17. Selamat Tinggal Oma

15K 865 50
                                    

Awan menghitam seakan ikut merasakan duka
Tak ada lagi payung teduh disini bersamaku
Mereka mungkin akan mencabik ragaku
Aku tertinggal, sendiri, dan meratap
Dia yang membelaku dalam badai terkubur dengan asa
Aku hanya bisa berdoa semoga tenang disana

-Larisa Kanaya-

________________________


Kabar buruk tentang kematian Oma membuat Rama terpukul. Apalagi Risa yang tidak boleh datang ke rumah mertuanya untuk sekedar melihat wajah Oma untuk terakhir kalinya.

"Hiks-hiks-hiks Oma." Risa hanya bisa melihat pemakaman Oma dari kejauhan. Jelas Ratna tidak memperbolehkan Risa ikut melayat karena disana ada Nafisya beserta keluarganya, dia tidak mau Risa datang hanya menambah duka ataupun merusak suasana.

Setelah semua orang melayat berhamburan pergi, Risa baru memberanikan diri mendekat di tempat Oma disemayamkan. Seketika Risa bersimpuh memegang batu nisan Oma. "Oma jahat hiks, Oma kenapa ninggalin Risa hiks-hiks."

"Kalau Oma ngga ada, siapa yang belain Risa hiks. Mereka semua benci hiks sama Risa, cuma Oma yang baik. Risa nggak bisa ngadepin mereka tanpa Oma hiks-hiks."

Risa mengusap air matanya yang membasahi pipi. "Risa minta maaf hiks, Risa nggak bisa nemenin disaat-saat terakhir Oma. Oma pasti kesepian, maafin Risa Oma."

Oma sangatlah berarti dalam hidup Risa. Sikap Oma yang baik, ramah dan penyayang mampu mengobati rasa ridunya terhadap sosok ibu. Disaat semua orang membenci Risa, Omalah yang merangkulnya dan membelanya. Cuma oma yang sayang sama Risa, cuma Oma yang mengharapkan bayinya lahir.

"Hai cicit Oma, kamu jangan menyusahkan bundamu didalam sana ya. Oma tau kamu anak baik, Oma menanti kehadiranmu."

"Risa, kemarilah. Kamu pasti lapar kan? Oma ambilkan makan dulu, kamu duduk sini."

"Risa makan yang banyak ya biar sehat. Cicit Oma juga biar tumbuh kuat."

Mengingat semua perhatian Oma membuat hati Risa kelu. Selama ini Oma selalu ada untuknya, tapi Risa malah tidak ada untuk Oma.

"Hiks-hiks maaf."

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Ketika sampai dirumah, Risa melihat Rama yang termenung di ruang tamu dengan mata memerah sembab karena menangis. Risa ikut merasakan kesedihan Rama yang telah kehilangan, Rama sangat menyayangi Oma sama sepertinya.

Risa mendekat lalu menyentuh bahu Rama pelan. "Ram yang sabar ya." ucap Risa tulus

Rama menyentak tangan Risa kasar hingga membuat Risa terkejut. "Nggak usah sok baik lo!!" bentak Rama, sungguh Risa tak ada niatan mengajak Rama bertengkar. Dia bermaksut baik untuk menghibur Rama.

"Gara-gara lo Oma meninggal." Risa bingung, sama sekali tidak mengerti dengan ucapan Rama. Bukankah orang meninggal itu karena memang takdir yang telah digariskan tuhan.

"Maksutnya apa Ram?"

"Sebelum mengenal lo, Oma menyetujui pertunangan gue dengan Nafisya. Tapi setelah gue menikahi lo karena hamil, Oma nyuruh gue batalin rencana pertunangan yang udah gue siapin.  Lo pasti udah nyuci otak Oma dengan mulut manis lo itu, sampek Oma mati-matian belain lo." Rama menjeda ucapannya, dia mengatur nafasnya sejenak karena sesak.

"Gue nggak bisa nurutin perintah Oma karena gue mencintai Fisya. Mendengar penolakan gue, Oma shock lalu penyakitnya kambuh. Oma masuk ICU karena kritis. Gue fikir Oma akan baik-baik saja setelah dokter mengatakan berhasil melewati masa kritis. Tapi, hari ini gue dapet kabar kalau Oma meninggal. Lo emang pengacau di hidup gue Ris." tuduhnya menyalahkan Risa.

"Ram ma-maafin gue, gu-gue nggak tau hiks." Risa sesenggukan karena menangis.

"Udahlah. Lo emang cewek sialan!" umpat Rama seraya berjalan menuju kamarnya.

"Rama-rama tunggu!" Risa menahan lengan Rama, seketika lelaki tampan itu berhenti.

"Oma bener Ram." tutur Risa, Rama mengangkat sebelah alisnya masih senantiasa mendengarkan ucapan Risa.

"Lo itu suami gue Ram, memang sepantasnya lo harus menjauhi Nafisya. Setidaknya sampai anak kita lahir, apa susahnya sih Ram?"

"Jadi lo nyalahin gue atas kematian Oma?!" Tanya Rama dengan sinis.

"Nggak Ram, lo salah paham. Gue mau lo hargain gue sebagai istri lo."

Rama mencengkram bahu Risa kuat, tatapannya tajam menusuk. "Gak pantes lo ngomong kayak gitu. Gue tahu akal bulus lo Ris selama ini, lo cewek matre yang ada difikiran lo cuma uang iya kan?! Bahkan sekarang lo lagi nyusun rencana gimana cara agar lo bisa memeras keluarga gue lebih banyak lagi, sebelum gue bener-bener ngusir lo saat anak haram itu lahir."

"Cukup Ram!!" Sungguh panas telinga Risa mendengar hinaan Rama tentang anak yang dikandungnya. Risa tak masalah jika dia dihina cewek matre, memang kenyataannya dia begitu. Tapi Risa tidak bisa terima jika Rama terus-terusan mengatai bayi dikandungnya anak haram.

"Lo emang brengsek Ram! Apa lo nggak bisa ngrasain jika anak ini darah daging lo. Lo emang pinter di otak doang, tapi goblok ngenalin perasaan lo sendiri. Hati lo yang keras itu sudah dibutakan oleh Nafisya."

"Lo jangan nyalahin orang lain Ris untuk menutupi kesalahan lo." Tekan Rama.

"Perilaku gue selama ini memanglah buruk. Gue bukan perempuan lemah lembut, sopan, ataupun pintar seperti Nafisya. Tapi asal lo tahu Ram jika Fisya bener-bener perempuan baik, dia nggak akan pernah ngrusak rumah tangga kita ketika dia tau bahwa kita sudah menikah. Dia yang harusnya mengalah untuk menjauh bukannya gue."

"Gue nggak akan biarkan itu terjadi. Seenaknya saja lo ingin pisahin hubungan gue dengan Nafisya. Lo nggak bisa paksain perasaan seseorang. Paham!!" tegas Rama

"Oke gue tau Ram. Tapi- apa salah jika gue berharap?" Cicitnya.

"Terserah. Gue nggak peduli!! Rama berjalan masuk ke dalam kamarnya.

Brakk!! Menutup pintu rapat-rapat seolah tak ingin diganggu dengan keberadaan Risa.

____________________
Note : Bocoran untuk next part, akan terkuak siapa yang menjebak Rama saat di club. Siapakah orangnya? Apakah memang Risa, Doni atau...
Coba kalian tebak :)

Jangan lupa tekan bintangnya. Love you❤

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang