Chapter 13

169K 10.1K 167
                                    

Sabtu kemarin aku up gak sih? Kok aku lupa.
Jawab juseyooo~





🍒🍒🍒




Entah kenapa, Inka merasa seperti perempuan yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya. Suasana canggung tiba-tiba saja menyelimuti Inka. Dan semakin membuatnya terdiam ketika Pak Endi berada tepat di hadapannya.

Laki-laki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan beralih menatap Tirta sekilas sembari tersenyum tipis.

“Inka, kamu dipanggil Bu Nia ke ruangannya.”

“Hah? Sekarang banget, Pak?” tanya Inka melirik Tirta.

Pak Endi mengangguk singkat.

“Ada urusan apa ya, Pak?” Kalau tidak penting, Inka akan pergi sejam kemudian. Inka tidak enak hati jika meninggalkan Tirta yang baru saja tiba.

“Saya juga kurang tau, Inka. Kenapa bukan kamu saja yang ke sana dan tanya langsung sama Bu Nia?”

Inka memicing setelah mendengar jawaban Pak Endi. Perasaan pertanyaannya sangat sopan, kenapa harus dijawab sewot begitu?

“Inka, biar aku anter,” sahut Tirta.

Baru saja Inka menarik napas untuk menerima tawaran Tirta, Pak Endi tiba-tiba memotong dengan cepat.

“Tidak usah. Saya mau balik ke kampus kok, kamu naik mobil saya aja.”

Tirta mengangguk paham namun senyum pahitnya sangat menggambarkan ketidak setujuannya.

“Inka, saya tunggu di mobil.”

Inka menghela napas kasar begitu Pak Endi meninggalkan mereka. Sekarang apa? Mau tidak mau Inka harus ikut ke mobilnya. Padahal Inka belum mengiakan tawaran Pak Endi. Inka sekarang sadar betapa ajaibnya sikap Pak Endi, kadang baik, kadang datar, seakan peduli tapi nyatanya tidak.

“Itu.. dosen kamu?”

“Iya, dia juga kakak teman kos aku.”

“Oh.. gitu.”

Inka memutar tubuhnya agar berhadapan langsung dengan Tirta. “Kamu mau tunggu di sini?”

Tirta menggeleng pelan. “Aku balik aja. Kapan-kapan ke sini lagi.”

Sorry..”

“Enggak apa-apa.”

Selepas Tirta pergi, Inka buru-buru masuk dan mengganti pakaian. Oh, tidak. Sebelum itu, Inka gosok gigi dan cuci muka dulu. Sekilas info, sampai siang ini Inka belum mandi. Jangan heran, di awal Inka memang pernah mengaku jarang mandi kalau tidak ada aktivitas di luar.

Tidak sampai 30 menit, Inka selesai dengan segala urusan di dalam kamar. Ia keluar, mengunci pintu kos dan menghampiri mobil Pak Endi. Begitu Inka masuk, Pak Endi langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan. Seakan telah terbiasa, Inka hanya sibuk memikirkan alasan Bu Nia memanggilnya dibandingkan harus memulai pembicaraan dengan Pak Endi.

“Makasih, Pak,” ucap Inka saat mobil berhenti.

Pak Endi mengangguk pelan tanpa menoleh sedikit pun. Inka mencibir sebelum benar-benar menutup pintu mobil. Ah, terserah. Sekarang ia harus menemui Bu Nia. Inka takut ini menyangkut nilainya.

Satu Atap, Satu KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang