17

126 82 18
                                    

" Mama lo marah ya? Pastinya kan? Yaiyalah gue goblok banget, sih! "

Curhatan itu membuat Ervan menemukan ide cemerlang.

" Banget. Sampe gue ditabok tadi. " bohong Ervan menahan tawanya.

" Iya? Beneran? Maafin gue! "

Cicitan Zia semakin membuat jiwa-jiwa jail Ervan membesar.

" Van? Lo nggak papa kan? Lo masih hidup kan? Jawab! "

Ervan benar-benar ingin melihat ekspresi khawatir Zia saat ini. Kalau sampai ia ketahuan berbohong, pasti Zia yang akan membuangnya ke penangkaran buaya.

Ervan harus merencanakan sesuatu yang luar biasa. Kesempatan mengerjai Zia tidak akan datang dua kali.

" Mama bakalan laporin lo ke polisi! " ucap Ervan menahan keras tawanya.

Ia membayangkan bagaimana ekspresi terkejut dan takut Zia saat ini.

" Lo bercanda, kan? "

Ervan kemudian mengubah suaranya menjadi sesosok yang sombong dan berpengaruh besar. Ya, memang pada realitanya ia begitu.

" Iya. "

" Terus gue harus gimana? "

" Gampang kok. Gue tinggal minta sama Mama buat nggak laporin elo. Mama bakal nurut sama gue. " jawab Ervan.

Apa dia bilang? Mamanya nurut sama Ervan? Nggak kebalik tuh? Kamu yang harusnya tunduk sama perintah Mama__ by author.

" Iya. Bilangin ya, cuma salah paham. "

" Boleh. Asalkan lo mau nurutin perintah gue selama 3 bulan. " ucap Ervan enteng.

" Apa?! Gila lo?! "

Teriakan Zia membuat Ervan harus menjauhkan ponsel dari telinganya.

" Lo mau jadiin gue babu lo? ART dan sejenisnya? Ogah! "

" Oke aja sih kalo lo nggak mau. Selamat menjalankan hidup baru, Zia..." ucap Ervan menggoda Zia.

" Maksud lo? "

" Dipenjara, bangsul! "

" Van.. Lo tega sama gue? "

Suara Zia yang merendah dan memelas membuat Ervan semakin ingin melihat ekspresi Zia saat ini juga. Ingin sekali menertawakannya saat ini.

" Van... "

Tak ada jawaban. Ervan sedang berusaha menyembunyikan tawanya sekarang ini.

" Iya deh. Gue mau jadi babu lo. "

Yes! Satu langkah telah dicapai Ervan untuk memperdalam kehidupan gadis itu.

" Oke. BYE! "

Ervan hendak mematikan sambungan teleponnya namun dicegah oleh suara di seberang sana.

" Eh-- tunggu! "

Alhasil Ervan kembali menempelkan ponsel ke telinganya lagi.

" Apa? "

" Ada syaratnya. "

" Apa? "

" Kalo sampe gue disuruh aneh-aneh, lo bakal gue kirim ke penangkaran buaya!"

" Bacot! "

Ervan kemudian menutup teleponnya. Ia lalu berhambur ke kasur miliknya dan melepaskan tawanya.

" HAHAHAHA ASIK JUGA HAHAHA! "

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang