21. Kamu Hanya Milikku!

23.5K 999 65
                                    

Warning : Part ini mengandung 17+


Jangan salahkan kebodohanku, maaf jika aku harus egois. Kalian yang tak pernah peduli dengan keberadaanku, lalu untuk apa aku memikirkanmu! Biarkan aku menjalani hidupku sesuai dengan keinginanku, meskipun itu harus merusak kebahagiaanmu.

Karena hidup itu pilihan, aku berhak untuk memutuskan.

-Larisa Kanaya-

________________________

Jdarrr

Suara kilatan petir menyambar memekakkan telinga. Malam ini sungguh mencekam karena hujan deras menerpa tanpa ada tanda-tanda akan berhenti.

Jdarrr

Lagi-lagi suara petir membuat Rama bergerak gelisah ditempat tidurnya, dia tidak bisa tidur seperti ini. Suara gemercik hujan dan guntur yang berisik sangat mengganggu tidurnya. Dia melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 23.00. Seharusnya jam segini dia sudah terlelap dalam mimpi, tapi kedua matanya sulit sekali diajak merem.

Tok...tok...tok.

Baru aja Rama ingin memejamkan matanya berusaha tidur, eh ada yang ketok pintu kamarnya. Ulah siapa lagi kalau bukan istrinya, diakan dirumah ini cuma tinggal berdua.

"Masuk." Perintah Rama yang masih bergelung di tempat tidur tanpa ada niatan untuk beranjak membukakan pintu. Lagipula nggak dikonci, perempuan itu bisa buka pintunya sendiri, pikirnya.

Pintu kamar Rama nampak terbuka memperlihat Risa yang tengah berdiri menggunakan baju tidurnya. "Ada apa?" tanya Rama penasaran, dia melihat gerak-gerik Risa yang nampak gelisah. Apa dia juga tidak bisa tidur sama sepertiku? Batin Rama.

Risa berjalan mendekati Rama. "Apa gue boleh tidur disini bareng lo Ram?" tanya Risa takut-takut, mendengar permintaan itu entah kenapa Rama merasa kasian. Perempuan ini pasti ketakutan tidur sendirian dengan kondisi malam yang tidak bersahabat seperti ini.

"Hmm." Dengan berat hati Rama memperbolehkan Risa tidur dikasurnya. Ingat! ini berlaku hanya untuk malam ini saja. Rama menggeser tubuhnya ke pinggir memberi tempat untuk Risa.

"Gue mau tidur, ngantuk." Rama tidur membelakangi Risa.

Risa menghela nafas, dia menatap punggung tegap Rama. Dia tidak menyangka Rama mengizinkannya tidur bersama, padahal selama ini Rama selalu anti dengannya. Jangankan tidur dikasurnya, masuk kamarnya aja nggak dibolehin.

"Rama." Panggil Risa.

Tidak ada sahutan dari pria yang dipanggilnya.

"Lo udah tidur ya?"

Lagi-lagi tidak ada sahutan, jujur saja sebenarnya Rama jelas sekali mendengar panggilan Risa karena dia belum tertidur. Tapi dia pura-pura sudah terlelap untuk mengelabuhi Risa.

"Ramaaa." Risa merengek sambil mengguncang-guncangkan tubuh Rama.

Rama mulai terganggu, dia akhirnya berbalik menatap Risa. "Ck, kenapa sih ris?" tanyanya dengan kesal.

"Gue kedinginan." Cicitnya. "Lo sih serakah pakek selimutnya nggak bagi-bagi."

"Ribet!" umpat Rama seraya memberikan selimut yang dipakainya untuk Risa. Dia kembali lagi ingin mengambil posisi membelakangi istrinya tapi ditahan oleh Risa.

Tangan kanan Risa terulur membelai pipi Rama. "Jangan pernah berpaling dari gue Ram, please." Rama terpaku, entahlah kata-kata Risa seolah mampu membujuknya.

Mereka saling bertatapan, menikmati keindahan iris mata satu sama lain. Risa mulai mendekat mengikis jarak diantara mereka, kini bibir kenyalnya mendarat mengecup pelan bibir Rama. Risa mampu menguasai Rama yang tidak berkutik, bibir lincah Risa terus melumat menyalurkan hasratnya tak memberi jeda Rama mengambil pasokan nafas.

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang