HAPPY READING!!1
***
"Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah." [QS. Adz Dzariyaat ayat 49]
Dan Nabi Adam memohon kepada Allah untuk menciptakan teman dari jenisnya. Maka Allah menciptakan Hawa sebagai temannya
Begitu juga dengan anak-anak Adam, yang juga dilahirkan secara berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Mereka yang meneruskan keturunan manusia hingga bisa sampai sebanyak ini.
Begitu juga dengan takdir ku yang harus menikah dengan seseorang yang belum kucintai. Aku terpaksa menyetujui pernikahan ini. Takdir tidak berpihak padaku kali ini.
"Saudara Rafa Dzakwan Zhafir Akbar Bin Zhafir Akbar ( Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Adeeva Afsheen Myesha Binti Hendri Diwantara dengan maskawin seperangkat alat shalat, dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Adeeva Afsheen Myesha Binti Hendri Diwantara dengan maskawin tersebut tunai."
"ENGGAAKKKK" aku terbangun dari mimpi buruk yang harus kujalani saat ini.
Mimpi buruk ini tidak bisa kuhindari, tohh jika nanti aku selesai kuliah aku bisa mengakhiri pernikahan ini. Emang pernikahan itu main main?? Begitulah kata orang orang, namun aku tidak seutuhnya mengiyakan pertanyaan itu.Rafa Dzakwan Zhafir Akbar, seseorang yang telah menyelamatkan impianku dengan keputusan mendadaknya yang ingin menikahiku. Aku tidak tau alasan sebenarnya dia ingin menikahiku, dan dengan bodohnya aku menerima ajakannya untuk menikah.
Aku menikah di usia yang masih terbilang muda, saat itu usiaku masih 19 tahun. Pikiran yang masih labil, ego yang tinggi, dan sifat kekanak-kanakan.
🌃 Malam itu
"Maaa, paaaa..uhuk uhuk" tenggorokanku panas dan membuat aku sesak napas. "Darimana asap ini?? Papaaa..... mamaaa" teriakku lagi, namun tak ada sahutan
Aku melihat kobaran api di sekeliling, sontak aku berteriak.
"Woaaaaaaa...kebakaran..kebakaran" beranjak aku meninggalkan kamar melintasi api yang menyala. Sekeliling penuh api. Sepertinya aku akan terpanggang dalam kobaran api ini.
Kucari mama dan papa dikamarnya. Sialnya kamar mereka dikunci sehingga membuatku berniat mendobrak pintu itu. Tanpa pikir panjang aku mengerahkan segala tenagaku dan setelah percobaan yang kedua aku berhasil membuka pintu itu namun sebuah tiang roboh dan menimpa punggungku.
Setelah itu, aku tak tahu apa yang terjadi. Apakah mama dan papa ku selamat?? Dimana mereka??? Itulah yang aku tanyakan saat sadar.
"Ommm..tanteee..mama papa mana??? mereka selamatkan omm??" tanyaku kepada om Akbar.
Karena tak mendapat jawaban dari Om Akbar, aku kembali menanyakan pertanyaan yang sama ke tante Zia.
"Tante, mama papa mana?? Deeva mau ketemu sama mama..hiks""Kamu yang sabar ya sayang, mama sama papa kamu udah tenang disana" tante Zia memelukku dan akupun menangis sejadi-jadinya. Dunia seakan akan runtuh. Dinding tempatku menyandar telah roboh dan hancur berkeping keping. Tak ada lagi kasih sayang dari kedua orang tua. Tak ada lagi yang memberikan aku pelukan disaat bersedih. Tidak ada lagi sosok ayah yang memanjakan aku. Sendiri. Hal yang paling aku takutkan telah terjadi.
"Gak mungkin. Mama papa gak mungkin meninggal" aku kembali berteriak, tidak terima kalau ternyata mereka sudah tidak ada. Dunia begitu kejam padaku."Kamu jangan nangis sayang, masih ada om dan tante yang bakal jagain kamu" ucap tante Zia menyemangati. Ucapannya mampu membuat aku sedikit tenang dan lega. Masih ada yang menyayangiku. Masih ada yang peduli akan hidupku. Akankah aku mampu hidup dalam kesendirian ini. Atau mungkin aku akan menyusul kedua orangtuaku.
Pagi itu
Pagi ini orang tuaku akan dimakamkan, tangisku tak berhenti sampai saat ini. Namun tante Zia terus memeluk dan memapahku hingga ke pemakaman. Aku menaburkan bunga ke pemakaman orang tuaku bergantian. Berat hati meninggalkan mereka. Sudah dua jam aku menatapi kuburan mereka. Sementara keluarga Om Akbar masih setia menemani aku. Memberikan aku semangat.Sedikit tak enak hati pada mereka. Usai pemakaman kami kembali ke kediaman keluarga om Akbar. Awalnya aku menolak ikut bersama keluarga mereka. Namun aku tidak mungkin menolak. Aku sudah tidak punya tempat untuk berteduh. Segala yang kumiliki telah sirna. Bibir tak mampu berucap apa apa. Hanya mampu mengalir mengikuti arus hingga nanti singgah di suatu tempat.
Aku masuk ke kamar serba pink milih almarhumah anak om Akbar dan tante Zia. Anak mereka seumuran denganku namanya Anggia, dia meninggal saat usianya dua belas tahun. Om Akbar adalah sahabat kedua orang tuaku. Aku tidak begitu akrab dengan mereka. Bertemu saja hanya beberapa kali saat mereka tidak sibuk bekerja.
"Maaa..paaa," aku memandangi poto mereka "Maafin Deeva, Deeva gak bisa nyelamatin mama sama papa"
"Ini semua salah Deeva, hiks.. hiksss" aku memeluk erat poto mereka, hanya sebuah poto yang kupunya saat ini. "Ya Allah berikan pada hamba kekuatan untuk bisa mengikhlaskan mereka. Sungguh hamba belum bisa hidup tanpa mereka Ya Allah."
Tok..tok..tokk
Aku menyeka air mataku, perlahan menuju pintu karena seseorang mengetok pintu kamarku. "Siapa?"
"Rafa" teriaknya dari luar.
"Bentar bang Rafa"
Aku tau Bang Rafa ke kamarku karena disuruh tante. Walaupun jarang bertemu, aku masih bisa mengingat dengan baik wajah tampan Bang Rafa. Tahi lalat di kiri dagu membuat dirinya begitu tampan dan manis. Akupun membukakan pintu untuknya, tapi aku hanya membukakan sedikit pintu kamar hanya menampakkan kepalaku saja. "Ada apa bang?"
"Aku akan menikahimu"
***
Gimana...gimana
Kira kira Deeva bakalan jawab apa ya? Dia nerima atau nolak? Tapi pastinya Deeva bakalan nerima ajakan Rafa.
Kok gitu???
Kan udah di bahas pas pembukaannya hahahahaha.
Jangan lupa vote dan comment, biar author rajin update😊
NS.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEERA
Teen FictionGak kebayang nikah di umur yang masih belasan tahun. Gimana ya rasanya? Aku terpaksa menikah dengan lelaki yang tak kucintai. Kami menikah bukan karena dijodohkan, namun karena sebuah kondisi yang memaksa kami untuk menikah. Sama halnya seperti ce...