30

85 15 15
                                    

Hari yang cukup melelahkan bagi Rendy, ia harus kembali ke rumah ayahnya sekarang. Entah kenapa tiba-tiba ayahnya ingin menemui Rendy dan mengajaknya makan malam. Alhasil, ia harus putar balik arah jalan.

Hujan cukup deras mengguyur bumj. Membuat siapapun kedinginan karena hawa yang menusuk malam ini.

Dikejauhan jalan, Rendy melihat sosok manusia yang tengah bersimpuh dibawah pohon besar. Mungkin orang itu sedang meneduh, tapi hujan sangat lebat. Bahaya sekali bila meneduh dibawah pohon besar.

Samar-samar Rendy menajamkan penglihatannya. Nampak tubuh seorang wanita yang tidak asing baginya. Dan benar saja, ketika ia mendekati wanita yang sedang memejamkan matanya itu, satu semburat khawatir terlintas diotaknya.

"Zia..." ucap Rendy langsung turun dari motornya dan merengkuh tubuh Zia yang menggigil.

"Zia, bangun..." ucap Rendy sembari menepuk pelan pipi gadis itu. Namun tak ada respon.

Dengan segera, Rendy membawanya ke motor. Ia kaitkan kedua tangan Zia melingkari perutnya supaya tidak jatuh.

Rendy mencari rumah sakit terdekat disini. Setelah menerjang hujan yang lebat ini, ia sampai dirumah sakit.

"Dokter, lakukan apa saja untuk dia. Saya akan tanggung semua biayanya." ucap Rendy penuh khawatir pada seorang dokter yang akan menangani Zia.

Dokter itu hanya mengangguk.

Selepas pintu tertutup, Rendy mondar-mandir sendiri didepan pintu itu. Ia berharap bahwa gadis yang baru pagi ini ia kenal akan baik-baik saja.

Setelah 15 menit, dokter keluar dan langsung menghampiri Rendy. "Anda wali dari pasien?"

"Saya temannya. Katakan ada apa, dok." titah Rendy segera. Dokter itu menghela napasnya panjang.

"Pasien mengalami penurunan sistem imun. Pikiran yang kalut, kelelahan yang berlebihan serta suhu udara yang menerpa tubuh pasien, adalah penyebabnya." ucap dokter itu.

"Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Rendy khawatir. "Mungkin saat ini pasien harus istirahat selama 1 minggu."

Setelah mengucapkan itu, dokter langsung bergegas pergi untuk menangani pasien lain. Dan Rendy sekarang dilanda kebingungan.

Dengan siapa ia memberitahu hal ini? Ia tidak tahu orang tua ataupun tempat tinggal Zia. Baiklah, untuk saat ini ia memutuskan mengurus Zia sampai gadis itu sadar dahulu.

Rendy memasuki ruangan Zia. Ia melihat tubuh kurus Zia terbaring diatas ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat pasi, mungkin karena kedinginan.

"Tangan lo dingin." ucap Rendy membelai lembut tangan Zia yang sudah sedingin es.

"Entah kenapa, gue nggak pernah liat cewek kaya elo. Cewek pekerja keras walaupun gue baru liat elo sekali, tapi gue yakin kalo lo itu cewek hebat." ucap Rendy lagi.

Rendy mengeluarkan ponselnya, ia akan memberitahu ayahnya bahwa ia tidak bisa kerumah hari ini. Ia akan menemani Zia sampai gadis itu sadar.

*****

Malam ini, Ervan memutuskan untuk pergi ke apartemen Tasya. Rasa bersalahnya pada Zia membuat ia harus melupakan sejenak hari suramnya.

Selain itu, ia juga kesal pada Zia. Bagaimana bisa dia seenak hati memutuskan jabatan sekretaris dan melamar menjadi OB. Dan apa yang ia lihat, Zia adalah gadis yang benar-benar ramah.

Baru sekali saja ia masuk kantor, tapi ia bisa menggaet salah satu karyawannya. Memang, gadis nakal yang tidak bisa ditebak.

"Hujan. Kamu nggak pengen bikinin aku teh panas gitu?" tanya Ervan yang melihat Tasya bergelayut dilengan kekarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang