✖Chapter 10✖

675 83 19
                                    

Author’ POV:

Beberapa hari telah berlalu sejak Erin berlari dari Markas Tsukumo. Karena ia telah kehabisan banyak tenaga dan hanya memakan sedikit ikan mentah dari sembarang sungai yang ia temukan, langkah kakinya semakin berat. Ia juga belum tidur selama beberapa hari itu. Kantung mata terlihat di bawah matanya. Yang membuatnya dapat bertahan dalam keadaan separah itu adalah tekadnya. Tekadnya ingin segera mengetahui apa yang terjadi pada Riku. Harapannya bahwa jiwa Riku masih hidup di dalam tubuhnya. Ia berharap bahwa dirinya dapat menyelamatkan Riku.

Malam hari, sekitar pukul tujuh malam, ia tiba di depan markas. Ia tersenyum lega. ‘Sedikit lagi... Aku harus... Segera menemui temannya Riku...’ benaknya. Ia terus berjalan. Bibirnya biru. Tubuhnya sudah menggigil hebat. Telapak kakinya bengkak. Wajahnya benar-benar pucat.

Setelah perjuangan yang sangat berat, ia mengetuk pintu dengan lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjuangan yang sangat berat, ia mengetuk pintu dengan lemah. Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu. Mitsuki. “RIKU!!! KENAPA KAU...?! RIKUU??!!” Erin terjatuh ke arah Mitsuki. Untung Mitsuki dapat menahan tubuh Erin. “KAU... KAU... KEMANA SAJAA...??!!” Ia memeluk tubuh Erin dan menangis, “KENAPA BADANMU PANAS SEKALI...?!?!!”
Erin tertawa kecil, “Syukurlah... Aku tiba dengan selamat...”

Tak lama kemudian, Yamato dan Nagi menghampiri Mitsuki dan Erin. Nagi segera menggendong Erin di punggungnya. Mereka pun berjalan memasuki markas lebih dalam lagi. Dengan wajah cemas, Yamato bertanya, “Riku... Kau kemana saja dua bulan ini...?!”

Erin membelalakan kedua matanya, “D-Dua bulan...?” tanyanya lemah.

“Riku... Kenapa kedua matamu berwarna kuning?” tanya Mitsuki bingung. Belum Erin menjawab, Yuki muncul di depan mereka berempat dan menghalangi jalan. “Nagi-kun, turunkan dia. Dia bukan Riku,” ujar Yuki dengan tatapan seramnya.

Pythagoras Trio terkejut. Iya, mereka tidak menyangka bahwa Yuki berkata demikian. “B-But...”, belum juga Nagi dapat menyelesaikan perkataannya, sebuah pisau melayang ke arah mahluk yang digendong Nagi. Dalam keadaan seburuk itu, Erin masih bisa menangkap pisau tersebut. Tapi, karena tangannya sudah tidak kuat lagi memegang sesuatu, ia melepaskan pisau itu. Pisau terjatuh di lantai dan menghasilkan suara yang sedikit memekakkan telinga.

“Sudah kuduga,” Erin turun dari punggung Nagi. Nagi enggan untuk melakukannya karena kondisi Erin yang sangat parah tapi Erin bersikeras. Akhirnya, Nagi membiarkannya. “...Kau tidak akan segera memercayaiku,” ujar Erin. Erin mempersiapkan kuda-kudanya.

“Oh?” Yuki melakukan hal yang sama seperti Erin, “Baiklah.”

Tak lama kemudian, Banri dan Momo menghampiri mereka. Mereka berdua tentu mengetahui bahwa yang berdiri lemah di sana bukan Riku tapi mereka masih memiliki perasaan iba pada Erin.

“Yuki, lebih baik kita dengarkan dia dulu...,” Banri berusaha menenangkan Yuki.

“Mendengarkan yokai...? Lelucon apa itu?” tanya Yuki.

Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang