawab Mbok Dar.

" Buk--bukan gitu Mbok. " ucap Zia menahan segala emosi di kepalanya.

" Udahlah Mbok. Capek saya. " ucap Zia lagi kemudian duduk di sofa.

" Non Zia mau saya kasih obat sakit kepala? " tawar Mbok Dar.

Zia menoleh. Ingin sekali menenggelamkan ART tua ini ke dalam kawah gunung Merapi.

" Mbok pergi aja ke dapur. Pusing saya ilang kalo Mbok pergi dari hadapan saya. " jawab Zia.

" Yaudah. Bye! "

Zia cengo melihat respon dari Mbok Dar. Sejak kapan ia belajar bahasa Inggris?

" Buruan! " ucap Ervan ketika Zia baru saja rehat sejenak.

" Baik, Tuan. " jawab Zia kemudian berdiri.

" Kenapa lo pake ginian lagi? " tanya Zia pada Ervan yang sudah memakai kacamata dan tompel palsunya.

" Panjang. Lo kalo kepo, ceritain dulu masalah lo! " jawab Ervan kemudian bergegas meninggalkan Zia.

" Ogah ya! " ucap Zia lalu mengejar langkah Ervan.

***********************************
Universitas Madya

" Lo jangan ikutin gue! " ucap Ervan kemudian melenggang pergi dari hadapan Zia.

" Ye! Bilang makasih kek! " ujar Zia sebal setelah menutup pintu mobil.

" Sabar Zia. Anak orang kaya dia. " ucap Zia mengelus dadanya.

***********************************
Cafetaria

Ervan tengah duduk dipojokan cafetaria. Menunggu Mikha yang belum lama ini ia tinggalkan tanpa kabar.

Ervan tersenyum setelah beberapa saat Mikha muncul. Mikha berjalan menghampiri bangku Ervan.

" Hai, sayang. " sapa Mikha

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang