Bagian 18

7.5K 578 32
                                    

Jimin fikir, setelah ia memutuskan untuk hidup berdua bersama Yoongi dengan Yoongi yg meninggalkan semua fasilitas keluarganya, mereka akan tinggal di flat kecil, atau di lingkungan yg kumuh mengingat ia yg dari kalangan bawah. Dan ia juga berfikir ia akan setiap hari memakan ramyeon instan karena tak punya uang. Bahkan ia sempat berfikir apa ia sanggup melanjutkan sekolahnya jika untuk makan sehari-hari saja ia harus kerja paruh waktu.

Namun semua fikiran buruknya itu dihantam telak oleh kenyataan. Saat ini ia tengah berada di depan bangunan salah satu apartement termewah di pusat kota Seoul. Ia memandang horror bangunan itu, sesekali melirik Yoongi yg tengah sibuk mengeluarkan koper dari taxi yg mereka tumpangi.

"H-hyung m-mengapa kita kesini?" tanya Jimin terbata-bata tanpa menoleh ke arah Yoongi. Ia sibuk melihat betapa tingginya bangunan itu.

Yoongi terkekeh melihat bagaimana Jimin tegang berada di sana, dan jangan lupakan peluh yg keluar dari pelipis Jimin.

"Kita ke sini karena kita akan tinggal di sini tentu saja sayang" ucap Yoongi santai, terlalu santai lebih tepatnya.

Jimin menatap horror Yoongi. Apa tadi yg ia katakan? Akan tinggal di sini? Heol bersiaplah kau menjadi budak Park Jimin.

"Hei kenapa wajah mu pucat begitu sayang? Kita masuk dulu, nanti akan aku jelaskan semuanya padamu." ucap Yoongi lalu menuntun Jimin masuk ke dalam bangunan apartement itu.


Jimin dan Yoongi tiba di lantai paling atas gedung apartement itu. Di lantai atas hanya ada satu pintu besar, pintu yg berdaun dua dan dilengkapi dengan password sidik jari dan kode pin.

Pintu terbuka saat Yoongi menempelkan ibu jarinya ke mesin scan dan terlihatlah seluruh ruangan itu. Ruangan yg luas, tidak maksudnya sangat luas, karena lantai atas seluruhnya hanya satu unit apartement, atau sering disebut pent house.

Pent house ini tak kalah mewah dengan mansion Yoongi sebelumnya, peralatannya sudah lengkap, canggih, bersih dan sangat nyaman tentunya.

Pent house ini terdiri dari dua lantai, lantai satu dikhususkan untuk ruang tamu, dapur, studio music, bioskop mini sekaligus tempat karauke, dan dua kamar mandi dekat dapur. Sedangkan lantai dua terdiri dari ruang keluarga, dua kamar tidur, dan satu kamar utama yg paling luas dengan masing-masing kamar mandi.

Jimin menatap sekeliling rumah itu dengan mulut menganga lebar seakan rahangnya jatuh. Ia menduga kalau ia di sini akan menjadi pembantu karena ia yakin pemilik rumah ini pasti kaya, mungkin setara dengan Yoongi, dulu.

"Ayo kita istirahat di kamar, aku ingin menikmati waktu berdua sebelum aku kembali bekerja." ucap Yoongi lalu menuntun Jimin ke lantai dua menuju pintu berdaun dua dengan kamar yg sangat luas, bahkan luasnya setara dengan apartement Jimin dulu.

"H-hyung, aku masih tak mengerti. Mengapa kita ke sini dan rumah siapa ini hyung?" tanya Jimin kalang kabut. Fikirannya penuh dengan nasibnya yg akan menjadi pembantu bersama Yoongi, lalu ia disiksa majikan, dan akan dijadikan budak cuci.

Yoongi hanya terkekeh mendengar itu. Ia tau Jimin saat ini bertanya-tanya dalam fikirannya mengapa ia diajak ke sini, rumah siapa ini, dan maksud Yoongi bekerja itu apa.

"Jiminie, aku memang meninggalkan keluarga ku, rumah ku, dan seluruh fasilitas yg orang tua ku berikan padaku. Tapi bukan berarti aku akan jatuh miskin sayang, aku masih Min Yoongi yg tampan, yg kaya, dominan, berkharisma dan-akhh!!"

Jimin menarik telinga Yoongi yg bercerita keluar dari topik pembahasan.

"Tolong jangan buat aku menenggelamkan mu di rawa-rawa hyung" ucap Jimin malas.

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang