10. Sepasang Manusia

137 21 13
                                    

Qila melihat wanita itu sepulang sekolah. Dengan air muka lelah yang kentara dari wajahnya, ia tetap mencoba menenangkan si anak yang terus memberontak disertai tangisan keras. Namanya Rara, wanita cantik yang Qila pikir adalah jelmaan dari kisah Sleeping Beauty, Aurora.

Sedari awal melihat, Qila pikir menjadi seorang yang sempurna—entah dari segi fisik atau materi—akan membuat kehidupan menjadi lebih indah, akan selalu ada kemudahan demi kemudahan yang didapat. Namun pada kenyataannya, tidak demikian. Rara misalnya. Dengan segala yang ia miliki, ternyata tidak membuat sang suami merasa cukup.

Bukankah manusia selalu demikian? Selalu merasa kurang dengan apa yang dimilikinya.

Devina bercerita secara lengkap mengenai kehidupan keluarga Raka yang cukup rumit. Statusnya sebagai seorang yatim-piatu, rupanya membawa ia dan Rara—kakaknya—bertemu dengan Arka, orang yang banyak dikenal di dunia maya. Setelah banyak peristiwa yang dilalui bersama, wanita itu memutuskan untuk menikah dengan seorang yang dicintainya.

Sayang, pernikahan itu tak berlangsung dengan indah seperti yang diharapkan. Usia ikatan masih layaknya umur jagung, ketika keduanya sudah memiliki masalah besar yang harus dihadapi; perselingkuhan.

Qila pikir, alasan rambut pendek yang digunakan Rara adalah hal biasa. Gaya itu memang yang diinginkan wanita itu. Namun rupanya tidak.

Dari yang Devina ketahui melalui berita yang beredar, Arka menyukai perempuan berambut panjang, sama seperti ibunya. Maka, kemungkinan besar mengapa Rara memotong pendek mahkotanya adalah untuk membuat hal-hal yang disukai sang suami tidak melekat pada dirinya. Bagi Qila, itu adalah senjata yang ampuh. Dengan demikian, pemberontakan diperlihatkan secara tidak langsung.

"Kamu kenal Raka 11 IPS 1?"

Masih mengamati Rara dalam diam dari balik gerbang, Qila menangkap jika si anak malah semakin menjadi-jadi. Pada tangis yang tengah dilakoni, bibirnya terus mengutarakan kata ‘ka’ berulangkali, yang ia tangkap sebagai panggilan nama Raka.

Dari sekian banyak murid-murid melintas yang ditanyai, tak ada yang menjawab mengetahui di mana Raka. Alhasil, semakin lama wanita itu menunggu adiknya yang tak diketahui posisinya sekarang.

Merasa tak enak hati, Qila berinisiatif untuk berjalan mendekat. "Nyari Raka, Kak?" tanyanya tepat setelah berada di hadapan wanita itu. Begitu pertanyaannya dijawab dengan anggukan, ia melanjutkan, "Raka mungkin lagi kumpulan ekstra. Soalnya tadi ada pengumuman anak PIK-R ngumpul abis sekolah."

Jangan tanyakan bagaimana rasanya berhadapan dengan Rara—istri dari orang yang ia sukai—karena itu benar-benar menyakitkan. Sosok yang sempurna ini punya status terlalu tinggi jika dibanding dengan ia.

"Anak PIK-R biasanya kalo ngumpul di mana, ya?" Masih berusaha menenangkan Bayu, Rara bertanya. "Saya mau nyusul ke sana."

Meringis kecil, dijawabnya dengan kalimat, "Maaf, Kak. Saya murid baru, jadinya nggak terlalu banyak tau soal ruangan mana aja yang digunain buat anak-anak kumpul."

Qila tahu jika mungkin ini agak terdengar aneh. Ia belum tahu secara keseluruhan fungsi-fungsi bangunan yang ada di sekolah, tapi sudah mengetahui ekstrakurikuler apa yang diambil oleh siswa lawan jenis. Sudah semestinya orang akan memandang dengan lain mengenai hal ini.

"Kalo gitu saya tanya aja sama anak-anak yang ada di dalam nanti. Makasih, ya." Rara tersenyum, manis sekali.

Qila baru akan melangkah pergi ketika lawan bicaranya mulai beranjak, tetapi langkahnya langsung terhenti begitu bahunya tiba-tiba ditahan. Spontan menoleh, ia bertanya, "Kenapa, Kak?"

"Kita pernah ketemuan kan sebelumnya?"

Merasa bingung dengan respon apa yang akan ia berikan, maka pertanyaan itu dijawabnya dengan anggukan. Sebelumnya, mereka memang pernah bertemu di minimarket, meski tak ada obrolan berarti yang terjadi pada hari tersebut.

HE (DOESN'T) LOVE(S) ME[2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang