22

96 60 28
                                    

Cafe Vando

"Argh sial!"

Mikha mengacak rambutnya kasar. Setelah kepergian Ervan, ia memanggil Reinna dan juga Ferin ke sini.

Apalagi kalau tidak membahas berita besar yang baru saja terjadi.

"Gue nggak nyangka banget! Andervan Crissio?" tanya Ferin pada Mikha.

Mikha hanya memandang malas kedua wajah sahabatnya itu yang masih tidak percaya.

"Ini?" tanya Reinna memperlihatkan foto di ponselnya.

Mikha hanya mengangguk.

"Sumpah?? Dia anak desainer terkenal di Ibu Kota anjir!" ucap Reinna tak percaya setelah menyelami sebuah situs internet.

"Gila! Ini gila!" ucap Ferin.

"Diem! Gue masih kesel." ucap Mikha ketus pada sahabatnya itu.

"Ini 50 juta mau lo apain?" tanya Ferin memegang kartu kredit yang Ervan berikan pada Mikha.

Mikha langsung merebut benda kecil pipih itu dari tangan Ferin kemudian memasukkannya ke dalam tas.

"Mau gue balikin." jawab Mikha.

Sontak hal itu membuat kedua bola mata para sahabatnya ingin keluar dari sangkarnya.

"Sayang dong." ucap Reinna.

Mikha memutar bola matanya malas. Kalau soal uang, Ferin dan Reinna adalah jagonya.

"Lo nggak mikir apa jadinya muka gue dihadapan Ervan?" tanya Mikha memberi penjelasan Reinna dan Ferin.

Keduanya menghela napas panjang-panjang. Kemudian mengangguk.

"Tapi kenapa lo diputusin?" tanya Ferin pada Mikha yang sedikit lebih tenang.

"Itu dia. Gue juga nggak tahu alasan dibalik kejadian tadi." jawabnya.

"Masa kalian nggak tau?" ucap Reinna yang membuat fokus Mikha dan Ferin beralih padanya.

"Ya pasti Miscup lah. Siapa lagi?" ucap Reinna yakin.

"Bener juga lo." jawab Ferin mengangguk.

"Argh!" Mikha semakin kesal dan menggebrak meja di cafe.

"Sabar. Diliatin banyak orang." ucap Reinna menenangkan Mikha.

"Gue nggak akan biarin Ervan sama si cupu itu!"

***********************************
Rumah Sakit

Setelah menyelesaikan urusan perpisahan dengan Mikha, Ervan langsung menuju ke rumah sakit.

Sebelum menuju ke rumah sakit, ia menyempatkan diri untuk membelikan buah-buahan dan susu stroberi di supermarket.

Ia ingat betul kalau Zia itu menyukai susu rasa stroberi waktu di rumahnya. Tak hanya itu, Ervan juga membawakan sarapan untuk Ayah Zia dan tentu saja dirinya.

Untung saja sehabis pulang dari peternakan Zia, ia menyempatkan membeli cumi-cumi dan menyuruh Mbok Dar memasaknya.

"Pagi, Om." sapa Ervan pada Ayah zia di kamar inap.

Ayah Zia menoleh pada Ervan. Ia tersenyum walaupun sangat berat sekali.

"Sarapan dulu." ucap Ervan kemudian diangguki Ayah Ervan.

Ervan kemudian menyiapkan sarapan di ruang kecil itu dan menata sajiannya.

Ayah Zia mengikuti Ervan kemudian mereka berdua sarapan. Disela-sela acara sarapan, Ervan bertanya pada Ayah Zia.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang