✖Chapter 1✖

3.6K 167 43
                                    

"RIKU!!!!!!" teriak seorang anak laki-laki dengan rambut putih kemerah mudaan dengan wajahnya yang sangat pucat. Ia berusaha menerobos keramaian tetapi seseorang menghentikannya. "LEPASKAN AKU!!! ADIKKU!!! ADIKKU!!!" Ia menangis begitu keras, "ADIKKU BERADA DI DALAM!!! TOLONG!!! KUMOHON SIAPAPUN SELAMATKAN DIA!!!"

Rumahnya terbakar setelah beberapa menit ia meninggalkannya. Adiknya yang malang berada di dalam rumah tersebut. Meskipun begitu, tidak ada satu pun manusia yang berusaha memadamkan api rumah itu dikarenakan posisi rumah itu sangat jauh dari pusat desa dan berada di tengah-tengah hamparan sawah.

Anak itu terus meronta-ronta dari pegangan laki-laki dewasa yang terus memegangi tangannya. Beberapa saat kemudian, anak itu berhasil terlepas dari pegangan laki-laki dewasa itu meskipun hal tersebut menyebabkan yukattanya sedikit koyak. Ia berlari menerobos keramaian yang hanya menjadi penonton dari insiden tersebut.

"RIKU!! RIKU!! RIKU!!" ia terus meneriaki nama adiknya saat menerobos, "AKU AKAN MENYELAMATKANMU!! TUNGGULAH!!!"

"BOCAH KURANG AJAR!!! DIAMLAH!!!" laki-laki tadi dengan cepat menangkap anak itu serta menyuntiknya dengan obat penenang.
Anak itu perlahan kehilangan kesadarannya. Meskipun begitu, ia terus menerus menyebut nama adiknya.

"R-Riku...," air mata sekali lagi jatuh dari matanya.

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Anak berusia dua belas tahun itu terbatuk-batuk di dalam rumah yang terbakar. Sambil berpegangan pada dinding, ia terus berjalan melewati panasnya api. "T-Tenn-nii...," ia memanggil nama kakaknya.

Wajahnya terus memucat, nafasnya terus bertambah berat hingga kakinya tidak sanggup untuk menopang tubuhnya sendiri. Ia terjatuh.
'Aku akan mati... di hari ulang tahunku...' benaknya berkata demikian, 'Tidak... Aku harus terus bertahan hidup...'

Ia perlahan merangkak menuju pintu keluar. 'Aku tidak boleh mati... T-Tenn-nii...,' kantung mata mulai terlihat dibawah matanya. Ia kesulitan bernafas. Api mulai menjalar mendekatinya.

Air mata mulai berjatuhan dari matanya. 'Aku... ingin... hidup... Kumohon...' sambil mengatur nafasnya ia terus merangkak menuju pintu keluar. Tapi, usahanya tidak berhasil. Ia malah terjatuh. Tampaknya, asma yang dideritanya membuatnya tambah kesulitan untuk bergerak dalam situasi seperti ini.

Matanya mulai kehilangan cahaya harapan dan perlahan menutup. 'Aku tidak peduli lagi...,' ujarnya dalam hati,

'Hadiah terburuk di hari ulang tahunku...'

●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Anak itu perlahan membuka matanya. Kemudian, ia mengedipkan matanya beberapa kali. Ia berusaha bangun dari posisi tengkurepnya dan berhasil duduk. Ia melihat ke sekitar.

"Aku... masih hidup..." ujarnya sebelum ia membelalakan matanya. Ia terkejut akan kenyataan bahwa api tidak membakar hangus dirinya dan ia tidak berada di akhirat. Ia masih berada di tempat ia terakhir jatuh. Ia Ia kemudian mengalihkan matanya ke tangannya dan ke seluruh tubuhnya. Tidak ada luka. Hanya ada abu hitam yang berasal dari api tadi. Rumahnya kandas dilalap si jago merah. Hanya menyisakan lantai kayu tempat ia terduduk.

"Apa yang terjadi?" tanyanya.

Meskipun agak terasa sakit, ia berusaha untuk berdiri. Untungnya, usahanya tersebut berhasil.

Suara tepuk tangan terdengar dari sisi kanannya. Anak itu menengok ke sumber suara. "Dare...?" tanyanya pada pria yang bertepuk tangan itu.

Pria itu malah tertawa mendengar pertanyaan yang keluar dari anak itu, "Aku tak menyangka bahwa kau dapat bertahan tanpa luka sedikitpun setelah dilalap oleh api. Kau benar-benar hebat, Nanase Riku!"

Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang