Bagian 12

7.5K 630 19
                                    

Mereka tiba di Jeju menjelang malam, dan mereka langsung memasuki hotel yg sudah disiapkan Yoongi sejak beberapa hari yg lalu dengan dibantu Namjoon dan Hoseok. Yg lainnya memasuki kamar masing-masing dengan pasangannya, tapi tidak dengan Jimin, ia bingung harus kemana dan dimana ia tidur.

"Kenapa kau diam saja? Kau tak mau istirahat hm?" tanya Yoongi saat melihat Jimin kebingungan di depan resepsionis seperti bocah yg kehilangan ibunya.

"Aku bingung ahjussi, aku harus tidur dimana." cicit Jimin.

Yoongi yg mendengar itu menarik lengan Jimin dan membawanya ke dalam lift menyusul para sahabatnya.

"Ki-kita kemana ahjussi?" tanya Jimin panik seperti bocah yg diculik.

"Kau bisa diam tidak? Aku mengajakmu ke kamar kita. Kau butuh istirahat bocah." ucap Yoongi malas.

"Oh aku kira kemana...." Jimin tampak berfikir dengan mengangguk-anggukan kepala. Namun beberapa detik berikutnya. "Sebentar, kamar kita?!! Maksudmu kita berdua ahjussi?! Kita?! Kau dan aku?! Min Yoongi dan Park Jimin?! Kita?!" cerca Jimin kaget saat menyadari maksud Yoongi.

Yoongi yg mendengar itu hanya menutup kedua telinganya. Ia bingung mengapa ada bocah yg belum legal namun sudah seperti eomma-eomma yg sangat cerewet, lebih cerewet dari eommanya Nyonya Min.

"Kalau kau berisik sekali lagi, ku ikat kau diranjang dan tak ku beri makan kau." ancam Yoongi mulai jengah.

Jimin yg mendengar itu beringsut mundur dan mengangguk kaku. Ia tak ingin kurus, ia itu salah satu primadona sekolahnya. Ia terkenal dengan tubuh mungil namun berisi, dan itu membuat para dominan berdecak kagum dengan tubuhnya. Kalau sampai ia kehilangan sekilo tubuhnya, itu sama saja ia kehilangan beberapa dominan yg mengaguminya di sekolahnya nanti.








Mereka tiba di lantai paling atas hotel bintang lima itu. Yoongi mengeluarkan card berwarna hitam untuk membuka pintu kamar hotel yg berdaun pintu dua. Setelah pintu terbuka, mereka masuk ke kamar itu.

Jimin tak henti-hentinya mengagumi interior kamar hotel itu. Warna yg didominasi monokrom itu terlihat mewah. Tempat tidur king size, sofa hitam panjang dan meja, kamar mandi yg sangat luas, walk in closet, dan jangan lupakan jendela besar yg langsung menuju balkon.

Yoongi menarik Jimin untuk duduk di sofa, melemparkan handuk hotel ke wajah Jimin yg masih mengangakan mulut karena menatap ke sekiling kamar.

"Hei bocah ingusan, sana kau pergi mandi duluan, dan pakai piyama yg ada di lemari." ucap Yoongi dingin.

Jimin tanpa menjawab pun berjalan ke arah kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi sedikit kasar.

"Apa-apaan ahjussi pucat itu, tadi manis saat mencium ku, sekarang ia seperti gunung es yg ditabrak kapal Titanic. Dasar ahjussi pucat mesum es batu es dingin lava mencair, aku tak mau bicara dengannya lagi." oceh Jimin asal sambil melepas pakaiannya untuk segera mandi.








Mereka sudah selesai mandi dan makan malam, ini saatnya mereka tidur menuju mimpi masing-masing. Jimin yg tak bisa tidur dengan tenang karena celana piyamanya. Berlari kearah kamar mandi dan melepas celananya.

Ia kembali kekamar hanya menggunakan atasan piyama dan masuk ke selimut untuk menuju alam mimpi. Baru beberapa detik ia memejamkan mata, manusia pucat sekamar dengannya masuk dan menaruh laptop di meja depan sofa dan melepas kaca mata bacanya.

Yoongi menuju kamar mandi dan membasuh wajahnya agar terlihat segar dan setelah itu menuju tempat tidur untuk ikut menuju alam mimpi.

"Kenapa kau tidur disini ahjussi? Kau tidur di sofa saja." ucap Jimin tanpa tau malu.

Yoongi yg mendengar itu berhenti saat ia menarik selimut dan menatap Jimin dengan wajah blank.

"Aku yg mengajak mu ke sini dan kau meminta ku tidur di sofa? Hebat sekalu kau bocah. Fungsi tempat tidur ini ku rancang untuk berpasangan, bukan untuk kau yg single karena baru berakhir dengan Kim Minjae itu. Atau kau mau ku pesankan kamar dekat gudang untuk kau tidur ha?" cerca Yoongi.

Jimin yg mendengar itu menggeleng cepat, ia tak mau tidur dekat gudang, ia takut kecoa. Jimin pun mulai merebahkan diri dan memunggungi Yoongi agar tak di usir lagi.

Yoongi melihat itu hanya tersenyum miring dan mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur di meja nakas samping tempat tidur.

Mereka pun tertidur menuju alam mimpi masing-masing tanpa mereka sadari masalah baru akan datang keesokan harinya.









Besok pagi menjelang siang Jimin dan Yoongi pergi ke pusat perbelanjaan untuk memebeli beberapa potong pakaian untuk Jimin kenakan selama di Jeju dan pesta nanti malam.

Jimin terus mengikuti bagai ekor kemana pun Yoongi pergi mengelilingi tiap toko. Tanpa Jimin sadari ia seperti pelayan, namun tidak juga karena ia yg dibelikan pakaian.

Setelah puas berbelanja beberapa pakaian, mereka mencari tempat makan untuk makan siang. Jimin hanya menurut apa pun yg Yoongi pesan untuknya tanpa membantah. Bahkan Yoongi tak menanyakan makanan kesukaan Jimin, ia hanya memesan makanan yg menurutnya enak di lidahnya, bukan lidah Jimin.

Saat sedang menikmati makan siang, Yoongi mendapat panggilan telepon dari Namjoon yg mengatakan ada beberapa urusan untuk pesta yg meminta persetujuan dari Yoongi.

"Cepat habiskn makanan mu, aku ada banyak urusan, kau lambat sekali." ucap Yoongi tanpa perduli pada Jimin yg sengaja makan cantik agar Yoongi tak malu. Tapi itu justru membuat Yoongi kesal karena Jimin terlalu lama untuk memakan hidangan penutup.

"Tunggu aku di mobil, kita kembali ke hotel, aku harus bertemu dengan kekasih ku hari ini, ia datang menemui ku." ucap Yoongi dan berlalu ke arah kasir.

Jimin yg mendengar kata kekasih itu merasa hatinya sedikit tercubit. Lalu untuk apa ia diajak ke sini, sebagai pajangan, atau hanya sekedar cadangan? Seenaknya saja tuan pucat sialan itu memperlakukan Jimin seenak jidatnya.

Tak lama kemudian Jimin dan Yoongi menuju hotel, Yoongi meminta Jimin memasuki kamar dan ia meninggalkan Jimin untuk urusan pribadinya.

Jimin termenung sendirian di kamar mewah itu, tanpa sadar air mata sudah jatuh di pipi putihnya. Ia berdiri dan membuka pintu balkon untuk sedikit mencari angin segar agar fikirannya sedikit tenang.

Tanpa Jimin sadari ia sudah jatuh pada pesona seorang Min Yoongi yg arogan dan egois. Ia sudah mulai melupakan cintanya dan membuka perlahan pintu hatinya, dan itu membuat ia sakit untuk yg kedua kalinya.




TBC

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang