16

133 84 33
                                    

Rumah Ervan

" Permisi! Ervan! " teriak Zia memukuli pintu rumah Ervan dengan kesal.

" Van buka! " teriaknya lagi.

Krek!

Pintu terbuka menampakkan seorang perempuan paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Mbok Dar.

" Ngapain, Non? " tanya Mbok Dar.

Zia memutar bola matanya malas. Masih saja bertanya.

" Mau numpang makan " ucap Zia langsung main masuk ke rumah Ervan.

Zia meneriaki nama Ervan dan menghampiri kamarnya.

" Van! " teriak Zia ketika membuka pintu kamar Ervan.

" Non, Den Ervan lagi pergi. " ucap Mbok Dar.

" Yaudah aku tunggu disini " ucap Zia langsung duduk di sofa.

" Masalahnya, Mbok nggak tahu kapan pulangnya. " cicit Mbok Dar.

" Sejauh apa dia pergi? " tanya Zia.

" Jakarta. Emang Non Zia nggak dikasih tau? " tanya Mbok Dar sedikit mengejek.

" Ngapain ke Jakarta? " tanya Zia kaget.

" Apa jangan-jangan mau jual mobil aku, Mbok?! " tanya Zia langsung berdiri dari duduknya.

" Mbok nggak tau, Non. "

" Mbok dia penipu emang? " tanya Zia cemas.

" Bukanlah Non. Dia itu bos. "

" Bos para penipu? " tanya Zia lagi.

" Oh.. kalo itu ya jelas bu-- "

" Mbok punya nomor telepon Ervan kan?! " desak Zia sambil menggoyangkan lengan Mbok Dar.

Mbok Dar mengangguk kemudian pergi ke kamarnya. Beberapa saat kemudian Mbok Dar membawa kertas.

" Apa ini? " tanya Zia menerima kertas itu.

" Makanya dibaca, Non! " ucap Mbok Dar ketus.

Zia kaget. Tidak hanya Ervan yang nyebelin, ternyata pembantunya juga tertular gen nyebelin dari Ervan.

" Ini nomor telepon rumah Nyonya besar. " ucap Mbok Dar menunjuk salah satu nomor telepon itu.

" Nyonya besar? "

Mbok Dar mengangguk.

" Jadi satu keluarga Ervan itu penipu semua? Udah gede. " ucap Zia membuat Mbok Dar ingin membuang Zia ke dalam kawah gunung.

" Non, Nyonya besar itu bukan Nyonya kepala pen-- "

Belum sempat kalimat Mbok Dar lengkap, jari telunjuk Zia sudah mendarat di bibirnya.

" Iya Mbok. Walaupun ini perbuatan kriminal, aku bakal jaga rahasia. Pokoknya mobil aku balik. " ucap Zia kemudian melepaskan tangannya.

Zia kemudian menghubungi salah satu nomor yang tertera disitu.

" Sama bos-nya langsung aja! " ucap Zia kemudian mengetikkan angka di dalam ponselnya.

" Halo! " ucap suara di seberang.

" Halo, Nyonya besar? " ucap Zia menyapa suara perempuan di seberang sana.

" Siapa ini? "

" Maaf langsung saja, Nyonya. Saya tidak akan melaporkan perbuatan anda dan anak buah anda ke polisi. Tapi kembalikan mobil saya, ya? " pinta Zia lembut.

EENVOUDIG [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang