Orang-orang masih memandang butiran-butiran cahaya yang berterbangan ke atas dan menghilang secara perlahan. ‘Tunggulah aku, Erin. Aku akan segera menyusulmu...,’ ujar Sardinia dalam hati. Karena ucapannya dalam hati dapat didengar Tenn, Tenn pun berpikir.
‘Mungkin karena aku berada sedekat ini dengan jiwa Sardinia, jadi aku dapat merasakan kesedihan dan kepedihan di hatinya. Sepertinya... Kami memiliki pola pikir yang sama. Mau sepedih apapun itu keadaannya, aku harus tetap kuat agar orang-orang di sekitarku takkan mencemaskanku. Habisnya, daritadi Sardinia terlihat sangat biasa-biasa saja tapi saat ia melihat Erin, ia terlihat seperti orang yang tak berdaya. Orang yang telah melakukan dosa besar terhadap orang yang ia sayangi. Tapi, Erin malah tersenyum saat melihat Sardinia dan menangis bahagia...’
‘...Kenapa... Aku berharap untuk menjadi Sardinia...? Apa karena... Adiknya senang saat melihatnya lagi...? Berbeda denganku...’
‘...Riku... membenciku...’
Tenn menangis. ‘Ah... Kenapa aku menangis...? Lagipula... Aku pantas untuk menerimanya... Juga, aku masih memiliki teman... Keluarga yang baru...’ Wajah Gaku dan Ryuu terlintas di benaknya. Tapi, saat ia mengingat mereka, tangisnya malah semakin menjadi.
Sardinia menyadari bahwa Tenn sedang menangis. Tapi, Sardinia membiarkannya karena dia lebih mengutamakan upaya untuk mengalahkan Tsukumo. Setelah menghapus air matanya, Sardinia berdiri dan menatap tegas Riku. Riku juga melakukan hal yang sama.
“Kau itu... Nanase Riku ‘kan?” tanya Sardinia dengan wajah datarnya.
Riku agak tersentak mendengar pertanyaan Sardinia. Karena, ia tidak menyangka bahwa Sardinia yang akan memulai pembicaraan. ‘Aku tahu kalau yang di depanku ini bukan Tenn-nii tapi... Karena matanya tidak berubah, aku jadi merasa seperti Tenn-nii mengajakku berbicara... C-Canggung sekali...’ benak Riku. Setelah berpikir demkian, Riku mengangguk.“Hmm... Jaa, aku akan membantu kalian untuk mengalahkan Tsukumo,” kata Sardinia dengan santainya sambil berjalan meninggalkan yang lainnya.
Melihat hal itu, yang ditinggalkan menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Mitsuki dan Tamaki terlihat jengkel, Banri dan Yamato hanya memasang face palm sedangkan Riku... dengan wajah POLOSnya dia memiringkan kepalanya—doi bingung melihat kelakuan Sardinia.
Tak kuasa menahan rasa jengkelnya lagi, Mitsuki mengomel, “APAAN SIH?! TADI TAHU-TAHU NYERANG, SEKARANG MALAH MAU NGEBANTU KAMI. GAK JELAS BANGET LU!”
Sambil memasang wajah julit, Tamaki berkata, “Apaan sih masalah hidupnya?”
Banri dan Yamato menghela nafas mendengar kedua mahluk itu komplein. Riku hanya menunjukan senyum tertawanya sambil sweat drop.
Sardinia berhenti di tempat kemudian menoleh ke arah yang ia sudah tinggalkan sejauh satu meter itu, “Apa sih? Emangnya masalah apa kalau seorang Raja memerintah rakyatnya? Ingat, aku itu raja,” Sardinia menghadapkan tubuhnya pada mereka dengan lagak sombongnya, “Raja Sardinia, raja yang memimpin kerajaan air biru, Kerajaan Sirena.”
“Maap nih, gan. Gua tahunya Sirene. Si-Irene. Si Author buku ini,” ujar Mitsuki datar.
Hey, mohon maap nih, Bonsai. Sekarang itu suasananya lagi serius. Jangan ngadi-ngadi dulu, deh.
Oke, lanjut.
Sardinia tertawa, “Haa, berarti kau bodoh. Masa’ pengetahuan umum seperti itu saja kau tidak tahu,” doi pun tertawa lagi. Kini tak hanya Mitsuki dan Tamaki yang merasa kesal, melainkan semua yang mendengar tawa Sardinia—tak terkecuali Riku. Karena itu, Riku memutuskan untuk berjalan mendekat pada Sardinia dan memukul kepala Sardinia tanpa belas kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️
FanfictionThis book has it 2nd Season titled: 暗いの光/DARKLIGHT "Tenn-nii, kau ingin aku mati, kan?" Remaja laki-laki berambut merah itu perlahan kehilangan jati dirinya. Entahlah, apakah ada sebuah nyanyian yang dapat menyelamatkan orang yang telah tenggelam te...