Kecewa

11 3 0
                                    

Aku masih mempersiapkan berkas yang belum terselesaikan. Aku sibuk mengurus berkas itu kesana kemari. Karena persyaratan nya sangat banyak.

Saat semuanya sudah selesai, aku meminta uang pendaftaran pada ayah, tentunya setelah ayah sudah gajian.
"Yah berkasnya udah siap semuanya, besok aku sama teman-teman yang lain mau daftar ke SMA, ayah sudah ada uang untuk biaya pendaftaran kan?", Tanyaku pada ayah yang tengah meminum teh hangat.

"Sudah ada ini uangnya", ayah memberikan uang yang cukup untuk biaya pendaftaran.

Di malam harinya, kak Rea menelfon ayah, dan mengatakan bahwa kak Rea butuh uang lebih untuk membayar kos. Ayah pun mengetuk pintu kamarku.

"Ranya, buka pintunya", ayah memanggilku keruang tamu.

"Kenapa yah?", Tanyaku penasaran.

"Kakak kamu lagi butuh uang nak, ayah udah ga ada pegangan lagi saat ini, ini cuma ada buat makan kita dan biaya transportasi aja", kata ayah menghela nafas.

"Terus gimana yah?", Aku kebingungan.

"Gimana kalau kamu pinjamkan dulu uang kamu untuk kak Rea, kasian dia Nya, hidup di kota besar itu butuh banyak biaya", ayahku tidak tega pada kak Rea.

"Terus sekolah Ranya gimana yah?", Tanya ku sedih.

"Kalau kamu masuk madrasah Aliyah aja gimana? Disana jauh lebih murah, dan kamu juga bisa belajar agama lebih dalam", ayah mengingat apa yang disarankan kak Rea di telefon tadi.

"Tapi yah, itu adalah SMA impian aku yah", aku kecewa bukan main.

"Ranya, Ranya ga kasian sama kak Rea?", Tanya ayah kembali.

"Yaa kasian yah, tapiii... Ya udah lah ini buat kak Rea", aku memberikan sejumlah uang pada ayah.

"Maaf ya nak, ayah tidak bisa memasukkan kamu ke SMA impian kamu", ujar ayah dengan wajah sedih .

"Udah yah, Ranya gapapa, yang penting besok ayah kirim uangnya ke kak Rea ya", aku mencoba menghibur ayah.

"Iyaa", kata ayah tersenyum lega.

Aku kembali ke kamar dan menangis dengan suara kecil, aku tidak ingin ayah tau kekecewaan ku.
Aku sangat kecewa tidak bisa masuk ke sekolah impian ku . Padahal aku sudah mempersiapkan nya dengan matang.

Keesokan harinya, rapot kelulusan sudah keluar. Aku berhasil naik lagi ke peringkat 9, dan aku tidak tahu Yuan menduduki peringkat keberapa.
⏬⏬⏬⏬

Semua syarat pendaftaran masuk ke Madrasah Aliyah sudah terpenuhi. Aku pun datang untuk mendaftarkan diri bersama temanku yang rumahnya dekat denganku.
Namanya Cia, mulai hari ini aku dan dia akan berangkat sekolah sama-sama.
Karena rumah kami yang cukup jauh dari sekolah, adanya Cia membuatku tenang diperjalanan.

"Kok sepi ya?", Tanyaku saat sampai disekolah baru.

"Ranya, hari ini tuh udah beberapa hari terakhir pendaftaran, kamu sih lama siapin berkasnya", Cia memarkir motor .

"Yaa kan kamu tau sendiri awalnya aku siapkan berkas buat daftar SMA", aku berjalan-jalan melihat sekeliling sekolah.

"Yaudah yuk ke kantor pendaftaran nya", Cia menarik tanganku.

Setelah mendaftar kami langsung pulang kerumah masing-masing.
Aku masih tak mengira akan masuk ke sekolah yang bukan jadi impian aku.
Dan bagaimana bisa aku move on dari Yuan kalau aku satu sekolah lagi sama dia.

"Ya Allah, gimana yaa, semoga saja aku tidak sekelas sama Yuan", aku berbaring di tempat tidurku.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang