1. Larisa Kanaya

42.4K 1.2K 25
                                    

"Larisa Kanaya, berhenti!!" Ya, itu nama gue pemberian orang tua gue yang sialnya mereka udah cerai ketika umur gue baru 6 tahun karena bokap gue kere akhirnya nyokap selikuh dengan pria tajir melintir dan memilih cerai.

"Ada apa sih buk?" Namanya bu Neni, wanita lajang cantik umur 38 tahun. Bisa dibilang prawan tua ini selalu mengusik hidup gue yang tentram dan damai. Guru ekonomi ini selalu buat gue pusing tuju keliling dengan ocehan beonya.

"Sudah saya bilang berulang kali, sampek mulut saya berbusa. Kamu ini kalau ke sekolah pakaian yang rapi dong! Rok anak tk jangan dipakek. Baju seragam dimasukkan, ini-ini apa ini?" Bacotnya sambil meremas ujung rambut gue yang panjang, mungkin dia terpesona karena rambut gue indah banget kayak iklan duta shampo lain. Wait-wait prawan tua tadi bilang rok anak tk, dasar orang tua tidak tau style. Aku memang sengaja pakek rok pendek biar terlihat sexy. Ayolah, jangan samakan aku seperti dia yang penampilannya membosankan dengan rok yang begitu panjang sampai kakinya tidak nampak seperti kuntilanak. Pantas saja diumur setua ini dia belum juga mendapatkan teman kencan.

"Rambut dimerah-merahin, bibir merah kayak ibu-ibu arisan, sepatu merah ngejreng begitu dan nilai kamu pun juga ikutan merah semua. Masya allah pusing ibuk jadinya."

"Minum oskadon buk kalau pusing." jawab gue santai dengan senyuman selebar-lebarnya. Gue lihat prawan tua didepanku ini kesal setengah mampus sama gue. Kelihatannya dia tidak puas dengan saran yang gue sampaikan. Apanya yang salah?

"Dengar ya Larisa! Kalau kamu tidak bisa merubah sifat nakal kamu, setidaknya kamu rubah penampilan kamu biar sopan dilihat orang. Ini lingkungan sekolah jangan disamakan sama tempat dugem. Disini ada banyak aturan yang harus kamu taati. Mengerti!!"

"Mengerti bu Neni" gue sengaja menundukkan kepala dengan perasaan bersalah yang gue buat-buat, biar beo tua ini berhenti mengoceh dan pergi.

"Besok saya tidak mau lihat sepatu, bibir,dan rambut kamu kebakaran seperti ini lagi." Ucapnya sewot berlalu pergi dari hadapan gue.

Dasar prawan tua, yang ada mulut lo gue bakar pakek petasan biar diem. Sebel gue direcokin kayak begini. Suka banget dah perasaan urusin hidup gue, urus aja kehidupan percintaan lo yang udah kedaluarsa berkerak, pikirin jodoh lu yang masih mampet di gorong-gorong.

"Ris..."

"Apaan." Lelaki yang barusan manggil gue tadi namanya Doni sohib ngepet gue di sekolah. Ya, gue dan Doni emang terkenal playgirl dan playboy. Kita pacaran sama mereka biar bisa morotin duwit mereka yang kebanyakan anak orang kaya manja. Gue sama Doni itu senasip, ditengah siswa-siswi yang pada tajir isi dompet tebel kita berdua malah kismin, dompet isinya penuh dengan nota tunggakan utang. Ngenes hidup kita..

"Gimana? Dapet pertanggung jawaban kagak lu?" tanya Doni, gue tau betul arah pembicaraan dia itu ke arah mana.

"Lo ada rokok kagak?"

"Buset nih bocah, pertanyaan gue bukannya dijawab malah balik nanya." Gue tau Doni itu sayang sama gue, gue nggak akan mungkin bisa sembunyiin suatu rahasia apapun sama dia. Cuma dia yang bisa mengerti gue, ngedukung gue, ngebelain gue. Setelah ini gue bakalan cerita semuanya sama Doni kalau bapak dari anak yang gue kandung nggak mau tanggung jawab. Dan setelah ini pria bernama Ramayana Mahesa yang terhormat akan habis ditangan Doni Aditama.

🍁🍁🍁🍁🍁

Beberapa bulan lalu, aku ingat betul perbincangan kami bertiga di kantin. Gue, Doni dan Monic membicarakan tuan Ramayana yang terhormat.

"Kalau lo bisa pacaran sama Rama anak IPA 1 itu hidup lo pasti makmur. Lo nggak perlu mikirin harta, tahta, maupun kedudukan di sekolahan ini."

"Bacot lo! Ris lo jangan dengerin apa kata si Monic, dusta." Gue cuma aduk-aduk es oyen gue tanpa berkomentar ketika dua cengunguk ini lagi ber-argumen.

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang