3

235 147 84
                                    

Pagi ini Zia kembali melakukan rutinitasnya, ke peternakan kemudian kembali ke rumah untuk membuatkan sarapan sang ayah.

" Hari ini ada kuliah, Zi? " tanya ayah saat Zia sibuk menggoreng cumi kecap manis.

" Iya " jawab Zia terlihat masih sibuk berkutat dengan wajannya.

" Dipake baju yang kemarin dibeli! " perintah sang ayah.

" Iya, tau. "

" Jangan dijual lagi, ngerti kamu?! "

Zia hanya mengangguk sambil tersenyum.

Kemarin ia dan Tasya ke pusat perbelanjaan dan membeli dress pendek selutut dengan sepatu sekalian.

Siapa lagi kalau bukan Tasya, yang memaksa memilihkan baju itu. Padahal biasanya ia memakai jeans dan kaos lengan panjang saja kalau kuliah.

" Gerai rambutnya sekalian. " ucap Ayahnya menambahkan.

Zia kini menaruh masakannya di piring dan beralih ke meja makan.

" Ribet, Yah! " tolak Zia.

" Yaudah kuncir ditengah. "

Zia mengangguk saja. Toh seperti awal-awal, berdebat dengan ayahnya hanya membuang waktu saja.

Selesai sarapan dan membereskan peralatan, Zia naik ke kamarnya dan mulai menyiapkan semua tugas kuliah yang harus ia bawa hari ini.

Pukul 09.00 tepat satu jam sebelum Zia harus berangkat ke kampusnya. Universitas Mudya, dimana ia menempuh ilmu dan mengambil jurusan Ekonomi Bisnis.

Walaupun ia tak berminat sama sekali dengan jurusan itu, ia berusaha menekuninya. Sebenarnya ia mempunyai bakat yang mendalam dalam bidang desain. Namun mimpinya harus ia kubur karena mungkin dunia bisnis banyak peluang kerjanya.

***************** *****************

" Foundation, tompel karet, dan kacamata. Dih, semua ini mau dipake langsung? "

Ervan menatap wajah tampannya yang akan ia ubah menjadi wajah dekil dan culun. Foundation dengan warna lebih gelap dari warna kulit wajahnya telah ia poleskan.

Ilmu itupun ia dapatkan dari sang Tante. Untung saja keturunan sang Mama menggeluti bidang artis. Desain baju sampai make up artis telah digeluti keluarga Mama Ervan.

" Bye wajah tampan gue. " ucap Ervan memasang tompel palsunya di bawah bibir tepatnya agak samping kiri.

Lalu ia juga menambahkan kacamata lensa biasa namun terlihat minus dimata orang lain. Kacamata itu membuat mata Ervan semakin mengecil.

" Aduh! Masih tetep ganteng! " ucap Ervan panik.

" Mau diapa-apain kalo udah turunan bangsawan sih, keliatan bangsawannya. "

Ervan tidak peduli lagi. Kelas pertama akan dimulai pukul 10 sedangkan sekarang pukul 9 pagi. Ia harus buru-buru berangkat ke kampusnya.

" Sembunyiin dulu kharisma lo, Van." ucap Ervan pada dirinya sendiri.

" Demi Mikha! "

Ervan bersemangat berangkat kuliah. Karena selain ingin bertemu Mikha dan memastikan Mikha adalah orang yang tepat dijadikan istri, ia juga mengulangi memory saat-saat ia kuliah dulu.

****************** ****************
Universitas Mudya

" Liat-liat, guys! Ada si miskin cupu alias miscup yang pake dress! " teriak salah seorang gadis berpakaian mahal dan tentu saja mewah pada Zia yang turun dari mobilnya.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang