"Sialan!" seru Banri sambil menggebrak meja kerja Yuki. "Ini benar-benar keterlaluan!"
Ya, semua orang yang selamat dari serangan Nanase Twins tadi kini sedang berkumpul dan berkabung di ruang kerja Yuki. Mitsuki yang sedang duduk di salah satu sofa di ruangan itu menatap kosong ke depan. "Empat... Empat orang gugur..."
Sambil bersikeras menahan tangisnya, Mitsuki melanjutkan, "Re:vale... Yamato-san..."
"Dan Tamaki...," lanjut Nagi sambil menatap Sogo yang berdiri dan menyandarkan dirinya di dinding dekat pintu. Matanya kehilangan cahaya harapan dan berulang-ulang ia mengucapkan 'Akan kubunuh kau'
Tak kuasa menahannya lagi, tangis Mitsuki pecah. Mendengar tangisnya, Banri dan Nagi yang sama-sama berada di ruangan itu juga ikut menangis.
"Kenapa... Kenapa Riku...?! Padahal kau anak yang baik! Tapi... Kenapa...?" tanya Mitsuki sambil menangis tersedu-sedu.
~~~~~~
Iori, yang berhasil memindahkan teman-temannya yang selamat ke tempat aman, menyandarkan punggungnya di dinding samping pintu luar ruang kerja Yuki. Ia menatap sedih ke bawah. Setelah mendengar perkataan Mitsuki tadi, ia memutuskan untuk pergi dan berjalan-jalan sebentar di pinggir kota dekat markas tersebut.
Ia berjalan dan berhenti di depan sebuah toko, kemudian memandangi langit malam dengan hujan salju yang menyirami kota itu. Lalu, ia mengarahkan pandangannya pada sekelilingnya. 'Jalanan masih ramai...,' benak Iori, '...Senyuman, tawa... Tergambar pada wajah semua orang di sini...'
Iori tersenyum pilu, 'Maa... Hari ini Natal, sih...'
Mata Iori sedikit melebar ketika ia tidak sengaja melihat sebuah toko kue di seberangnya. Lalu, ia memutuskan untuk pergi ke toko kue tersebut. Ia berlari kecil menuju ke toko itu. 'Hari ini Natal, 'kan...? Meski ini tidak membantu... Tapi, setidaknya... Aku ingin melakukan sesuatu untuk mereka!'
Di tengah-tengah zebra cross, tiba-tiba Iori mendengar sebuah suara perempuan. "Larilah kembali ke markas!"
Iori terkejut dengan hal tersebut, karena itu, ia menghentikan langkahnya di tengah-tengah zebra cross itu. 'Tsumugi-san...? Lagi...?'
"Iori...," tiba-tiba, Iori mendengar suara yang berbeda. Kini adalah suara laki-laki, lembut sekali dan suaranya tidak jauh dari posisi Iori berdiri. Ia pun mengarahkan pandangannya ke sumber suara. Melihat sesosok laki-laki yang memandanginya dengan senyum kesedihan, mata Iori kehilangan cahaya harapannya.
"N-Nanase...," setelah menyebutkan nama belakang dari pemuda yang tiba-tiba muncul di belakangnya, Iori segera berlari menjauhkan diri dari pemuda itu. 'Kenapa dia ada di sini?!' benak Iori sambil berlari.
Ia tidak tahu kemana arah ia berlari, hingga beberapa menit kemudian, ia tiba di depan Zero Arena. Sesampainya di sana, ia memastikan di sekitarnya tidak ada siapa-siapa lagi dan mengatur nafasnya.
"Kenapa kau lari dariku?"
"UWAA!!!" seru Iori setelah mendengar perkataan itu yang keluar dari mulut seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Ketika Iori ingin berlari lagi, pemuda itu menahannya dan mengunci tubuh mungilnya. Lengan pemuda itu melingkari pinggang Iori sedangkan kedua tangan Iori terkunci di depan dada pemuda itu. Pemuda itu kemudian menyeringai, "Selamat Natal, Iori," Tepat saat pemuda itu ingin mencium bibir Iori, sebuah pistol keluar dari tangan kanan Iori dan terarahkan ke leher pemuda itu. Tanpa berpikir apa-apa lagi selain cara untuk menyelamatkan diri, Iori menarik pelatuk pistol itu.
Pemuda itu pun terjatuh dengan leher bolongnya, darah segar juga mengalir keluar dari sana. Iori menatap dingin pemuda itu sambil mengatur nafasnya. Iori tahu bahwa sebenarnya usahanya ini sia-sia karena yang ditembaknya tadi bukanlah seorang manusia. Tetapi, setidaknya ia dapat terlepas dari pelukan pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️
FanfictionThis book has it 2nd Season titled: 暗いの光/DARKLIGHT "Tenn-nii, kau ingin aku mati, kan?" Remaja laki-laki berambut merah itu perlahan kehilangan jati dirinya. Entahlah, apakah ada sebuah nyanyian yang dapat menyelamatkan orang yang telah tenggelam te...