Karena Iori terus menangis dan tidak mau melepaskan pelukkannya dari Riku, Riku memutuskan untuk duduk di lantai dan menyandar ke rak buku sambil mengelus kepala Iori dengan lembut. Dalam waktu yang cukup lama, Iori tertidur di pundak Riku. Melihat hal itu, Riku menyusun kursi-kursi yang ada di sana dan meletakkan Iori di atas kursi-kursi tersebut. Ia membuat selimut dengan cara yang sama seperti saat ia membuat kunai dengan mantranya. Lalu, ia menyelimuti tubuh ramping Iori yang sudah terlelap dalam tidurnya. Seselesai ia mengurusi Iori, Riku kembali ke kursi tempat tadi ia duduk dan lanjut membaca serta mempelajari isi buku-buku itu.
*timeskip
Hari mulai sore, Riku sudah selesai membaca kelima buku itu. Ia dapat menyelesaikannya cukup cepat karena ia hanya membaca mantra yang ia butuhkan untuk rencananya. Di saat itu, Iori belum juga terbangun. Setelah meletakkan buku-buku itu kembali ke tempat semula, ia menatap wajah tidur Iori. ‘Mungkin ia kecapekan kali, ya...?’ benak Riku.
“Iori...,” Riku membelai rambut Iori dengan lembut dan tersenyum, “...Arigato... Sayonara...” Kemudian, ia menggendong Iori ala bridal-style dan hendak membawanya ke kamarnya. Tapi, karena Riku tidak tahu dimana, ia memutuskan untuk mengelilingi Markas Takanashi. Siapa tahu ia bertemu dengan seseorang yang mengetahui lokasi kamar Iori.
Dan benar saja, tak lama kemudian setelah ia berjalan-jalan di sekitar markas tersebut, ia bertemu dengan seorang pemuda berambut biru terang yang sedang asyik menyantap puddingnya. “Anoo, sumimasen,” ujar Riku pada pemuda itu. Pemuda itu mengarahkan pandangan datarnya pada Riku. Kemudian Riku melanjutkan perkataannya, “Etto... Kamar milik gadis ini... Dimana, ya...?”
Pemuda itu tidak langsung menjawab, ia menatap wajah Riku lamat-lamat kemudian menatap gadis yang sedang digendong Riku. “Kenapa kau bisa bersama Iorin?” tanya pemuda itu.
Riku tertawa terpaksa, “Maa... Panjang ceritanya...”“Ah, souka. Kalau begitu... Biar aku antarkan kau ke kamarnya,” seselesai ia berkata demikian, ia langsung meninggalkan Riku. Riku menyajarkan langkahnya dengan pemuda itu.
Beberapa menit tanpa pembicaraan, karena suasana yang agak kurang nyaman, Riku pun memutuskan untuk bertanya, “Siapa namamu?”
“Yotsuba Tamaki. Kau?”
Riku tertawa kecil, “Kudengar Markas Takanashi sedang mengawasiku jadi tidak mungkin kau tidak mengenal aku.”
Tamaki berpikir sejenak dan kemudian berkata, “Oh, jadi kau Rikkun, ya...?”
“Rik...kun...? Namaku Riku bukan Rikkun.”
“Itu panggilanku untukmu. So-chan dan Iorin tidak mempermasalahkan hal tersebut setiap kali kami membahas tentangmu. Lagian, bukannya panggilan seperti itu terdengar kawaii?”
“Terserah, deh...,” ujar Riku pasrah.
Tak lama kemudian, mereka pun tiba di depan sebuah asrama. Tamaki membuka pintu asrama tersebut. “Tadaima,” katanya.“Okaeri,” balas seseorang dari dalam sebuah ruangan. Riku dan Tamaki masuk ke ruangan tersebut. “Tamaki-kun... dan... Eh...,” pria bersurai putih keungu-unguan itu menatap bingung Riku. Kemudian ia tersenyum, “Ah, Nanase Riku-kun, kah? Ada apa?"
Riku sedikit membungkuk pada pria itu dan kemudian berkata, “Kamar Iori dimana?”
“Ah, Iori-chan tertidur, ya? Aku sarankan kau meletakkannya di sofa itu saja,” Pria itu menunjuk ke arah salah satu sofa yang ada di ruangan tersebut, “Karena, tempat tidur milik Iori-chan tinggi dan akan susah membawanya ke atas sana.”
“Ah, souka,” ujar Riku sambil menyembunyikan keterkejutannya. ‘KENAPA IORI MEMPERBOLEHKAN DIA MEMANGGILNYA DENGAN AKHIRAN –CHAN?!’ benak Riku, ‘Iori sialan... Ughh!! Ingin sekali aku melempar gadis ini ke laut!!!’ Sambil bersungut-sungut, Riku meletakkan Iori di atas sofa seperti apa yang pria tadi suruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️
FanfictionThis book has it 2nd Season titled: 暗いの光/DARKLIGHT "Tenn-nii, kau ingin aku mati, kan?" Remaja laki-laki berambut merah itu perlahan kehilangan jati dirinya. Entahlah, apakah ada sebuah nyanyian yang dapat menyelamatkan orang yang telah tenggelam te...