HAPPY READING!!
15
****
Aroma buku-buku tercium. Buku-buku tersusun rapi di rak-rak. Sebagian tertumpuk di meja-meja. Toko buku terlihat begitu ramai dari biasanya. Banyak anak-anak kecil berkeliaran dan penuh semangat memilih buku yang ingin mereka beli. Beberapa orang tua tampak menemani anak mereka. Beberapa orang tua yang lain tampak membawa tumpukan buku pilihan anaknya. Sungguh pemandangan yang indah.Dari banyak jenis buku, aku memilih menyukai buku komik. Aku merasa sangat terhibur jika membaca komik. Berbeda dengan novel yang terlalu monoton dengan bacaannya. Untuk seorang dewasa mungkin tidak wajar lagi membaca komik. Tapi apa daya, apa yang disukai tidak bisa dipaksakan.
"KOMIK NEXT G : TETANGGA DARI KOREA" aku membacanya dalam hati. Komik Next G adalah seri komik dari Muffin Graphics yang ditulis oleh anak-anak berusia 8 hingga 14 tahun. Dalam buku ini, pembaca akan menemukan empat cerita hasil kolaborasi para penulis dan komikus. Selain sebagai teman bermain yang menghibur, Komik Next G juga efektif sebagai media penyampai pesan moral bagi anak-anak.
"Seru nih kayaknya." Aku memperlihatkan komik yang berjudul Tetangga dari Korea tersebut. Rafa tidak heran lagi, pasalnya dikamar aku mengoleksi banyak Komik Next G. Aku salah satu penggemar komik ini. Seperti yang sudah kukatakan, komik ini sangat menghibur.
Rafa mengambil komik itu dari tanganku. Mengamati sampul, membuka satu persatu halaman buku. Dia juga menyukai komik ini semenjak aku memperkenalkan padanya. Sering aku membacakan komik ini padanya. "Boleh, nanti bacain ya."
"Minta dibacain terus, sesekali Mas Rafa dong yang bacain buat Deeva." godaku sedikit berbisik.
"Kalau Mas Rafa yang baca nanti ceritanya malah gak seru." Rafa membalik-balik halaman buku. "Yukina, kamu bantu ibu ya." Rafa menirukan adegan dalam komik tersebut dengan nyaring hingga membuat aku tertawa mendengarnya.
Melihatku tertawa, Rafa sepertinya bahagia. Aku bisa melihat senyuman di wajahnya. Binar matanya begitu menyejukkan hati. Begitu indah untuk disaksikan. Aku harap aku bisa membuat dia selalu tersenyum begini. "Udah ah mas, aku beli yang ini, terus ini. Satu lagi yang ini, mas suka gak?"
"Apapun yang membuat engkau sukai aku akan menyukainya juga. Jika itu membuatmu bahagia, aku pun sama." Aku menatap wajahku di bola mata Rafa. Tatapannya sampai kini belum mampu untuk ditebak. Tatapan yang sama, penuh misteri. "Bagus gak kata-katanya?"
"Kayaknya kamu harus belajar banyak dari aku sih, mas. Kemampuan kamu masih basic, belum ada apa-apanya dibandingkan sama aku." Aku memberikan buku yang kupilih untuk dibeli. Mendengar aku mengejeknya dia hampir saja mencubit hidungku yang tak seberapa mancungnya. Aku berhasil mengelak. "Mas." Ditengah menuju kasir, aku memanggilnya. Rafa menoleh ke arahku yang berada di sampingnya.
"Kamu udah berapa kali jatuh cinta?" Pertanyaanku membuat Rafa mengernyit bingung. Apa pertanyaanku terlalu konyol?
Aku melanjutkan, "Iya, kamu udah jatuh cinta sama seseorang itu berapa kali.""Harus banget dijawab?"
Aku mendengus kesal, "Ya-iyalah." Menunggu jawaban Rafa membuat jantungku berdebar. Entah kenapa aku berharap dia mengatakan satu kali.
"Dua kali, emangnya kenapa?"
Aku sedikit kecewa mendengar jawabannya. Aku menunduk, langkahku terhenti. Menatapnya sendu, "Manusia hanya bisa jatuh cinta satu kali seumur hidupnya. Bila dia sudah menemukan cintanya yang kedua, itu mungkin hanya sebatas fatamorgana."
****
Keheningan malam selalu mampu menenangkan pikiran dan hatiku yang sedang berperang. Awan bisa saja menyembunyikan bulan. Namun awan tak mampu menyembunyikan matahari dari sinarnya. Begitu pun denganku. Aku tak mampu menyembunyikan perasaanku pada duniaku.Manusia hanya bisa jatuh cinta satu kali seumur hidupnya. Bila dia sudah menemukan cintanya yang kedua, itu mungkin hanya sebatas fatamorgana.
Kalimat itu terus saja terngiang di telingaku. Angin terasa membisikkan kata-kata itu. Tak ingin membiarkan aku melupakannya. Aku sudah menciptakan bumerang bagi diriku. Menghancurkannya adalah hal yang mustahil untuk dilakukan.
Rafa telah mencintai untuk yang kedua kali. Apakah aku orang kedua itu? Apakah aku khayalan baginya yang tidak akan pernah dimiliki. Atau aku tidak pernah singgah di hatinya bahkan untuk sedetik saja? Pikiranku kalut. Apa yang harus aku lakukan.Aku merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Mulai menutup mata perlahan. Berharap badai yang bergemuruh di hatiku sirna. Jika tidak, barangkali badai itu bisa reda sejenak.
****
"Huah." Aku membentangkan tanganku. Meregangkan otot-otot yang lelah beraktivitas. Menggerakkan pergelangan tangan, sesekali memutarnya. Pagi ini aku siap untuk joging. Menghilangkan penat kaum rebahan seperti aku."Permisi, ini kediaman Pak Rafa Dzakwan Akbar?" tanya seorang bapak yang mengenakan jaket hitam dengan membawa tumpukan barang diatas motornya. Sepertinya bapak itu tukang pos.
"Iya pak."
"Ini ada kiriman surat dari Sumatera untuk Pak Rafa. Boleh tanda tangan disini, mbak?"
Tanpa pikir panjang, aku menandatanganinya. Sedikit bingung dengan surat ini. Di zaman serba canggih ini, masih ada yang ngirim surat lewat pos. Apa gak bisa via email saja? Aku memandangi surat bersampulkan amplop coklat yang ku terima tadi. Penasaran apa yang tertulis di dalamnya. Aku masuk dan meletakkannya di kamar. Jika Rafa datang aku akan memberikannya nanti. Aku lanjut pergi joging. Menghiraukan surat itu sejenak.
****
"Kalau aku jadi kamu ya va, aku pasti bakal buka surat itu. Siapa tau itu surat cinta dari pacar selingkuhan Rafa.""Enak aja kamu bilang itu dari pacarnya. Dia gak mungkin selingkuh, bisa aja itu surat dari kampus atau apalah gak ngerti gue. Gue percaya sama Mas Rafa." ucapku meyakinkan diri. Bisa saja yang dikatakan Dea memang benar, Rafa suka sama cewek lain. Tapi apa mungkin dia setega itu.
"Cowok itu semua sama, bermuka dua. Sama cewek ini baik, sama cewek lain juga baik. Gak usah percaya deh. Lagian lho gak bisa mastikan Rafa setia. Buktinya, dia gak pernah bilang suka atau sayanglah sama lho. Pernah gak?"
"Enggak sih."
"Gini aja, hari ini lho suruh Rafa datang buat jemput suratnya. Kalau dia kasih tau ke elo isi surat itu, berarti dia setia sama lho. Kalau enggak, ya lho tau lah apa. Udah dulu ya va, gue mau ke supermarket. Bye."
Aku menutup telponnya. Kata-kata Dea mampu menghipnotis pikiranku. Apalagi selama ini belum pernah Rafa menyatakan perasaannya padaku. Apakah dia sayang sama aku sebagai istrinya? Apa aku adalah orang yang akan diperjuangkan olehnya? Atau aku hanya jadi istri diatas kertas? Apa yang harus aku lakukan?
****
Huh. Itu surat apaan yah? Bikin penasaran aja nih. Mungkinkah Rafa selingkuh, Rafa mencintai orang lain?
Yang pastinya, kalian tunggu chapter selanjutnya.
Buat kalian yang udah nunggu aku update terus, thank you so much much much. Hehehe.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Kalian maunya aku update chapternya hari ini atau besok aja? Comment ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADEERA
Teen FictionGak kebayang nikah di umur yang masih belasan tahun. Gimana ya rasanya? Aku terpaksa menikah dengan lelaki yang tak kucintai. Kami menikah bukan karena dijodohkan, namun karena sebuah kondisi yang memaksa kami untuk menikah. Sama halnya seperti ce...