✖Chapter 12✖

589 87 30
                                    

Erin' POV:

Sesampainya aku di depan kepingan memori milik Riku, saat aku hendak mengetuk kepingan itu, aku sempat menonton cuplikan memori yang ada di sana. Aku melihatnya bermain dan bersenang-senang bersama kakaknya. Kakaknya merawat Riku yang sakitan dengan sabar dan senyuman di wajahnya. Menghibur Riku dengan nyanyiannya.

Ah!

Aku membelalakkan kedua mataku.

Souka...

Aku mengerti alasan Riku ingin membunuh kakaknya sendiri.

Dia... Terlalu dimanja...

Dia terlalu dilindungi dan terlalu disayangi oleh kakaknya. Saat kakaknya meninggalkan Riku, ia berpikir bahwa ia telah kehilangan kasih sayang sepenuhnya. Maa, seharusnya ia tidak seperti ini tapi... Keegoisan lebih menguasai Riku. Makanya, Riku sangat marah karena telah kehilangan itu semua sehingga memungkinkan dirinya berniat membalas dendam ke kakaknya.

Aku melihat ke sekelilingku lagi. Aku melihat ke arah kepingan-kepingan memori milik Riku yang melayang di sekelilingku.

...

Riku memang egois tapi... Di atas semua itu... Dia sudah berkali-kali melakukan kebaikan...

Aku tertawa kecil.

Yare yare... Memang, ya... Manusia tidak ada yang sempurna. Mau sebaik apapun dia, pasti dia memiliki suatu kejelekkan. Tapi, itu jugalah yang menjadikan mereka itu unik. Mereka memiliki berbagai macam sikap unik dalam diri mereka masing-masing dan mereka selalu mencoba untuk menjadi lebih baik.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya. Kemudian, aku mengetuk kepingan memori milik Riku yang melayang di depanku.

"Riku, apa kau di sana?" tanyaku. Aku menunggu beberapa detik tapi tidak ada jawaban.

"Riku, keluarlah!" sekali lagi aku dikacangin. Ugh... Ini semakin membuatku kesal.

Aku menggigit bibirku kemudian aku teriak, "KELUARLAH, SIALAN!!! AKU TAHU KAU ADA DI SANA!!!"

"Kasar banget, dah."

Aku membelalakkan kedua mataku, kemudian menengok ke belakangku. "RIKU!!!" Iya, di sana berdirilah Riku dengan mata tanpa cahaya harapan.

"Bagaimana cara kau sampai ke sini? Padahal... Aku sudah menyerahkan tubuh ini padamu bahkan aku sampai menggunakan mantra agar Tsukumo tidak dapat mengeluarkanmu secara paksa," ujar Riku dengan penuh keputusasaan.

Author' POV:

Erin mengepalkan kedua tangannya. Ia mengumpulkan perasaan marahnya di kedua kepalan tangannya. Lalu, ia menonjok Riku di bagian pipi kirinya.

Riku terjatuh dan ia sangat terkejut melihat kemarahan Erin.

Erin berteriak, "DASAR, BODOH!!! Tidak... Lebih tepatnya... GAK PEKA!!!!"

Riku membelalakan kedua matanya dan wajahnya berubah menjadi pucat. Sambil memegangi pipi kirinya, ia bertanya, "K-Kenapa, Erin...? Bukannya seharusnya kau senang? Dengan ini... Kau dapat memperbaiki penyesalanmu."

"Penyesalan... Kau... bilang...? Memangnya... Kau tahu apa tentangku?! Kau saja tidak tahu mengenai masalah keluargaku!"

"Horaa... Kau punya penyesalan, 'kan? Aku sudah menyerah untuk hidup... Jadi..."

Erin menarik kerah Riku, "Kau itu, ya... Kau...," Erin menunduk dan menyatukan rahang bawah dan atasnya, "Kuhh..."

"...BENAR-BENAR REINKARNASIKU YANG MEMALUKAN!!!!"

Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang