1

277 160 139
                                    

Rumah sementara Ervan.

Bandung. Inilah salah satu kota yang terkenal dengan kesejukannya di Indonesia. Bukan kesejukanlah yang mengundang seorang CEO Avirttan mendatangi kota ini. Melainkan Mikha, gadis cantik berambut panjang dan berhidung mungil alasannya.

Ervan menatap lesu rumahnya. Rumah yang tidak berlantai dua seperti rumah Papa dan Mamanya. Rumah yang tidak dilengkapi alat-alat gym seperti apartemennya. Hanya berdinding kokoh dan sederhana.

Bukannya Ervan tidak mampu menyewa tempat tinggal yang layaknya apartemen megah miliknya. Sayang nya ia berprinsip totalitas agar rencana mendapatkan istri yang tulus tercapai.

Ervan memasuki gerbang bercat hitam sederhana itu. Membuka pintu dan masuk ke dalam rumah sederhana dimatanya.

Bagi orang biasa, rumah itu cukup layak bahkan sangat layak untuk ditinggali. Tidak bagi seorang Andervan Crissio yang terlahir kaya raya seperti ini.

" Laper, lagi. " ucap Ervan menaruh dua koper besarnya sembarangan.

Ia menoleh jam tangan yang tertempel pas ditangannya. Pukul 2 sore. Pantas saja perut ini ingin diisi. Sudah melewatkan jam makan siang ternyata.

" Mana gue nggak tau jalan disini, lagi. Go-food aja kali ya? " ucap Ervan sumringah ketika menemukan ide di kepalanya itu.

Akhirnya Ervan memesan satu buah martabak dan nasi padang. Itu saja, dengan tambahan sate ayam, pizza, tumis cumi, cumi goreng crispy dan kue bolu.

Ervan adalah orang yang malas. Orang lain akan berbenah diri atau setidaknya mandi dulu ketika menunggu makanan datang. Lain hal nya dengan Ervan, ia lebih memilih tidur. Masalah rumah biarkan, nanti juga jalan sendiri.

Butuh satu jam lamanya menunggu makanannya datang. Hal itu membuat Ervan gusar dan hendak marah. Kenapa selama itu? Padahal ia sendiri tidak sadar seberapa banyak yang ia pesan tadi.

Satu jam kemudian seorang driver go-food datang. Ervan berjalan membuka pintu dan menerima pesanannya setelah membayar sejumlah yang disebutkan oleh driver  itu.

Disela-sela ia makan, ia terlupa sesuatu. Sesuatu yang sangat penting hingga ia kembali ingin marah pada dirinya. Menyadari betapa bodohnya seorang Andervan Crissio.

" Minuman, tolol! " kata Ervan sambil berusaha menelan potongan pizza-nya.

Mau tidak mau pastinya ia harus keluar sendiri untuk membeli air minum. Seorang Ervan pergi ke minimarket?

Iya seperti itulah. Belum pernah ia menginjakkan kaki sucinya di tempat seperti itu. Selalu saja selama ini menyuruh Reza.

Dan lagi, ia lupa kalau mobilnya akan dikirim dan datang besok pagi. Sial sekali Ervan hari ini. Mau tidak mau lagi, ia harus pergi mencari minimarket terdekat dengan bantuan google maps dan kakinya yang suci.

" Apes banget gue. Udah seret, capek lagi. Tau gitu sekalian tadi gue pesen sama mamang ojek! " gerutu Ervan dijalan sore ini.

" Awas aja lo ngajakin gue muter-muter! " bentaknya pada google maps di ponselnya.

" 100 meter dari arah anda, belok kiri."
Suara dari mbak-mbak google maps memberi tahu Ervan.

" Tolol!  Kalo gue ke kanan, yang ada nubruk tong sampah! " umpatnya lagi pada ponselnya.

Memang hanya ada satu jalan didepan Ervan. Ya, belok kirilah satu-satunya jalan. Jika ia ke kanan tidak ada jalan, dan malah nanti menabrak tong sampah.

" Tujuan anda berada di kanan jalan. "

Ervan sumringah sekaligus kesal. Ia rasa ia memang dipermainkan oleh google maps karena jauh sekali jarak rumahnya ke minimarket.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang