29. Malaikat Kecil

32.2K 1.4K 299
                                    

Doni tersentak kaget mendengar ucapan bokapnya Risa yang mengatakan bahwa Risa berada di rumah sakit karena menjadi korban tabrak lari.

"Cepetan bego, anterin gue kerumah sakit. Anak gue lagi kritis." Ucap Narto, bapaknya Risa yang kesal dengan Doni.

"I-iya Om." Perasaan Doni kini tak karuan, dia benar-benar khawatir dengan kondisi Risa. Semoga sahabatnya itu baik-baik saja, kalau sampai terjadi sesuatu dengannya Doni berjanji akan membunuh Rama dengan tangan kosong.

Doni mengegas motor ninjanya dengan kecepatan penuh. Tak butuh waktu lama mereka berdua sampai di rumah sakit meskipun dia harus mendapat toyoran bokapnya Risa terlebih dahulu karena membuat jantungnya hampir copot akibat kebut-kebutan dijalanan.

"Dimana anak gue? Hah, jawab!!" Bentak Narto tidak sabaran melihat orang-orang menunduk lesu.

"Bapak nggak usah teriak-teriak, ini rumah sakit." Sahut Rama kesal. Dia sudah pusing memikirkan kondisi Risa dan sekarang malah dibuat stress dengan kedatangan Doni dan bokapnya Risa.

"Emang siapa yang bilang ini kandang sapi?! Gue tau ini rumah sakit, lo pikir gue buta!"

"Risa sedang menjalani operasi." Ucap Rama.

Doni segera berjalan mendekati Rama, lalu meraih kerah bajunya kasar sambil mengacungkan kepalan tangannya didepan muka Rama ingin menonjoknya. "Lo apain Risa hah?! Brengsek lu." umpat Doni

"Bajingan. Gue bunuh lo--."

Bug bug bug

Belum sempat Doni melayangkan pukulannya, dia sudah kena timpuk duluan. "Woy-woy bangsat!" Dia melihat seorang wanita paruh baya memukul kepalanya membabi buta dengan tas brandednya.

"Berani kamu nyentuh anak saya dengan tangan kotormu itu, saya tidak akan segan-segan untuk mematahkan lehermu!" Ancam wanita itu.

"Ohh, jadi perempuan galak ini emak lo Ram." Doni baru tahu tampang muka mertuannya Risa.

Ratna berkacak pinggang. "Apa kamu bilang barusan, hah?!" Bentaknya memastikan celetuk Doni yang mengoloknya.

"Enggak, maksut saya tadi tante itu perempuan cantik." Ralat Doni, rasanya dia ingin mencakar tampang mertuanya Risa yang menyebalkan itu. Untung saja perempuan, kalau tidak Doni sudah dari tadi menghajarnya hingga tak berbentuk. Sudah bisa dipastikan betapa menderitanya Risa memperoleh mertua mirip nenek gayung sepertinya.

"Ratna, lo harus tanggung jawab!" Ucap Narto menggebu-gebu. "Lo harus ganti rugi udah buat anak gue celaka."

"Ck, lelaki stress ini lagi." Ratna geleng-geleng kepala, dia benar-benar sudah muak menatap tampangnya. "Hei, bukankah selama ini aku sudah memberimu banyak uang. Aku hampir bangkrut karena ulahmu yang mata duwitan itu, sekarang kou mau minta ganti rugi apalagi hah?! Sialan."

"Itu berbeda nyonya, ini menyangkut nyawa anak gue. Jadi nominalnya harus gedhe dong. Kalau bukan jasa dari anak gue yang rela nolongin, anak kesayangan lo sekarang dah tamat riwayatnya."

"Iya-iya sekarang kita urus ini diluar saja. Saya tidak mau diseret satpam karena membuat keributan disini." tegas Ratna.

"Oke sayang." Ratna begidik ngeri mendengar ucapan Narto membuatnya ingin muntah. Ratna berjalan keluar diikuti dengan Narto yang menyusul di belakangnya.

Rama mendekati Nafisya, duduk di sebelahnya. "Maaf Sya, kamu harus melihat dan mendengarkan kegaduhan ini."

"Nggak apa-apa Ram, aku cukup mengerti dengan situasi ini." Ucap Nafisya lembut. "Kemarikan tanganmu yang terluka, biar aku obati."

Dengan telaten Nafisya membersihkan luka Rama dengan kapas lalu mengolesinya dengan obat merah sebelum membebatnya dengan perban.

Doni berdecih sinis melihat hubungan mereka berdua, bisa dilihat bahwa mereka saling melempar pandangan penuh cinta. "Ingat! Istri lo lagi sekarat, lo malah main gila disini."

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang