✖Chapter 13✖

595 76 12
                                    

Kini, Erin dan wanita tadi yang pergi ke hadapan Raja Sirena sudah tiba di Kerajaan Lama. Erin melihat ke kiri dan ke kanannya. Dia melihat suasana kerajaan itu dalam takjub sekaligus heran.

'Suasananya berbeda sekali dengan Sirena...,' benak Erin, '...Penduduk di sini berwajah datar dan kaku.'

Ketika Erin masih berjalan, tiba-tiba wanita yang berjalan di depannya berhenti. Karena itu, Erin ikut berhenti. Kemudian, Erin memiringkan kepalanya, "Ada apa?"

Wanita itu menatap Erin dengan wajah datarnya. Ia berjongkok di depan Erin sehingga wanita itu dapat memperhatikan mata Erin lebih jelas.

Wanita itu tersenyum, "Syukurlah, aku dapat menemukan seseorang sepertimu. Kau adalah anak yang tepat untuk melakukan rencana raja kami."

"... Hah?" Erin menaikan alis kirinya.

"Kau akan paham nanti," wanita itu berdiri lagi kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan istana kerajaan Lama. Erin bingung melihat tingkah wanita itu tapi ia tidak bertanya apapun dan tetap mengikuti jejak wanita itu.

------------------------😈😈😈----------------------

5 tahun kemudian (Erin=10 tahun, Orion=14 tahun), di pelabuhan pusat perdagangan Kerajaan Lama...

"Hei, apa kau tahu tentang Pembunuh Bayangan yang masih berkeliaran sampai sekarang?" tanya seorang wanita pada pria di sebelahnya.

"Ah... Bukankah itu Dewa Kematian?" pria yang disebelahnya itu bertanya balik, "Uwaa... Sepertinya kerajaan ini sedang dikutuk!"

"Wahh! Mengerikan sekali!"

"WOAAH!!!" kedua orang tadi dikejutkan dengan kehadiran seorang bocah yang muncul secara tiba-tiba.

Setelah menyadari bahwa mereka dikejutkan oleh seorang bocah, pria tadi berkata, "Aduh, nak... Jangan mengagetkan kami seperti itu, dong... Bisa-bisa kami jantungan, tahu, gak!"

Bocah itu tertawa, "Habisnya wajah kalian terlihat tegang gitu, sih!"

Wanita yang berada di sebelah pria tadi menghela nafas. Kemudian tersenyum halus menatap wajah bocah itu, "Anak-anak sepertimu kenapa berkeliaran di tempat seperti ini? Dan... Kenapa kau memakai anting ini? Bukankah anting itu adalah perhiasan bagi bangsawan?"

"Oh... Anak bangsawan yang tersesat, ya? Kita harus menyerahkannya pada penjaga terdekat..."

Tanpa disadari, darah keluar dari mulut pria dan wanita itu. Tak hanya itu, kedua dada mereka juga berlubang serta luka gores di bagian tubuh mereka lainnya. Orang-orang lantas terkejut dengan hal itu. Ada yang meneriakkan jeritan ngeri, ada yang segera memanggil penjaga di pelabuhan itu dan ada yang menonton saja.

Kedua orang itu kini terjatuh dengan bagian tubuh depannya yang menghantam tanah. Pria itu mengedipkan beberapa kali matanya, matanya melirik ke sana kemari mencari keberadaan anak tadi yang ia temui. Tapi, sayang sekali ia tidak menemukannya.

"D...Dewa... K...Kema...tian...," itulah kata terakhirnya sebelum akhirnya ia kehilangan seluruh nyawanya.

Bocah yang dicari oleh pria yang mati tadi itu kini sedang berdiri di atas salah satu atap rumah. Ia hanya menonton hasil dari kerjaannya.

Kemudian, ia mengeluarkan sebuah kunai yang tadi ia gunakan untuk membunuh kedua orang itu. Masih ada darah yang tersisa pada benda itu sehingga ia membersihkannya dengan tangannya yang terbalut dengan sarung tangan.

Ia menghela nafas, "Lelahnya... Pulang, ah."

Bocah itu loncat dari atap dan mendarat dengan selamat di daratan. Ia berjalan santai menuju rumahnya yang terletak jauh di dalam hutan.

Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang