Bagian 23

7.3K 559 20
                                    

Seperti yg direncanakan Chaerin dan Taeyong kemarin, disinilah Chaerin di sekolah Jimin menunggu pemuda manis itu pulang sekolah. Chaerin yg duduk manis di dalam mobil mewahnya dengan sabar menunggu Jimin.

Setelah kurang lebih setengah jam menunggu, akhirnya Chaerin melihat pemuda dengan rambut merah muda yg sangat memcolok diantara murid yg lainnya. Chaerin sempat kaget melihat perubahan Jimin saat ini dari terakhir kali yg ia lihat.

Jimin menggunakan seragam sekolah namun menutupi atasannya dengan hoddie yg menenggelamkan tubuh mungilnya. Jimin berjalan ke arah gerbang dengan para sahabatnya, sesekali mereka tertawa karena lawakan Jin yg sulit dipahami namun mereka tetap tertawa.

Jimin berpisah dengan sahabatnya yg sudah dijemput kekasih masing-masing. Ia memilih menunggu di halte bis dekat sekolah karena Yoongi terlambat menjemputnya kali ini.

Jimin mengeluarkan ponsel dan mendengarkan lagu lewat headset, entah lagu apa yg ia dengarkan, ia sesekali bernyanyi saking menikmati lagunya.

Tengah sibuk dengan ponselnya, Jimin tak menyadari seseorang sudah berdiri di depannya. Saat Jimin mendongak, ia tersentak melihat Lee Chaerin ibu Yoongi sudah berdiri di depannya.

Chaerin tersenyum semanis yg ia bisa untuk menutupi kejengkelan dalam hatinya, bahkan ia ingin sekali mencekik Jimin detik ini juga. Tapi ia berusaha untuk bertahan demi kelangsungan perusahaan.

Jimin berdiri lalu membungkuk hormat pada Chaerin. Chaerin hanya bisa menatap Jimin dengan senyum palsunya dan mencoba untuk menyentuh pundak Jimin untuk mencari perhatian.

Jimin yg dipegang pundaknya seketika membeku, lalu ia mencoba untuk menjaga jarak dari Chaerin. Jujur ia takut jika sampai eomma Yoongi memperlakukannya dengan kasar saat ini, karena ia sangat tahu bagaimana bencinya eomma Yoongi padanya.

"Ny-nyonya." Jimin gemetar.

"Kau tidak perlu takut Jimin, aku ke sini untuk menemuimu sebagai seorang ibu, bukan Lee Chaerin sang pemimpin MMC." Chaerin berujar lembut namun penuh kepalsuan.

Jimin hanya mampu mengangguk dengan kaku. Ia duduk di kursi halte saat Chaerin meminta ia duduk bersamanya.

"Tidak perlu tegang Jimin, berbicaralah seperti biasa. Anggap aku sahabatmu hm?" Chaerin mulai menyentuh tangan Jimin yg mengepal di paha Jimin.

"A-ada apa nyonya?" Jimin terlihat sangat gugup, dan itu mengundang senyum remeh dari Chaerin.

"Aku punya beberapa pertanyaan dan sedikit cerita untukmu, tak keberatan jika kita bercerita di sini?" Chaerin mulai menarik perhatian Jimin.

"Apa itu nyonya?" Jimin penasaran.

"Ini tentang putraku Min Yoongi." Chaerin memandang ke arah jalanan. "Dulu Yoongi adalah anak kecil manis yg sangat penurut, apapun yg aku perintahkan dia selalu menurut. Walaupun ia sangat menurut padaku, tapi senyum manisnya berangsur-angsur hilang karena aku yg tak pernah ada di sisinya. Aku sibuk dengan pekerjaan ku sebagai pemimpin, perusahaan yg ditinggalkan oleh suamiku. Aku bekerja setiap hari, pergi pagi sebelum Yoongi bangun dan pulang setelah Yoongi tidur. Hanya ada hari minggu aku libur, namun aku tetap bekerja di ruangan kerja pribadiku. Aku pikir Yoongi yg penurut adalah Yoongi yg baik, tapi sayangnya tidak. Ia menurut karena ia tidak punya emosi apapun, ia tak mersakan kasih sayang dan iba pada sekitarnya. Yg ia tau hanya menyenangkan hatiku dengan cara menurut apa yg aku perintahkan."

"Tapi hari ini, untuk pertama kalinya ia tak menurut padaku, memilih meninggalku dan tinggal bersamamu. Kau tau bagaimana perasaanku Park Jimin?" Chaerin meneteskan air matanya.

Jimin tetap berdiam mendengarkan sampai mana Chaerin bercerita. Yg jelas ia harus diam karena ia tau, Chaerin saat ini butuh teman bicara.

"Aku hancur Jimin. Harta ku satu-satunya pergi meninggalkan ku, dan itu membuat separuh jiwa ku mati. Bahkan saat aku meminta ia menemuiku, atau aku yg datang ia tak ingin melihat ku Jimin. Ia bukan Yoongi putraku, Yoongi putraku yg ceria, penurut, baik dan sayang pada eommanya. Ia sudah berubah, bahkan sekarang ia dekat namun jauh untuk ku gapai." Chaerin menangis tersedu-sedu. Jimin panik dan membuka tas sekolahnya dan memberikan Chaerin tisu.

Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang