"Tadaimaa~!" ujar Riku setelah menendang dengan kasar pintu ruangan atasannya itu.
Seorang pria dengan rambut seperti Haise Sasaki tiba-tiba menghampiri Riku dengan mata yang berbinar-binar, "Pasti kau membelikan camilan untuk kami!"
Riku malah tertawa iseng, "Memangnya aku terlihat seperti bawa barang belanjaan?" Ia memamerkan kedua tangannya yang kosong.
Pria rambut belang itu membelalakan kedua matanya, "Eh? Tadi aku yakin banget ada kantung plastik di tanganmu. Pergi kemana sekarang?"
"Wah, Riku! Arigato— KENAPA GUE DIBELIIN ES KRIM BENTUK MICKEY MOUSE??!" teriak seorang anak keci— maksudnya orang dewasa yang berbadan kecil yang tahu-tahu sudah duduk di sebelah Yamato.
Si pria berambut belang itu menengok ke arah belakang, "Mi-Mitsuki?! Sejak kapan k-kau... Eh?? Ehhh???" Dia menatap wajah iseng Riku dan wajah kesal Mitsuki secara bergantian.
"Mitsuki tahu aja kalau es krim itu untukmu," Riku menunjukan senyuman manisnya—yang terlihat main-main.
Pria bule bernama Nagi yang duduk bersebrangan dengan Mitsuki langsung berkata, "What's wrong, Mitsuki? Padahal Mickey Mouse dan kau itu mirip loh."
"JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN TIKUS!!!!" teriak Mitsuki.
Yuki yang daritadi melihat kelakuan bawahannya dengan face palmnya dari depan meja kerjanya menghela nafas. "Ano ne, Momo, kau harus segera terbiasa dengan kelakuan iseng Riku dan Mitsuki."
Pria berambut panjang terikat berwarna biru gelap yang dari tadi hanya tertawa terpaksa dan berdiri di sebelah meja kerja Yuki akhirnya membuka mulutnya, "Yuki, kau juga tidak terbiasa dengan kelakuan iseng mereka."
"Diamlah, Ban mobil. Justru aku bingung denganmu. Kenapa kau dapat beradaptasi dengan sikap sembarangan mereka secara cepat?"
"Kalian saja yang terlalu lama untuk beradaptasi dengan kelakuan mereka," ledek pria yang dipanggil Ban mobil itu, "Lagipula, Riku-kun dan Mitsuki-kun sudah aktif sejak lima tahun yang lalu."
"Oh, ya. Jadi camilan untukku yang mana?" tanya Banri yang tiba-tiba sudah memegang kantung berisi camilan yang dibeli Riku itu.
"E-Eh? Ban-san?" Momo terkejut akan hal itu, "B-Bagaimana...?"
Yuki menghela nafas lagi, "Teleportation skill, Momo. Tadi Mitsuki-kun menggunakan skill itu untuk ke ruagan ini. Lalu, Riku-kun mengaktifkan skill itu untuk memindahkan belanjaannya ke meja depan Mitsuki. Kemudian kantung tersebut diambil oleh Ban dengan skill itu juga."
"Ehh...??? Skill itu dapat digunakan dengan cara demikian?!" tanya Momo.
Banri mengangguk. Yamato face palm, "Aku heran denganmu, Momo-san. Kenapa kau bodoh di keadaan seperti ini tapi genius pada keadaan seperti di medan peperangan."
"Itu artinya Momo-san malas menggunakan otaknya dalam keadaan seperti ini," ujar Riku enteng.
"Eh, iya," Riku berjalan menghampiri meja kerja Yuki. Kemudian ia meletakkan kartu nama yang diberi Takanashi Tsumugi tadi di atas meja kerja Yuki. "Takanashi Tsumugi...san memberiku ini ketika ku keluar dari minimarket."
Yuki mengambil kartu itu dan membacanya, "'Markas Takanashi.', huh? Sepertinya bapak tua itu belum menyerah juga ingin merekrut kita."
Riku memiringkan kepalanya, "Kita?"
Banri mengangguk, "Tidak hanya kau yang diberi kartu nama ini. Kita semua juga pernah. Terutama aku, Yuki dan Momo-kun. Karena, kamilah yang membentuk organisasi ini alias kamilah yang tertua di organisasi ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Song of Desperation [IDOLiSH7 Fanfic] || ✔️
FanfictionThis book has it 2nd Season titled: 暗いの光/DARKLIGHT "Tenn-nii, kau ingin aku mati, kan?" Remaja laki-laki berambut merah itu perlahan kehilangan jati dirinya. Entahlah, apakah ada sebuah nyanyian yang dapat menyelamatkan orang yang telah tenggelam te...