Seminggu telah berlalu, dengan dibagi kelompok belajar menjadi kurang fokus, banyak yang lebih memilih ngobrol sendiri. Belajar menjadi lebih membosankan dari biasanya.
Tapi yang paling membosankan adalah harus berbaris setiap paginya. Dengan banyaknya pengumuman dari sekolah, membuat kakiku pegal-pegal untuk berdiri.
"Pllaakk" seseorang menepuk bahuku dengan keras dari belakang, "Yuan,sakit tauuu!", Bentak ku. "Aku mau didepan,tukar posisi",ucapnya dengan muka datar.
"Ternyata orang ini bisa bicara juga denganku" bisik ku dalam hati.
Aku pun mundur kebelakang, dan dia langsung mengambil posisiku, tiba-tiba dia memintaku untuk tukar posisi lagi, "kamu kedepan", katanya sambil membalikkan badan dan menarik bahuku.
"Orang aneh ini kenapa sih?? Sakit?", ucapku dalam hati.
Melihat wajahku kesal dia langsung bertanya, " kenapa?" katanya .
"eng... enggaak" jawab ku dengan gugup.Hari-hari berikutnya, entah apa yang salah pada otaknya, mengganngguku adalah hobby barunya. Setiap dibarisan, dia selalu menggangguku dengan alasan minta tukar posisi, tapi anehnya aku nurut aja, karena bagiku jarang sekali bisa berteman dengan orang sedingin es seperti dia.
Sampai pada suatu pagi, dibarisan, kami bersebelahan. Dia menggangguku seperti biasanya, lalu tanpa sengaja tangan kami bergandengan, aaahhhh ranya, perasaan apa ini?
Setelah diam sejenak, Yuan melepaskan tangannya dari genggamanku. Aku pura-pura biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa.Sejak kejadian itu , setiap dia tidak masuk sekolah, aku merasa sepi, ada yang kurang, tidak ada yang menggangguku .
Entah kenapa menjadi lebih sering memikirkan manusia es itu, mau tidur kepikiran, belajar kepikiran, dimana-mana kepikiran.
"nyaaa, kamu menapa senyum-senyum sendiri?" tanya kak Rea mengagetkanku.
"Heheh engga, inget kejadian lucu aja di sekolah tadi", jawabku gugup.
"Serius?? Jangan-jangan.....kamu.... " oloknya.
"iihhh kak Rea, apaan sih??", sahutku sambil mendorongnya keluar kamar.
Keesokkannya di sekolah, aku sangat ingin bercerita tentang Yuan kepada Keela dan Arun bahwa aku merasakan hal aneh. Tapi aku ragu, takut mereka salah faham dengan pertanyaanku.
Sekarang aku semakin canggung jika bertemu dengan Yuan. Entah kenapa aku menjadi sedikit jaim didepan dia. Ya Tuhan, perasaan apa ini??
Melihatnya di koridor sekolah saja, sudah membuatku berkeringat dingin, akhirnya memilih berbalik arah daripada harus bertemu dengannya.Melihatnya di kantin sekolah, aku rela tidak jadi makan, karena akan sangat malu jika makan di depannya.
Dan,di kelas, aku selalu berusaha bisa mendapat nilai bagus agar dimata Yuan aku adalah siswi teladan. Tapi dari situlah semangat belajarku meningkat. Yang awalnya malas-malasan menjadi lebih giat, yang awalnya tidak peduli penampilan, sekarang mulai memikirkan bagaimana terlihat rapi didepan Yuan.
Siang itu, guru matematika kami memberi soal kelompok, dan ternyata aku sekelompok dengan Yuan.
Untuk modus kecil-kecilan, aku meminta nomor Yuan dari teman laki-lakiku."Selamat malam " untuk pertama kalinya aku chat Yuan, dan itu membuatku sangat khawatir,akankah dia membalas chat dariku?
Dddrrttttt ddrttt .... Suara ponselku bergetar menandakan pesan masuk.
"Malam" Jawabnya singkat.Seketika aku langsung loncat-loncat kegirangan.
"hah?? aku kenapa? apa sebahagia itu dibalas chat dengan Yuan? padahal dia hanya membalasnya dengan sangat singkat",
pikirku.Setelah basa-basi sedikit, akupun menanyakan tentang pr matematika yang diberikan tadi siang.
Dengan adanya chat pribadi antara aku dan yuan, aku jadi semakin canggung jika bertemu dengannya. Dia pun jadi jarang menggangguku lagi. Padahal dengan Yuan menggangguku, aku bisa lebih dekat dengannya.
Hari-hari telah berlalu, dan aku sudah tidak tahan memendamnya sendiri. Aku berniat untuk menceritakan apa yang sebenarnya aku rasa pada Keela dan Arun.
"Keela, Arun, nanti setelah kalas bubar, ada yang mau aku ceritakan ke kalian", bisikku di dalam kelas.
"Oke" kata mereka serentak.
Kkrriiingggg... bel istirahat berbunyi.
"Eehh tadi mau ngomong apa?", tanya Keela."emmmm sini deh", bisikku sambil menarik mereka keluar kelas.
"Tapi, janji ya kalian ga boleh bilang siapa-siapa soal ini, ini rahasia banget", kataku pelan-pelan.
"Iya-iya nyaa, emang kita pernah bocorin rahasia sahabat kita sendiri?", jawab Arun bersemangat.
"Emmm tapi aku malu, gimana ya?" tanyaku dengan malu-malu.
"RANYAAAAAA!!!", bentak mereka serentak.
"Emm iya-iya, kalian tau Yuan kan? tanyaku,
Mereka menggangguk,
"Entah kenapa belakangan ini aku sering mikirin Yuan, karena dia sering ganggu aku saat dibarisan, aku sebenarnya belum memastikan ini perasaan apa, tapi ini membuatku benar-benar gugup", ceritaku pada mereka.
Seketika hening, dan Keela berkata, " Ranya, kamu suka sama Yuan? kamu udah jatuh hati sama dia?"
"Yaa belum bisa dibilang suka lah, aku cuma bilang ada perasaan aneh", jawabku gugup.
Arun geleng-geleng kepala, lalu memegang tanganku, " Nyaaa, itu tandanya kamu udah jatuh hati sama Yuan, ayolah ngaku aja, aku udah berpengalaman dari kalian berdua".
"Apa seserius itu? Apa aku udah suka sama Yuan? Tapiiii gak mungkin" tanyaku .
"Iya, buat apa sih suka sama cowok dingin kayak dia, mending gausah deh", ujar Keela.
"Keela, kita harus dukung Ranya dong kalau memang dia suka sama Yuan, eemm jujur waktu masih di sekolah dasar aku pernah suka sama Yuan, tapi sebentar saja, karena itu juga hanya cinta monyet anak SD" kata Arun.
"Terus, respon dia saat tau kalau kamu suka sama dia gimana?", tanyaku penasaran.
"Ngga ada respon", jawabnya sembari jalan kekantin dan disusul oleh Keela.
Aku masih terdiam diri, Arun yang cantik aja ga direspon, apalagi aku??
Tapi aku baru sadar bahwa aku memang sudah jatuh hati pada Yuan. Kenapa sih harus suka sama cowok dingin kayak dia? Kan ngerepotin aja.Sepulang sekolah, aku langsung menulis dibuku harian ku, bahwa tanggal ini adalah hari penting. Tanggal 26 Mei 2014, tanggal dimana aku menyadari bahwa aku telah jatuh hati pada Yuan.
Yuk ke cerita selanjutnya ➡️ Olimpiade matematika.
Jangan lupa votenya teman-teman. 🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA
Teen FictionRanya, seorang gadis yang banyak mimpi, tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa Ranya memiliki juang yang keras. Sayang, kisah cinta Ranya tidak banyak yang bisa dibanggakan. Ini perjalanan seorang gadis pada cinta yang kaku dan dingin. Sang pujang...