Tak terasa hari-hari yang murung telah berlalu, perlahan aku mampu melupakan kejadian yang membuatku terpukul keras.
Aku mencoba membiasakan diri dengan keadaan yang aku jalani saat ini."Keela , Arun...", Teriakku saat melihat mereka di taman .
"Sini...", Arun melambaikan tangannya.
Akupun segera berlari menghampiri mereka, dan tanpa sengaja, aku bertabrakan dengan Yuan. Aku tertunduk malu dihadapannya. Sudah lama sekali aku tidak mengirim pesan padanya. Dia hanya menatapku sebentar, lalu pergi begitu saja.
"Dasar es!", Bisikku kesal.
"Cie cieee, pasti deg degan tuuu", olok Keela .
"Biasa aja", aku mengelak.
"Ngaku aja deh kalau berbunga-bunga", Arun menggelitik perutku.
Kamipun tertawa terbahak-bahak bersama.
Mereka mampu membuatku ceria lagi, membuatku melupakan masalah yang ada . Mereka mampu membuatku tidak merasa sepi karena kak Rea sudah pergi untuk kuliah.
Di rumah hanya ada aku dan ayah, rutinitas ku menjadi berubah. Lebih pandai membagi waktu antara masak, beres-beres rumah, dan belajar.
Aku memulai kembali hidup mandiri ku dan mengurus ayah sebaik-baiknya .Hari Lepas landas masa SMP pun telah tiba. Rasa sedih bercampur senang aku rasakan. Aku mempersiapkan seragamku dengan rapi dan wangi.
"Kalian baik-baik ya disekolah baru nanti, dan doakan aku dapat teman sebaik kalian disana", aku merangkul kedua sahabatku .
"Mana mungkin dong ada teman yang melebihi baiknya kita, iya gak Run?", Keela menatap Arun.
"Nah bener tu Keel hahaha", Arun tertawa lalu tersedak-sedak.
"Tuh kaaan, nih minum dulu run", aku menawarkan air minum ku.
Setelah itu, kami menuju gedung perpisahan. Kami bersiap-siap membawa tisu untuk menangis di atas pentas nanti. Kami terdiam dalam renungan masing-masing. Hanya tersisa kenangan-kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan.
Tiba-tiba MC mengatakan saatnya kami bernyanyi di atas panggung.
Semua berbaris rapi dan menaiki panggung dengan tertib.Belum mulai bernyanyi air mataku sudah hampir jatuh karena melihat suasana yang begitu hening dan sedih, melihat adik-adik kelas yang akan menempati posisi kami, melihat guru-guru yang senantiasa bersabar menghadapi kami, melihat sekeliling sekolah yang begitu banyak kenangan manis maupun pahit. Semuanya cukup memberi pelajaran berharga.
Tibalah saatnya menyanyikan lagu-lagu perpisahan. Baru dimulai aku sudah menangis tidak karuan. Menatap teman-teman di kanan kiri ku, membuatku tambah menangis terisak-isak. Suara bernyanyi sudah tidak karuan karena panggung sudah dipenuhi suara air mata. Hampir semuanya menangis melepas masa-masa terakhir ini. Bahkan murid-murid yang terkenal nakal sekalipun.
Setelah bernyanyi, kami menuruni panggung dengan lemah lesu, tak berdaya melihat teman-teman menangis, saling merangkul, saling bergandengan tangan.
Aku, Keela, dan Arun segera bertemu dan kami berpelukan erat, menangis tersedu-sedu.
"Udaah, nanti mata kita bengkak, ga bisa foto-foto", Keela mencoba menghentikan kesedihannya.
"Iyaa bener juga", sambung Arun mengusap air matanya yang membasahi pipinya.
"Nanti kita harus foto banyak-banyak yaa, aku akan sangat merindukan kalian", ujarku menatap kedua sahabatku.
"Iyaa harus, eehh emang kamu ga mau foto sama Yuan Nyaa?", Ledek Arun menyenggol bahuku.
"Pengen sih, karena kapan lagi aku bisa ketemu dia kan? Tapi aku malu ngomongnya", aku menghela nafas panjang.
"Udah tenang aja, kan ada kita, nanti aku bisa bantu kamu kok", Keela mengangkat alisnya.
"Eemm makasih yaa ", kataku merangkul pundak mereka dan hampir meneteskan air mata lagi .
Setelah acara puncak selesai, dan kami sudah puas foto-foto, aku melihat Yuan sedang berdiri sendirian. Aku ingin memiliki foto bersama dengan Yuan walau hanya satu kali seumur hidup.
"Keel, tolong aku dong, itu Yuan berdiri sendirian disana, mumpung lagi sendiri kan?", Kataku tergesa gesa dan berkeringat dingin.
"Tangan kamu dingin amat Nyaa?", Olok Keela memegang tanganku.
"Iihh ayo cepetan, udah ga ada waktu lagi, nanti dia pergi", aku menarik baju Keela.
Aku menunggu Keela diluar gedung, sambil memegang dadaku yang berdegup kencang, tanganku yang dingin dan keringat yang bercucuran. Aku takut Yuan menolak foto bersama denganku.
"Keela, gimana?", Tanyaku penasaran saat Keela menghampiriku sambil berlari.
"Yes, dia mau, ayo cepetan", Keela menarik tanganku karena ikut merasakan bahagia yang aku rasakan.
Keela menarik ku hingga berdiri tepat disisi Yuan, kami berdiri tanpa jarak sedikitpun. Aku sangat senang. Tak dapat ku gambarkan dengan kata-kata betapa bahagianya aku. Aku hanya berpose seadanya, sambil sesekali melirik kearah Yuan. Aku tidak menyangka Yuan akan berfoto bersama denganku.
"Nih udh", kata Keela menyodorkan ponselku yang ia gunakan untuk memotret.
Setelah itu Yuan langsung pergi dengan sedikit senyuman dibibir pinknya. Akupun langsung keluar gedung dan meloncat kegirangan.
"Aaaa keelaaaaaa, makasih yaaa, kamu hebat hari ini", aku memeluk Keela dan mencubit pipinya yang chubby.
"Iya iyaaa, ya jangan loncat-loncat gitu, malu iihh nanti dilihatin orang", Keela berbisik.
"Heheh iya iya, aku seneng banget Keel, aku ga nyangka aku punya kesempatan yang tidak dimilki semua wanita", aku masih membayangkan saat berfoto bersama Yuan .
"Hmm iya deh iyaaa", ujar Keela.
"Dan kamu tahu gak? Aku melihat Yuan tersenyum saat dia hendak pergi tadi, ya Ampun betapa indahnya", aku tersenyum.
"Iya sih, aku juga lihat, itu tandanya dia ga terpaksa Nyaa", katanya girang.
Aku hanya tersenyum-senyum sendiri dan melihat-lihat hasil foto tadi.
"Cocok" bisikku dalam hati .
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA
Teen FictionRanya, seorang gadis yang banyak mimpi, tak sedikit dari mereka mengatakan bahwa Ranya memiliki juang yang keras. Sayang, kisah cinta Ranya tidak banyak yang bisa dibanggakan. Ini perjalanan seorang gadis pada cinta yang kaku dan dingin. Sang pujang...