Beberapa bulan telah berlalu, aku dengar akan ada olimpiade tingkat kabupaten. Jadi aku berniat untuk ikut tes olimpiade.
Aku berharap aku bisa menjadi kebanggaan sekolah. Lagipula, aku lumayan pintar dipelajaran biologi.
Setelah tes, guru BK mengumumkan siapa saja yang berhasil lolos untuk dikirim ke kabupaten. Dan tidak disangka aku lolos sebagai perwakilan olimpiade matematika dari sekolahku.
Ini membuatku tidak menyangka, saat tes kemarin, ada empat mata pelajaran, kenapa aku bisa mewakilkan matematika, padahal tujuan awal ku adalah biologi.
Bagaimana ini? Apakah aku bisa? Aku takut mengecewakan.
Tapi karena sudah terpilih, aku harus lebih giat dalam belajar, aku harus tunjukkan bahwa para guru tidak salah memberikan kepercayaan terhadapku.Akupun mulai sibuk belajar dan menyiapkan strategi untuk perang matematika nanti. Karena waktu tinggal beberapa bulan lagi, guru menyarankan aku untuk ke sekolah hanya membawa buku matematika saja. Dan aku jadi sering belajar di UKS sendirian agar bisa lebih fokus.
Dengan jarangnya aku di kelas, aku jadi jarang bertemu Yuan, Keela, dan Arun. Hmmm rindu sekali sama mereka.
Tapi sesekali merekalah yang membantuku belajar, menyemangati ku dari belakang. Walau sebenarnya aku tidak percaya diri, tapi mereka selalu mendukungku, mereka yakin aku bisa.
Ayah dan kak Rea juga tidak berhenti mendukungku dengan membelikan buku-buku matematika yang lengkap.
Sekolah juga sudah menyediakan buku-buku matematika yang lengkap dan sangat tebal.
Melihatnya saja kadang sudah merasa pusing.Akhirnya hari yang dinanti-nantikan tiba.
Pagi itu, aku siap-siap untuk berangkat ke kabupaten. Semua peserta harus berkumpul di sekolah terlebih dahulu. Ibu mengantarku sampai gerbang sekolah, dia menyemangati ku dan tak lupa memberi nasehat-nasehat agar aku bisa menang."Ranya, mengerjakan soalnya hati-hati yaa, jangan buru-buru. Di sana jangan kluyuran, nanti ibu khawatir, oohh iya Ranya harus semangat yaa. Ingat Ranya harus banggakan guru-guru Ranya, banggakan ibu sama ayah juga" ujar ibu menasehati ku.
"Iyaa buuu, tenang aja, Ranya sudah mempersiapkannya, nanti mau oleh-oleh apa?" Kataku.
"Sudah, tidak usah, yang penting Ranya menang" jawabnya.
Pagi itu, aku tak melihat Yuan, dia sepertinya tidak melihatku pergi, kemana dia?
Karena takut mabuk kendaraan, kami minum obat yang sudah disediakan dari sekolah.
Setelah semuanya berkumpul dan sudah siap, kami pun berangkat menuju lokasi olimpiade. Jarak dari sekolah ke kabupaten sangat jauh, bisa memakan waktu kurang lebih 7 jam.
Belum jauh dari sekolah, sudah ada beberapa teman yang muntah, aku berusaha menahan agar tidak ikutan muntah.
Namun pada saat hampir sampai, aku tidak tahan dan muntah sedikit dikantong.
Sepanjang perjalanan hanya tidur, dan tiba-tiba kami sudah sampai di penginapan.
Penginapannya lumayan luas, kami pasti bisa belajar dengan tenang.Tak terasa, Olimpiade sudah didepan mata. Besok aku dan teman-teman akan bertempur.
Aku menunggu pesan dari Yuan, tapiii tidak ada satupun pesan untuk menyemangati ku.Esok tiba...
Bismillahirrahmanirrahim, aku yakin bahwa aku bisa.
Kami siap-siap untuk datang ke lokasi olimpiade. Dan tak disangka yang mengikuti olimpiade sangat banyak. Aku jadi semakin ragu. Ya Allah, bagaimana ini?
Tapi aku harus yakin dan optimis, aku tidak boleh membuat semua kecewa.Setelah berbaris dan diberi arahan. Kami memasuki kelas dan mengerjakan soal olimpiade.
Krrriiiingggg..... Bertanda waktu yang disediakan telah habis.
Kamipun keluar ruangan dan berkumpul jadi satu.
"Gimana tadi? Tanya salah satu temanku.
"Sangat mengecewakan, aku ga nyangka bakal sesulit itu, semua yang aku pelajari tidak keluar. Rasanya aku tidak yakin akan juara", jawabku sedih.
"Sudah, ga usah sedih gitu, kita semua merasakan hal yang sama kok. Benar-benar susah sekali Ranya" jawab salah satu dari mereka.
Meskipun begitu, tetap saja aku takut. Aku tidak pernah tenang memikirkan ini.
Lanjut ⏬⏬
Para guru laku mengajak kami berbelanja , lalu jalan-jalan sebentar.
"Hmmm akhirnya selesai juga olimpiade ini. Sudah berusaha dan sudah berdoa, sisanya tinggal menunggu hasil", kataku didalam hati.
Setelah sampai di penginapan, semuanya mandi di sungai yang ada dibelakang penginapan. Karena aku tidak bisa berenang, aku hanya jalan-jalan disekeliling mereka.
Tiba-tiba, saat aku asik foto-foto, ada yang mendekatiku dari belakang.
"Ddooooorrr", kejut Ozil.
"Foto bareng yuk", katanya.
"Boleh", jawabku sembari mendekat.
Setelah foto-foto dia bertanya kepadaku, " Nyaa, kamu suka kan sama Yuan?", Tanyanya mengagetkanku.
"Haaah?? Ya engga lah", jawabku bohong.
"Udah ngaku aja sama aku, aku tau kok" ujarnya sambil melihat-lihat hasil jepretan tadi.
" Memangnya kamu tau dari mana?" Tanyaku penasaran.
"Tuh kan, berarti bener dugaan ku, udah kelihatan kok dari cara kamu berbicara sama dia. Dan tanpa sengaja aku juga dengar pembicaraan kalian waktu itu" katanya .
"Kenapa dia bisa tahu sih? Kalau semua teman-teman tahu gimana?", Bisik ku dalam hati.
Akhirnya karena sudah terpojokkan, aku mengakui semuanya sama Ozil.
"Eemmm karena kamu sudah tahu semuanya, tolong yaa jangan dibilangin siapa-siapa. Aku mohon banget, aku ga mau Yuan tahu soal ini", pintaku.
"Iya-iya Nyaa", ujarnya sembari pergi meninggalkan ku.
Keesokan nya kami pulang kembali ke kota kami, karena tinggal menunggu pengumuman nya saja.
Sampai dirumah, aku langsung menulis semua pengalaman ku dibuku harian ku.
"Gimana Nyaaaa? Menang atau kalah?", Tanya kak Rea.
"Belum diumumkan kak, aku juga belum tahu kapan akan diumumkan", jawabku.
Beberapa hari setelahnya, guru matematika kami masuk ke kelas. Dan dia mengatakan baru angkatan tahun ini yang tidak dapat juara sama sekali. Padahal tahun-tahun sebelumnya selalu dapat, apalagi anaknya yang memenangkan juara 2 olimpiade matematika.
"Hmmm ini sudah ku duga. Ayah, kak Rea, maafin aku mengecewakan kalian", ucapku dalam hati.
"Udah ga apa-apa, jangan sedih ya", bisik Arun.
Aku hanya mengangguk lemas.
Yuk lanjut 🌸
Jangan lupa votenya💜
Yuk ke bab selanjutnya ➡️ kelas IX 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA
Novela JuvenilRanya, seorang gadis yang banyak mimpi, tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa Ranya memiliki juang yang keras. Sayang, kisah cinta Ranya tidak banyak yang bisa dibanggakan. Ini perjalanan seorang gadis pada cinta yang kaku dan dingin. Sang pujang...