Hari itu ibu guru memberi kami tugas dan dibagikan perkelompok.
"Ranya, untung kita sekelompok yaa", Ajeng meringis kecil.
"Iya yaa, kapan nih ngerjainnya?", Bisikku takut ketahuan Bu guru.
"Nanti aja deh bahasnya", ujar Ajeng pelan-pelan.
"Oke", Kataku mengangkat jempol .
Saat Bu guru keluar kelas, aku langsung duduk disebelah Ajeng.
"Kapan nih ngerjainnya? Kamu kan tahu rumah aku jauh, jadi harus siap-siap", aku melihat-lihat catatan Ajeng.
"Eemm gimana kalau besok, pas kamu berangkat sekolah, langsung bawa baju ya, atau langsung nginep aja dirumah aku", Ajeng bersemangat.
"Nginep? Nanti aku tanya ayah yaa, kalau boleh aku nginep, tapi kalau ga boleh aku pulang sore gapapa", ujarku sedikit ragu.
"Iyaaa tenang aja, kamu belum tahu rumah aku kan? Besok kita pulang bareng", Ajeng seperti tidak sabar.
"Baiklah", aku tersenyum lebar padanya.
Aku bersyukur walau sudah jarang berteman dengan Arun dan Keela, namun aku juga mendapat teman yang begitu baik padaku. Tak kalah baiknya dari Keela dan Arun.
Aku sangat merindukan mereka berdua, tapi memang susah jika harus berteman beda kelas. Sedangkan mereka berdua yang sekelas saja sudah tidak berteman akrab. Keela punya teman-teman baru, begitupun Arun.Pagi ituuu...
"Gimana kamu boleh nginep? Udah bawa baju?", Ajeng melahap sarapannya.
"Eemm aku gak bawa baju jeng", aku mengeluh dan memasang raut wajah sedih.
"Yaahhh ga boleh yaa Nya?", Tampak mukanya penuh dengan rasa kecewa.
"Aku pulang dulu nanti, dan diantar sama ayah sore hari yeeyyy", teriak ku gembira karena berhasil mengerjainya.
"Waahhh serius??", Ajeng menghentikan sarapan nya.
"Iyaaa", aku begitu bersemangat.
"Oke deh, nanti aku kirim alamat aku yaa", ucapnya tak sabar.
Aku hanya mengangguk lalu memakan sarapan kami sebelum bel sekolah berbunyi.
"Assalamualaikum", teriak ku didepan rumah Ajeng.
"Walaikumsalam warahmatullahi Wabarakatuh", ayah Ajeng keluar menyambut aku dan ayah.
"Ajeeeeng, kawan kamu datang", ayahnya memanggil Ajeng sembari mempersilahkan masuk ke dalam rumah.
"Pak ini titip anak saya ya disini, katanya ada tugas kelompok dari sekolah", ayahku sedikit khawatir.
"Iya pak, tenang saja pak", ayah Kurnia begitu ramah.
"Saya langsung pulang ya pak, udah sore soalnya", ayah berpamitan pulang.
"Oohh baiklah pak, silahkan, anak bapak aman kok disini", ujar ayah Ajeng.
"Iya pak. Ranya ayah pulang dulu yaa", ayahku menaiki motornya.
"Iya yah, hati-hati", aku sedikit sedih tidak menemaninya malam ini. Dia harus dirumah sendirian tanpa teman.
"Maafin Ranya ayah", gumam ku dalam hati.
"Yuk masuk ke kamar aku", Ajeng menarik tanganku.
Aku kagum melihat rumahnya yang besar. Ajeng terlihat seperti anak yang sangat sederhana, namun ternyata dia mempunyai rumah yang besar. Sangat diluar dugaan.
"Waahhhh serba pink semuanya", kataku heran melihat kamarnya yang dipenuhi warna pink.
"Hehehe iyaaa, aku suka warna pink, sini tas kamu letakkan disini aja", ujar Ajeng membuka lemari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA
Teen FictionRanya, seorang gadis yang banyak mimpi, tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa Ranya memiliki juang yang keras. Sayang, kisah cinta Ranya tidak banyak yang bisa dibanggakan. Ini perjalanan seorang gadis pada cinta yang kaku dan dingin. Sang pujang...