"Endi! Congratulation!"
Mas Pandu berseru semangat, di sampingnya ada seorang perempuan anggun yang mengamit lengannya. Inka bisa segera tahu kalau perempuan itu tunangannya. Sementara di belakang Mas Pandu berjejer teman-teman Mas Endi sewaktu reuni. Inka melambai ketika melihat Kak Yayu di antrean paling belakang.
"Mending lo cepetan nyusul, kasian Kinan," canda Mas Endi mendelik ke arah Kinan.
"Lo nya aja yang kecepetan," balas Mas Pandu kemudian memeluk Mas Endi, "Sekali lagi selamat, bro!"
"Makasih udah datang," ujar Mas Endi mengurai pelukan lebih dulu.
Inka memperhatikan interaksi mereka dengan senyum semringah.
"Inka, mudah-mudahan lo betah sama Endi." Mas Pandu mengulurkan tangan.
Inka menerima uluran tangan Mas Pandu sembari terkekeh pelan. "Aamiin.."
Selanjutnya, tunangan Mas Pandu ikut menyalami disertai ucapan selamat. Dibanding saat reuni, teman-teman Mas Endi yang hadir malam ini tidak lumayan banyak.
"Akhirnya, temen gue nikah juga. Selamat, ya!" ucap Kak Yayu lalu segera beralih ke Inka.
"Mudah-mudahan cepat dikasih momongan," lanjut Kak Yayu menyalami Inka.
"Hah?" Inka melirik Mas Endi yang justru mengalihkan pandangan. "Aduh, Kak. Aku selesain kuliah dulu baru mikirin masalah itu."
"Lho? Dari sekarang harus direncanain, ntar kalau selesai langsung deh pelaksanaan."
Mas Endi berdeham lalu mendorong pelan Kak Yayu. "Antrean masih panjang, sana makan."
"Belum foto woi!" sembur Kak Yayu menolak melepas tangan Inka.
"Anak-anak masih nunggu yang lain, udah sana," usir Mas Endi sekali lagi.
Kak Yayu mencibir sebelum turun dari panggung, merasa tidak terima. Inka hanya tersenyum dan kembali menyambut tamu-tamu yang sebagian besar Inka kenal. Dari awal mereka memang sepakat untuk mengundang orang-orang terdekat saja. Seperti keluarga besar dari kedua belah pihak, teman dekat dan beberapa kenalan orang tua mereka masing-masing.
Inka pun mengundang beberapa teman dekatnya saat SMP dan SMA. Sementara temannya semasa kuliah? Inka hanya mengundang Wulan tentu saja. Ngomong-ngomong soal Wulan..
"Kok Wulan enggak kelihatan dari tadi?" gumam Inka.
"Huh?"
Inka memilih duduk sebentar menunggu tamu selanjutnya. "Wulan, Mas. Dari tadi enggak kelihatan."
Mas Endi ikut duduk, mengedarkan pandangan membantu Inka mencari Wulan. "Hera juga ngilang."
"Mau Mas telepon? Mungkin mereka lagi bareng," usul Mas Endi.
"Enggak usah, Mas. Wulan fotonya belakangan aja." Inka mengulas senyum meyakinkan.
"Capek enggak?" tanya Mas Endi sambil melingkarkan tangannya di bahu Inka.
"Lumayan, kaki aku pegel Mas pake heels." Sengaja Inka memilih heels agar tingginya bisa sedikit menyamai Mas Endi. Tapi risikonya juga tidak main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap, Satu Kampus
Romance"Saya manggilnya Pak atau sayang?" Endi menghela napas pelan lalu menjawab, "Emang kamu berani manggil saya sayang di kampus?" Inka mengendikkan bahu tak acuh. "Kenapa nggak?" Endi mendengus, "Di rumah aja kamu nggak pernah manggil sayang." "Jadi, s...