7. Doa Restu Oma

10.9K 678 8
                                    

vote dan comment kalian penyemangat author demi berlangsungnya cerita ini.
---------------------------

Bosan, satu kata itulah yang gue rasakan sekarang. Gue nggak bisa lagi masuk sekolah karena di DO, seharusnya gue nggak pernah percaya sama Tantri penjaga UKS yang bangsat itu. Perempuan itu sama sekali tidak bisa menyimpan rahasia. Setidaknya gue bisa mengundurkan diri secara terhormat atas keinginan gue, bukannya dikeluarkan paksa seperti itu seolah-olah gue telah berbuat kejahatan yang tidak bisa diampuni. Kalau begini ceritanya, gue nggak bisa ngawasin gerak gerik Rama di sekolah. Bisa jadi Rama dan ular kadut sekarang tengah memadu kasih, berpelukan mesra, ber-.

"Arghhh..." kenapa gue malah membayangkan mereka tengah berbuat mesum. Dasar otak ngeres!

Mengingat Rama, gue jadi tersenyum sendiri seperti orang gila saat ini. Sebentar lagi dia akan jadi suami sah gue, minggu depan akan dilangsungkan pernikahan kita. Tahta, harta, kedudukan yang gue dambakan sebentar lagi terwujud. Gue bakalan hidup enak berkelimang harta, semua ini berkat kartu As gue.

"Baik-baik lo diperut ya nak." Ucapku sambil mengelusnya lembut sambil memandang langit-langit kamarku menerawang masa depan gue.

Gue masih inget betul kemaren, perjanjian sekaligus ancaman yang dilontarkan nyokapnya Rama bahwa anaknya akan bertanggung jawab hanya sampai bayi ini lahir. Setelahnya jika tes DNA membuktikan bayi ini bukan cucunya, dia akan menjebloskan gue ke dalam penjara dengan tuduhan penipuan dan pencemaran nama baik. Jikalau memang benar ini cucunya dan ditengah pernikahan Rama mulai mencintai gue, maka gue bisa mempertahankan hubungan ini tanpa adanya perceraian. Gue optimis bisa membuat Rama jatuh cinta perlahan-lahan, cuma butuh waktu dan sedikit rayuan maut maka dia akan jatuh kepelukan gue.

Melamun saja tanpa bertindak itu nggak akan ada gunanya. Gue beranjak dari tempat tidur segera bersiap-siap ke salon yang sudah Rama tentukan. Sebelumnya gue udah diperintahkan Rama untuk bertemu neneknya hari ini di rumah sakit untuk meminta doa restu pernikahan kami. Jadi dia minta gue untuk merubah penampilan gue yang katanya katrok menjadi lebih modis dan sopan. Padahal mantan-mantan gue sebelumnya menggilai penampilan gue selama ini yang berani, elegan dan terlihat sexy menggoda iman.

Berbicara tentang salon, sudah lama gue nggak nyalon. Terakhir kali gue kesalon 5 bulan yang lalu untuk mewarnai rambut gue menjadi merah terang, gue fikir dengan begitu otak gue bisa encer tapi nyatanya tetep aja bebal.

"Selamat siang mbak, silahkan duduk." Sapa wanita cantik pegawai salon. "Mbak ini mbak Risa ya?" tebaknya. Gue rasa pegawai ini peramal atau mungkin dukun, dengan mudah tau nama gue. Padahal gue nggak kenal situ.

"Tadi Rama bilang teman wanitanya akan berkunjung kesini, dia berpesan untuk make over kamu secantik mungkin." Gue tersenyum mendengarnya. Nggak usah dandan gue emang udah cantik dari orok.

Mereka mulai menyibukkan diri dengan meyiapkan berbagai peralatan. Salah satu pegawai memberikan perawatan rambut dengan mencuci rambut gue, entah shampo apa yang digunakan yang pasti aromanya membuat gue rileks apalagi pijatannya mantep pol.

"Hai Bel, udah selesai?" Suara calon suami gue, senengnya dijemput my lope-lope Rama.

"Belum Ram, masih lama."

"Gue mau lo ganti warna rambutnya."

"Gue emang udah bosen warna merah" celetuk gue menyetujui perintah Rama

"Kalau menurut lo gue cocoknya ganti warna apa ya Ram? tanya gue meminta saran. "Warna kuning, ijo, biru atau orange? Semoga aja nenek lo suka warna ungu, karena gue kepingin ganti warna itu sejak kemaren. Gimana?" Gue beralih menatap Rama intens.

"Ganti warna item." Putusnya.

Seketika gue melotot, itu adalah warna yang paling gue benci. "Nenek lo bener-bener nggak ngerti fashion jaman now." Sebel gue. "Warna item, nggak gaul banget." Celetuk gue lagi.

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang