Duaarrrr,,, Duaarrrr,,
Diluar sedang hujan dan petir terus terdengar mengiringi hujan deras yang turun sejak sore tadi. Udara begitu dingin walaupun aku berada di dalam rumah.
"Oppa baru pulang? Oppa begitu basah, mandilah, aku siapkan makan malam" ujarku, dia kekasihku, pria yang sudah membuatku jatuh cinta setengah mati. Dan saat ini aku tengah menggandung, sudah tiga bulan dan ia tidak pernah mengatakan akan menikahiku. Dan aku tidak pernah menuntut lebih.
"Gugurkanlah!!!" Ujarnya pelan
Aku berhenti dan menatapnya, aku begitu terkejut. Aku mengenalnya cukup lama sebelum ia menjadi kekasihku, sebelum aku melepaskan semuanya demi dia, dia bukan pria tidak bertanggung jawab seperti ini. Okay dia tidak ingin menikahiku, aku bisa mengerti tapi sekarang ia memintaku menggugurkan anakku, darah dagingnya. Aku tidak bisa terima.
"Gugurkan kandunganmu itu Im Yoona, aku tidak menginginkannya. Aku tidak menginginkan hubungan ini lagi" teriaknya malam itu setelah beberapa malam ia tidak mau berbicara denganku. Aku tidak tahu ia kenapa, padahal saat mengetahui kehamilanku, dia adalah orang yang paling bahagia dan sekarang ia memintaku menggugurkannya.
"Oppa,," aku memegang tangannya, ia menghempaskan tanganku. "Aku mohon jangan seperti ini, jika aku bersalah padamu, katakanlah oppa"
"Aku harap kamu mengerti" ujarnya
"Apa yang harus aku mengerti? Apa semua ini tidak cukup? Aku melakukan semuanya untukmu, aku melepaskan karierku, keluarga demi kamu dan sekarang kamu minta aku mengerti. Bagian mana yang harus aku mengerti lagi Choi Siwon?" Tanyaku, aku tidak pernah menangis di hadapannya tapi kali ini aku tidak bisa menahannya lagi. Aku begitu terluka.
"Saat kamu tahu aku hamil, kamu juga tidak pernah mengatakan akan menikahiku. Aku merasa diriku begitu bodoh, bodoh sampai kamu selalu ingin membodohiku" aku berlutut di hadapannya
"Aku akan menikah, aku tidak menginginkan hubungan ini lagi" ujarnya, ia membelakangiku. Untuk melihatku saja dia tidak mau lagi.
"Oppa,,"
"Aku tidak ingin kamu menjadi batu sandung untukku, aku mohon gugurkanlah" ujarnya lagi
"Aku akan melakukan apapun, tapi jangan memintaku untuk membunuh bayiku. Jika kamu tidak mau mengakuinya, aku tidak memaksamu. Jika kamu ingin menikah, aku akan pergi. Aku akan pergi dari hidupmu sampai kamu tidak akan pernah melihatku lagi" aku berusaha menahan air mataku tapi sialnya air mata ini terus mengalir.
"Aku tidak memberikanmu pilihan Im Yoona. Kamu harus menggugurkannya dan pergi dari hidupku. Kamu tidak bisa memilih" ujarnya, ia penuh penekanan dan begitu tegas. Matanya memerah, aku melihat kemarahan di matanya.
"Sebaiknya kamu bunuh saja aku" ujarku, aku berdiri jika ia memaksaku, aku akan membunuh diriku juga. Aku menuju ke dapur, ia mengejarku, aku meraih pisau dapur yang cukup tajam.
"Kamu jangan mengancamku Im Yoona" ujarnya
"Aku tidak mengancammu, aku benar akan mengakhiri hidupku jika kamu memaksaku membunuh bayiku" teriakku
Ia berlari ke arahku, aku mengarahkan pisau itu ke leherku tapi ia berusaha melepaskannya dari tanganku. Tenaganya lebih kuat dariku. Pisau terjatuh dan darahku sedikit mengalir, karena goresan tadi. Ia menarik tanganku memaksaku ikut dengannya.
***
Ia tidak peduli hujan turun dengan deras, ia menarikku keluar rumah. Hujan membasahi tubuhku dan tubuhnya. Ia memaksaku masuk ke mobilnya, lalu ia mulai menjalankan mobilnya. Dia pria kejam, pria yang aku panggil oppa sejak kecil, tega melakukan semua ini padaku. Aku membencinya.
Bagaimana pun aku melawan, dia tidak bisa dihentikan. Hanya Tuhan yang mampu menolongku saat ini.
Kami tiba di rumah sakit, ia menarikku sekuat tenaganya untuk menuju ruangan aborsi.
"Jangan lakukan ini padaku, aku mohon" bisikku, aku kehilangan tenagaku. Melihatku tidak memberikan perlawanan yang berarti lagi, ia melepaskan tanganku, menggunakan kesempatan itu aku berlari sekuat tenagaku.
Ia mengejarku, aku masuk ke sebuah ruangan yang kebetulan pintunya terbuka. Tanpa peduli aku mendorong orang yang membuka pintu itu untuk masuk kembali.
"Yoong, yoona. Kamu kenapa?" Tanyanya, menyadari dia adalah orang yang aku kenal. Aku memeluknya.
"Tolong aku," ujarku dan ia membalas pelukanku.
***
Mimpi itu terus menghantuiku walaupun tiga tahun telah berlalu. Aku menatap keluar jendela kamar, hujan sedang turun dengan deras. Pantas saja aku mengalami mimpi buruk itu lagi. Mimpi itu akan datang setiap hujan turun.
Aku memakai mantelku dan menuju ke balkon kamar, cuaca begitu dingin, tapi aku menyukai hujan. Aku menatap sekilas ke dalam kamar, putra kecilku sedang bergulung di bawah selimut tebal. Ia begitu lelap.
Aku dan dia sudah berada disini sejak tiga tahun yang lalu, aku juga melahirkannya disini, setelah aku berhasil kabur dari seoul, aku pindah ke Melbourn. Aku menyukai cuaca disini.
"Mom" putraku memanggilku, selalu begitu ia akan terbangun jika tidak ada aku di sampingnya.
"Sayang, kenapa terbangun?"
"Dingin mom. Tidak ada mommy peluk darren, darren kedinginan" ujarnya
"Ayo kita kembali tidur" ujarku dan ia mengangguk, aku menggendongnya dalam pelukanku dan menciumnya
"Love you mom" ia menciumku juga.
Walaupun ia tidak memiliki daddy, aku tidak akan membiarkannya kekurangan kasih sayang. Dia satu-satunya hartaku,
"Mommy love you too" balasku. Lalu aku memeluknya dalam tidurku.
"Aku bermimpi mommy menangis" ujar darren "mommy jangan menangis, darren akan menjaga mommy. Jika ada yang jahat, darren akan pukul mereka" ujarnya dan aku tersenyum
"Tidak ada yang jahat, semua orang baik pada mommy dan darren"
"Uncle Sehun baik, darren menyukainya" ujar darren
"Ne, uncle sehun orang yang baik" ujarku
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Aishiteru
FanfictionMemaafkan bukan berarti melupakan, setiap melihatmu aku masih merasakan sakit itu. ~Im Yoona