19. Bertemu Si Gembul

15.7K 950 57
                                    

Suara hp bergetar tanda ada panggilan masuk tertera nama 'Mama' di layar, Rama segera mengangkat telponnya.

"Halo Rama, kamu lagi dimana?"

"Rama dirumah lagi belajar persiapan ujian di sekolah besok."

"Mama mau tanya sama kamu. Kenapa tagihan kartu kredit kamu bisa membengkak sampai 45juta? Kamu beli apa Rama?"

Rama langsung beranjak mencari-cari kartu kreditnya yang diletakkan di laci--hilang. Rama memutus sambungan teleponnya sepihak.

"RISA!!" panggil Rama.

Rama keluar kamar. "RISAA!!" panggilnya lagi.

Dengan jalan tergopoh-gopoh Risa keluar dari kamarnya mendekati Rama. "I-iya Ram. Ada apasih? Gue lagi tidur sampek terbangun kaget denger teriakan lo kayak bledek."

Rama meneliti penampilan Risa memakai baju dari brand yang cukup terkenal. "Lo beli baju baru itu pakek uang siapa?"

Risa terdiam membisu, matanya melirik kekanan dan kekiri gelisah. Dia bingung mau mencari alasan kebohongan apa.

Rama mencengkram bahu gemetar Risa. "Lo nyolong kartu kredit guekan?"

Seketika Risa menatap tajam Rama. "Kita sudah menjadi suami istri, uang lo berarti hak gue juga. Jadi nggak ada salahnya kan jika gue makek."

"Kesalahannya, karena lo belum ijin sama gue dan lo udah boros keluarin banyak duwit."

"Kalaupun gue ijin lo pasti nggak akan ngebolehin, jadi--"

"Dasar maling." Umpat Rama cepat memotong ucapan Risa. "Mungkin jika kita hidup bersama lebih lama lagi gue akan jatuh miskin semiskin-miskinnya."

"Lo beliin selingkuhan lo tas mahal dengan harga 100juta nggak masalah. Sedangkan gue, istri lo sendiri makek uang nggak ada setengahnya dibanding nominal yang udah lo keluarin buat Nafisya. Lo marah-marah kebakaran jenggot gini, cuma karena itu." Bela Risa tidak mau kalah.

Rama sudah menduga jika Risa akan menggunakan alasan itu untuk membela diri. Wanita ini benar-benar lihai dalam menguntit dan ahli mengambil barang orang. Rama tersenyum sinis.

"Lo harusnya bisa rubah sifat materialistis lo itu!" Bentak Rama emosi, perempuan ini kalau dikasih nasehat malah ngajak ribut mulu. "Ah udahlah, mending lo pergi. Bisa darah tinggi gue ngomong sama setan."

Risa berdecak kesal. "Nyebelin."

Dia memilih berlenggang pergi daripada mendengar omelan suaminya yang kikir.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Risa termenung di taman kota. Setelah pertengkarannya dengan Rama masalah kartu, dia bergegas keluar dari rumah untuk menenangkan diri. Setidaknya, berada di taman ini bisa sedikit menghiburnya.

"Kakak-kakak." tiba-tiba seorang anak laki-laki gembul, kira-kira umur 4 tahunan datang menarik-narik baju Risa.

Risa melihat tangan kotor anak itu karena habis bermain pasir berdecak kesal "Ishh, apaan sih? Baju gue kotor nih." dia menepuk-nepuk bajunya yang mahal, tak akan membiarkan noda sedikitpun menempel.

Anak gembul itu mencebikkan bibirnya, dia memasang tampang sedih dan detik kemudian tanpa Risa duga anak itu menangis histeris. "Huaaaa, mama hiks-hiks. Huaaaaa hiks huaaaaa."

Seketika Risa kebingungan, bagaimana dia bisa menenangkan anak sialan ini. Aduhhh, lagipula emak-bapaknya mana sih? Ngrepotin banget deh.

"Hei bocah, jangan nangis dong." Risa mencoba menghentikan tangisannya, tapi nihil anak itu malah menangis semakin kencang.

MY BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang