Bagian 30

605 22 12
                                    

30
****

Gelas bening itu terjatuh dari genggamanku. Tante Bella dan Rafa sontak mengalihkan pandang ke arahku. Aku segera berjongkok dan mengutip pecahan kaca dilantai.

Tante Bella dan Rafa berlari mendekatiku tengah berjongkok.

Rafa ikut berjongkok dan menarik tanganku yang kini mengucurkan banyak sekali darah akibat pecahan gelas.

"Berhenti dek, tangan kamu berdarah." Aku tetap memunguti pecahan gelas itu seakan tak peduli akan permintaan Rafa.

Rafa menarik tanganku kasar, "Kamu gak waras, stop." Aku membulatkan mata dan memandangnya nanar.

"Aku sudah gak waras karena kebohongan kamu, aku merasa gak berguna lagi." Rafa menarik tubuhku ke pelukannya dengan tanganku yang masih berdarah.

"Maaf Deeva, maaf." Seolah ingat dengan kondisi tanganku yang masih mengeluarkan darah, Rafa menarik tubuhku untuk berdiri. Mendudukkan aku di kursi. Tante Bella berlari mengambil kotak P3K.

Dengan kondisi cemas Rafa meneteskan obat merah ke lukaku dan membalutnya dengan kapas.

"Apa tujuan kamu sudah tercapai? Kamu sudah membuat aku tersiksa selama ini." Rafa menangkupkan tangannya di pipiku.

"Maaf." Hanya kata maaf yang sedari tadi keluar dari bibirnya. "Aku tau ini menyakitkan buat kamu, selama ini aku bersandiwara agar rumah tangga kita tetap berjalan dengan baik."

Aku masih tidak bisa menerima kalau semuanya ia lakukan untuk mempertahankan rumah tangga kami. Apakah jika aku ikut andil dalam rencananya itu akan merusak segalanya.

"Aku ini istrimu Mas, apa aku tidak berhak mendapatkan kepercayaan darimu? Apa aku akan menghancurkan semuanya?" Cairan bening itu kembali membasahi pipiku.

"Sangat sulit untuk menjelaskan padamu tentang kondisi Marsya saat itu." Rafa menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. "Marsya mengalami PTSD, jika ia merasa ada seseorang yang ingin mengambil aku darinya itu akan memperburuk kondisi dia."

"Seburuk itukah?" Rafa menggeleng pelan menanggapi pertanyaan dariku.

"Sebelum pulang ke Riau, Marsya sempat ingin mengakhiri hidupnya hanya karena ia cemburu melihat kita. Jika saja aku tidak mengatakan akan menikahinya, ia bisa berbuat nekat."

Aku memeluk Rafa erat. Segala kerinduan dan kekesalan diriku selama ini ku tumpah ruahkan dalam kehangatan pelukannya.

"Deeva minta maaf Mas, Deeva egois dan terlalu kekanak-kanakan." Rafa melepaskan pelukannya, lalu mengecup singkat keningku.

"Kita mulai semuanya dari awal ya. Tidak ada lagi kebohongan yang ada hanya kepercayaan dan kejujuran." Aku mengangguk bahagia lalu kembali melingkarkan tanganku dileher Rafa. Rafa pun membalas.

"Ekhem." Aku melepaskan pelukan saat merasa Tante Bella sedang menegur kami berdua. "Tante jadi nyamuk nih ceritanya."

"Maaf Tante."

Tapi aku masih heran kenapa Tante Bella, "Tante tau darimana Rafa suami Deeva?"

Mereka terkekeh geli.

"Dari awal Tante juga udah tau dia itu Rafa bukan Akbar. Masak Tante gak kenal sama wajah menantu Tante."

Saat itu aku merasa orang yang paling bodoh. Aku baru ingat kalau aku pernah mengirimkan foto Rafa pada Tante Bella dulu.

"I love you." ucap Rafa membuat jantungku berdetak tidak normal. Sudut bibirku tertarik menerbitkan sebuah senyuman penuh arti.

"I love you too." Rafa mendaratkan bibirnya di keningku sangat dalam. Hingga aku merasakan ketulusan cintanya padaku.

Hari ini semoga menjadi awal kebahagian cinta kami. Tidak ada cinta yang abadi tanpa menjalani sebuah rintangan yang begitu besar. Kekuatan cinta diuji untuk membuktikan seberapa kuat cinta itu bertahan.

Tidak ada rumah tangga yang dibangun tanpa adanya sebuah pertengkaran. Menjalani rumah tangga bagaikan menaiki roller coaster, akan ada masa dimana ujian itu begitu sangat menakutkan. Namun, kadangkala kamu akan ada diposisi yang begitu menyenangkan. Jika kamu menjalani masalah itu dengan hati yang tenang, percayalah semuanya akan terasa indah.

"Dek." Rafa menyerahkan sebuah kertas yang sepertinya bertuliskan sesuatu. Aku mengambil kertas itu agak ragu.

Kemudian membacanya perlahan.

SURAT CINTA DARI PENGADILAN AGAMA

Nama : Adeeva Afsheen Meisya
Umur : 20 tahun
Istri dari : Rafa Dzakwan Akbar

Dengan ini saya berjanji tidak akan pernah meninggalkan atau meminta berpisah dengan suami saya yang tertera diatas. Jika saya melanggarnya, saya akan memasakkan suami saya nasi goreng dengan topping yang berbeda setiap harinya.

Yang Bertandatangan

Adeeva Afsheen Meisya

"Kamu curang." Rafa menjatuhkan tubuhnya di kasur. Aku mendekat dan duduk di tepi kasur.

"Suruh siapa gak baca dulu sebelum tanda tangan." jeda sekian detik. "Habis ini kamu masakin aku nasi goreng ya, ingat toppingnya beda."

Aku mengerucutkan bibirku. Detik berikutnya aku menggelitiki Rafa yang sedang berbaring di sampingku.

Kini aku berjanji akan menjalani rumah tangga ini dengan cara yang berbeda. Hanya akan ada keromantisan dan pertengkaran yang mesra diantara kami. Tidak ada lagi kesedihan ataupun kesalahan. Insyaallah, semuanya akan berakhir indah.

T A M A T

****

TERIMAKASIH teruntuk kalian yang begitu setia membaca cerita aku.

Maaf jika mungkin endingnya gak sesuai ekspektasi kalian. Atau terlalu cepat. Aku harap kalian gak kecewa atau kapok baca karya aku yang lain.

Jika ada unek-unek berupa kritik ataupun saran yang ingin kalian sampaikan, silahkan komen. Komen agar karya aku ke depannya lebih baik dan berkualitas.

SPECIAL THANKS untuk embohhrareti  @nadifaauliaa02 dan luupik. Makasih untuk support nya selama ini.

Dan untuk pembaca aku yang lain juga terimakasih. Tanpa kalian aku gak akan bisa nulis cerita ini sampai akhir.

ADEERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang