3. Mabuk Berat

23.4K 867 6
                                    

"Doni lo mau kemana?" Gue melihat Doni membawa tasnya keluar kelas.

"Mau pulang, gue diskors seminggu." Gila! Seminggu waktu yang cukup lama apalagi besok lusa ada UKK (ujian kenaikan kelas) bisa-bisa Doni tinggal kelas kalau gini carannya. Ini salah gue, kalau emaknya Doni tau anaknya di skors pasti Doni kena damprat emaknya yang galak itu. Gue takut kalau motor ninja kesayangannya Doni yang masih nyicil itu ditarik dibalikin lagi ke dealer. Pasti Doni sedih...

Dari tadi yang ada dipikiran gue cuma Rama, hingga gue nggak perhatiin kalau pangkal hidung Doni terluka, terdapat luka sobek disertai darah yang sudah mengering. Gue buru-buru mengambil handsaplast yang senantiasa gue bawa kemana-mana karena gue tahu setiap waktu Doni terluka karena perkelahian gue selalu siap untuk mengobatinya.

"Don gue ikut lo."

"Setelah ini masih ada pelajaran si nenek lampir itu. Lo nggak bisa cabut gitu aja." Prawan tua itu nggak akan bisa nyegah gue.

"Gue nggak peduli, kalau lo di skors berarti gue juga. Gue nggak akan betah disekolah kalau nggak ada lo." Keputusan gue udah bulet, sebulet tahu digoreng dadakan lima ratusan.

"Oke, selama kita nggak sekolah mending kita seneng-seneng."

"Siap." Ini yang gue suka dari Doni, dia selalu buat mood gue kembali baik.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Goyang bro!" Gue terus meliuk-liukkan tubuh gue menari bersama Doni. Sumpah musik djnya enak banget buat goyang ngebor. Hari ini gue nyobain tempat dugem baru di jakarta, baru bukak aja udah rame banget kaya gini.

"Ris udahan yuk, haus gua."

"Apa?! Rebahan?" Gue sedikit berteriak mengimbangi suara musik di club ini yang sangat keras. Ngomong apaan sih Doni, ngajak rebahan gimana maksutnya?"

Doni berteriak keras di samping telinga gue. "Gua haus, anjing!"

"Ohhh, aus? Minumlah." Gue cengengesan sambil menarik tangan Doni ke bar, kita minta bartender meracik minuman yang bisa buat masalah gue dan Doni hempas seketika. Hahaha..

Gue minum dengan sekali teguk lalu menuangnya lagi, lagi dan lagi. "Eh, lu minum apa doyan?" Pertanyaan Doni nggak gue tanggepin gue terus lanjut minum. "Perasaan gue yang haus kenapa lo yang abisin sih minumannya." Bacot lu Don

"Ris-ris lihat sono." Doni nyenggol-nyenggol bahu gue, palingan gue disuruh liat cewek cantik yang bakalan jadi target ngepet dia di dance floor. Ya biasanya Doni minta saran gue bagaimana menurut gue cewek yang ini itu, cantik apa kagak blablabla.

"Yang penting dompetnya tebel Don, hik. Udah sikat aja hik." Gue tetep lanjut minum meskipun gue udah mabuk, ngomong aja gue sulit karena cegukan.

"Ngomong apaan sih lu? Itu Rama disono." Apa? Rama disini. Seketika gue langsung noleh kebelakang, gue berusaha buat fokus melihatnya meskipun agak samar-samar. Iya bener itu Rama dia ke club ini bersama...

"Wah-wah, anak manja itu ternyata suka dugem di club juga ternyata. Gue pikir dia cuma bisa dugem di perpustakaan aja pacaran sama buku."

Andre. Rama disini bersama mantan pacar gue yang ke 25. Gue yakin mantan psikopat gue itu yang udah bawa pengaruh buruk ke Rama. Nggak mungkin Rama yang baik dan masih polos itu masuk ke tempat kotor ini.

"Gue penasaran, kita samperin yok." Dengan langkah sempoyongan gue ngikuti Doni dari belakang.

"Asyik banget ngobrolnya bro, gue nimbrung ngapa." Mendengar sapaan Doni gue lihat 2 manusia itu menoleh terutama Rama dengan mata tajamnya menghunus ke arah Doni. Nampaknya dia tidak suka dengan kedatangan Doni lantas mendorongnya kuat.

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang