Ulangan Akhir Semester

7 3 1
                                    

"Anak-anak, besok kita sudah mulai ulangan akhir, kalian harus persiapkan diri kalian. Belajar dengan baik dirumah, ulangi soal-soal dibuku LKS kalian", kata pak guru dibarisan.

Setelah bubar barisan, ketua kelas memberi kartu ulangan yang tertera nomor kursi dan nomor ruangan.

"Ranyaaa, kita satu ruangan, yeeyyyy," teriak Keela.

"Eemm kalau Yuan?",tanyaku.

"Aku dengar tadi dia seruangan sama Arun", jawab Keela.

"Yaaahhh, baru kali ini aku pisah ruangan ulangan sama Yuan. Biasanya bareng Mulu kan", kataku hilang semangat.

"Udaah gapapa, kan masih ada aku", ucap Keela menenangkan.

"Keela, menurut kamu aku salah ga sih? Kok aku agak cemburu ya Arun satu ruangan sama Yuan? Padahal kan Arun sahabat aku sendiri, kenapa aku cemburu ya?" Tanyaku pada Keela.

"Yaaa wajar aja sih, karena kamu juga tau Arun pernah suka sama Yuan", jawabnya.

"Aku jadi teringat saat Arun rebut kakak kelas yang kamu suka dulu", ujarku.

"Hmm yang itu jangan diingat-ingat deh", kata Keela.

Saat kami berjalan menuju kantin, aku melihat Yuan sedang berjalan dan tertawa dengan Dela, teman sekelasku. Dia lumayan sering bercanda dengan wanita itu. Kadang aku juga berfikir bahwa seseorang yang ada dihati Yuan adalah Dela.

"Udaaah aahh jangan dilihatin, bikin sakit mata", kata Keela sembari menutup mataku.

Lanjutan💜💜💜

Seminggu berlalu, ulangan akhir semester telah selesai. Setelah ulangan dan menunggu libur kami hanya mengisi waktu dengan class meeting. Sedangkan aku, Keela, dan Arun hanya bisa duduk di taman sekolah dan menjadi penonton karena tidak bisa olahraga sama sekali.

"Aku merasa, nilai aku semester ini menurun banget, aku takut keluar dari sepuluh besar", keluhku pada mereka berdua.

"Itu sih bukan persoalan bagi aku, aku udah biasa peringkat 20an", jawab Keela dengan santai sambil meminum es yang ada ditangannya.

"Itu kan kamu, aku takut banget, aku belum pernah keluar dari sepuluh besar seumur hidup aku, malahan dulu juara terus", ujarku dengan menghela nafas panjang.

"Kita kan udah berusaha, tinggal berdoa aja", sambung Arun.

"Bener tuhh, lagian kamu sih Nyaa, Yuan Mulu yang dipikirin, belajar jadi terganggu kan?
Cinta boleh,goblok jangan", gurau Keela.

Aku hanya terdiam dan memikirkan perkataan Keela yang memang ada benarnya.

Keesokkan harinya....

"Aduuhhh kok ayahku belum datang yaaa?", kataku dengan gelisah.

"Iyaaa Nyaa, ayah kamu telat mulu kalau ambil rapot gini, ibu aku sama ibu Arun udah datang tuh", ujar Keela.

"Udaahh dong jangan bikin aku tambah panik", keluhku.

Saat lonceng berbunyi saat itu pula ayahku datang.

"Keela, itu ayah aku, yuk samperin", ajakku sambil berlari.

"Iihhh ayah, kenapa baru datang sih? Udah cepet masuk ke ruangan", kataku pada Ayah.

"Iya iyaaa, yukk", jawabnya.

Ternyata para orang tua hanya rapat, dan yang mengambil rapot itu kita sendiri. Saat itu aku deg-degan sekali. Karena aku merasa peringkat aku jauh menurun. Aku takut ayah kecewa. Aku takut ada peringkat jelek dirapotku.

Pembagian rapot dikelas....

Rapot dibagi secara acak, jadi masing-masing tidak tau peringkat teman-teman yang lain. Jantungku masih berdegup kencang, sesekali aku melirik ke arah Yuan, melihat dia sangat tenang menghadapi penerimaan rapot. Sementara aku berkeringat dingin.

"Ranyaa", panggil Bu guru.

Akupun sedikit terkejut, dengan langkah gemetar aku maju ke depan dan mengambil rapot. Sesekali melirik ke arah Yuan kembali.
Aku belum berani membuka rapotku, tapi aku sangat penasaran.

Setelah perlahan-lahan ku buka, tubuhku bergetar, keringatku bercucuran, dan ternyata benar, aku peringkat ke 14 .
Seketika aku langsung tak berdaya. Inikah hasilku selama ini?? Rasanya aku tidak percaya.
Ranyaaaaaaa, apa yang kamu lakukan pada rapotmu??

Akupun mencari tahu peringkat Yuan. Dan aku dengar dari teman sekelas, dia peringkat 18.
Whaat?? Dia jauh lebih menurun dari aku?
Memang peringkatku dan Yuan dari dulu tidak pernah jauh. Dulu aku peringkat 8 , Yuan peringkat 7. Atau biasanya dia peringkat 8, akunya peringkat 9. Tapii kenapa sekarang dia jauh menurun dari aku??

Sampai dirumah, aku memberanikan diri berkata jujur pada ayah. Bagaimanapun ayah harus tau pencapaian aku.

"Yaahh, ini rapot Ranya. Jangan marah yaa kalau lihat nilai Ranya", pintaku.

Sembari membuka raporku ayah berkata, " masih sama nih kayak tahun lalu, tetap diperingkat 9 aja kamu. Tapi gapapa, daripada mundur lebih baik bertahan, semangat yaa", ujar ayah.

Loohh loohh, ini ada apa? Apa aku salah lihat tadi di kelas?
Saat ku buka raporku, ternyata ayah yang salah lihat halaman, dia masih melihat bagian tahun lalu saat aku peringkat 9.

Tapi begini juga tidak apa-apa. Aku juga tidak mau melihat ayah sedih.

"Ranyaaaaaaa, apa ini rapot jelek begini!!", Bentak kak Rea setelah melihat raporku.

"Ssstttttttttttt, diaaam kak", ujarku sembari menutup mulutnya.

"Please jangan bilang ayah yaa kak", pintaku.

"Hmm oke oke, tapi kamu harus janji sama kakak, saat kelulusan nilainya harus naik. Jangan cinta-cintaan melulu deh. Masa keluar dari sepuluh besar. Tuhh ga malu sama ayam?" Katanya dengan ketus.

"Iya iya kak janji, tapi emang ayam kenapa kak?" Ucapku sambil menggaruk kepala.

"Eemm entah", jawabnya dan langsung keluar kamar.

Yuk ke bab selanjutnya ➡️ Tentang Rasa 💙

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang