✖️Chapter 27✖️

816 48 10
                                    

"Cepat! Larilah ke sebelah sini!" seru Gaku kepada para penduduk yang berlarian untuk segera keluar dari kota tempat dimana mereka tinggal.

"Mohon perhatikan jalan, ya... Hati-hati...," ujar Ryuu sambil membantu Gaku mengevakuasi penduduk.

Keadaan di kota ini kini sangat gawat. Asap hitam membumbung tinggi, puing-puing bangunan di mana-mana, gedung-gedung yang hancur, mayat bergelimpangan dan darah dimana-mana. Suara sirene juga terdengar. Suara polisi yang memberi arahan kepada penduduk. Hal ini terjadi, hanya karena satu mahluk Angra Mangiu yang mengamuk tidak jelas di kota itu.

Gaku kemudian mengalihkan pandangannya pada Tenn yang masih asyik menyerang penduduk di kejauhan. Kedua tangannya ia kepalkan, kedua iris matanya bergetar. "Nande... Tenn...!" air mata berkumpul di pucuk kedua matanya.

Melihat Gaku yang sedang menahan tangisnya, Ryuu jadi ikut sedih. "Gaku..."

"Lagian... Kenapa ia tidak bercerita kepada kita?! Tentang masalahnya...?! Kalau ia bercerita... Ia tidak akan menjadi seperti ini! Ya 'kan, Ryuu?!" tanya Gaku dengan nada bicara yang bergetar.

Tak kuasa menahan tangisnya lagi, akhirnya mata Ryuu mengeluarkan air mata. "Tenn masih anak-anak... Tapi, ia sudah menanggung banyak beban... Dan... Kita yang jauh lebih tua darinya, tidak bisa... Melakukan apa-apa..."

"Ryuu...," Setelah menatap Ryuu agak lama, Gaku mengangguk dan air mata keluar dari kedua matanya, "Iya. Kau benar. Karena, sekarang... Semuanya sudah terlambat...," Ia pun mengarahkan pandangannya pada Tenn yang berada di kejauhan, "...Yang di sana... Sudah bukanlah Tenn yang kita kenal. Dengan begini..."

"...TRIGGER berakhir..."

"Bapak/Ibu sekalian, harap segera mengevakuasikan diri. Kami dari Markas Takanashi telah menyediakan kota yang aman dan nyaman untuk ditinggali. Mohon berhati-hati. Dan pastikan agar anggota keluarga kalian selamat," suara Otoharu terdengar dimana-mana karena pengeras suara.

Melihat hal-hal ini, Tenn jadi merasa sangat jengkel. Sehingga, ia pun memutuskan untuk menyerang penduduk yang berlarian keluar dari kota tersebut. Tapi, hal tersebut dihentikan oleh Sogo—ia menahan kapak besar milik Tenn dengan katana-nya.

"Cih...! MENGGANGGU!" seru Tenn sambil mengayunkan kapaknya lebih keras lagi. Menyadari hal itu, Sogo pun bergegas membaca mantra, "Nafas Pedang Halilintar, Jurus Kedua: Setruman Halilintar!"

Dengan demikian, percikan-percikan petir berwarna ungu bercahaya muncul di sekitar katana milik Sogo dan mulai mengalir ke senjata milik Tenn. Tapi, karena untuk Tenn setrumannya terlalu lemah, ia tidak tersetrum. Sogo pun menguatkan setrumannya. Karena ia menguatkan jurusnya, kedua mata Sogo jadi lebih bercahaya dan kerak-kerak berwarna ungu pada wajah serta lehernya mulai terlihat.

Karena, setrumannya semakin menguat, akhirnya Tenn pun tersetrum. "AAAKKHH!!!" teriak Tenn.

Tak lama kemudian, Tenn segera melompat ke belakang untuk menghindari setruman. Darah segar sedikit mengalir keluar dari mulut Tenn, ia pun mengelapnya dengan lengan bajunya. Melihat itu, Tenn sangat marah. "SIALAAANNN!!!" serunya sambil kembali menyerang Sogo dengan kapak besarnya.

Ketika Tenn mulai mendekat, Sogo juga mendekat padanya agar ia dapat meraih kerah baju milik Tenn. Saat ia meraihnya, ia pun melempar Tenn menjauhi daerah di mana penduduk dievakuasi.

"AAAAAGHH....!!!!" Sogo berseru saat melempar Tenn. "Mustahil!" Tenn terkejut melihat Sogo yang berhasil melemparnya agak jauh dari lokasi evakuasi.

Saat tubuh Tenn akhirnya mendekati daratan, Nagi yang telah sedikit pulih dari cederanya tadi menyiapkan kuda-kudanya untuk menusuk jantung Tenn dari belakang. Tenn sadar akan hal itu, sehingga ia membalikkan tubuhnya dan mengayunkan kapaknya ke arah Nagi.

Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang