16. Butuh Seorang Teman

13.5K 917 53
                                    

Seorang wanita hamil menggedor-gedor pintu rumah tengah malam sambil menangis tersedu-sedu.

Dor...dor...dor

"Doni buka pintunya, hiks-hiks."

Muncullah seorang wanita paruh baya berdaster memasang tampang garangnya dari balik pintu. "Kampret! Gangguin orang tidur aja. Ngapain dimari?"

"Nyari Doni." cicit Risa pelan. Dia sudah tidak tau lagi harus kemana, dia butuh teman sekarang.

"Hadeuh, kagak-kagak ada. Mending lo pulang sono!" bohongnya, dia sebenarnya tidak suka dengan keberadaan Risa.

"Ya ampun Risa lo kenapa?" Doni yang setengah masih ngantuk menghampiri Risa karena mendengar keributan di rumahnya.

"Don ayuk kita pergi don hiks, gue nggak bisa cerita di sini hiks-hiks." Doni yang khawatir melihat Risa menangis tanpa pikir panjang memakai jaket dan mengambil kunci motornya ingin membawa Risa.

"Doni, emak kagak ngijinin lo pergi bawa bini orang. Mending lo masuk kamar tidur sekarang!" perintah emaknya enggak Doni gubris sama sekali.

"Cepetan lo naik." perintah Doni menyuruh Risa menaiki motornya, tanpa ijin dari emaknya Doni menghidupkan motor lalu pergi bersama Risa.

Doni dan Risa sekarang berada di basecamp.

"Maaf don, gue ngrepotin lo."

"Belagak sungkan segala lu, santuy kalau ama gue mah." Risa menganggukkan kepalanya seraya tersenyum kecut.

"Emang lo kenapa sih Ris, kok muka lo asem begitu?" Tanya Doni penasaran.

Risa menceritakan semua rentetan kejadian yang menimpanya. Mulai dari peristiwa pertunangan Rama dengan selingkuhannya, serta kejadian bertemu ibu kandungnya yang ternyata telah menjadi mama tiri uler kadut.

"Hiks-hiks-hiks."

"Udah jangan nangis Ris." Doni mengusap air mata Risa yang membasahi pipi. Kemudian dia memeluk wanita rapuh dihadapannya itu. Dia mengepalkan tangannya geram melihat sahabatnya disakiti seperti ini. Dia tidak terima, Doni sangat menyayangi Risa.

Doni meraih kedua pipi Risa menangkupkan tangannya. "Gue antar lo pulang ya." bujuk Doni.

"Gue nggak mau pulang. Malam ini gue mau tidur disini aja."

"Tapi disini banyak nyamuk."

"Kalo lo mau pulang silahkan Don. Tapi gue tetep mau disini." Doni hanya bisa menghela nafas, dia lupa kalau Risa berkepala batu. Dia mana tega membiarkan perempuan tidur di rumah kosong sendirian.

"Yaudah, sekarang lo mending tidur." Risa menganggukkan kepalanya. Dia memang sudah lelah dengan kejadian yang menimpanya. Rasanya dia begitu letih juga mengantuk. Matanya sayu dan sembab akibat menangis.

Risa tidur menyamping disofa lama yang sudah koyak, tangannya membekap tubuh agar tidak kedinginan. Doni melepas jaketnya, lalu menyelimutkannya pada tubuh Risa. Dia mengamati wajah Risa yang sudah tertidur pulas. Doni mengelus pipi Risa yang nampak merah kebiruan bekas tamparan, tangannya beralih mengusap bibir Risa terdapat luka darah mengering.

Doni miris melihat keadaan Risa, dia bertanya-tanya dalam hati. Kapan lo akan menyerah hidup bersama pria kejam sepertinya Ris?

Lelaki itu menghela nafas berat, dia mengecup kening Risa cukup lama. "Semoga penderitaanmu segera berakhir."

Doni duduk di lantai, kepalanya dia sandarkan dipinggiran sofa. Dia menyalakan seputung rokok, lalu menyesapnya dan menghembuskannya hingga asapnya mengepul di udara. Dia menengadahkan kepalanya menatap gelapnya langit tanpa bintang. Doni mengingat masa kecilnya pertama kali bertemu dengan Risa kala masuk SD

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang