12

157 107 43
                                    

Perkenalkan Mbok Dar. Asisten Rumah Tangga Ervan yang datang jauh-jauh dari Jakarta.

Siapa lagi yang mengirim kalau bukan Mama Ervan yang khawatir dengan Ervan.

***********************************

Zia keluar dari kamar Ervan. Zia lapar, bukan kah seharusnya Ervan membawakannya sup hangat dan obat?

Kenapa dia hanya menyuruhnya untuk tidur? Menolong orang setengah-setengah saja.

" Permisi " cicit Zia pada Mbok Dar yang berkecimpung di dapur.

" Eh, Non! Udah bangun? " tanya Mbok Dar menghampiri Zia.

" Iya, bu. " jawab Zia canggung.

" Panggil Mbok Dar aja. " pinta Mbok Dar.

Zia mengangguk.

" Non duduk dulu ya. Bahan makanan habis, Den Ervan lagi beli. Maaf ya! " ucap Mbok Dar.

" Ervan keluar ? " tanya Zia kaget.

Pasalnya hujan diluar sangat deras. Disertai petir pula, senekat itu kah seorang Ervan?

" Iya. Ekhm.. Non ini.. pacar nya Tuan Ervan? " tanya Mbok Dar.

Zia tersentak. Kaget dan malu bercampur jadi satu.

" Bukan, Mbok! " jawab Zia.

" Aduh! Maaf Non. Mbok sudah lancang. " ucap Mbok Dar.

" Nggak papa kok, Mbok. " ucap Zia.

" Kalo gitu, Zia keliling ya Mbok! " pamit Zia.

Mbok Dar hanya mengangguk.

Zia akhirnya mengelilingi rumah Ervan karena penasaran.

Ia mulai berkeliling di ruang tamu.

Rumah nya sederhana. Tak banyak perabotan mahal disini.

Zia duduk disofa. Namun karena kantuknya terasa menusuk matanya, ia tertidur.

" Woi! " teriak Ervan tepat ditelinga Zia.

Zia tersentak. Ingin membunuh siapa saja yang membangunkan tidurnya. Namun urung, ketika Zia menatap Ervan sedekat ini.

" Van... " ucap Zia menggantung.

" Gue keren kalo basah kuyup? " tanya Ervan sambil tersenyum.

" Tompel lo... mana? "

Deg!

Ervan membulatkan matanya. Apa tompel ajaibnya terlepas? Ervan cepat-cepat memeriksa wajahnya.

Harus jawab apa?

" Mbok! Masak cumi goreng ya! " ucap Ervan mengalihkan perhatian.

Ervan ingin beranjak namun dihentikan oleh Zia.

Zia menatap tajam Ervan yang terduduk disebelahnya.

Zia melepaskan kacamata Ervan yang mengembun. Dan menggosok wajah Ervan lembut dengan tangannya.

Niat Zia berlandaskan " KEPO " ini membuat Ervan mematung. Menyisir lembut wajah Zia sedekat ini.

" Lo nggak jelek juga " ucap Ervan lirih.

Zia mematung. Menghentikan tangannya yang membelai wajah Ervan.

" Aduh! Maaf! " ucap Mbok Dar datang dengan kepanikan. Mbok Dar menutup matanya.

Menganggu pasangan anak muda yang sedang bermesraan memang suatu hal yang tidak baik.

Dengan sigap, Zia dan Ervan menjauh. Setelah kesadaran Ervan kembali, Ervan menghampiri Mbok Dar dan menyerahkan cumi-cumi di plastik.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang