"Gue benci Na Jaemin!"- Kim Yu Na
.
.
.
"Ah... sebelll!!!!!" Aku mengentak-hentakkan kakiku " Jaemin anjing!!! Manusia jelmaan setan!!"
Kuraih sendok yang berada tepat di depan ku. Mengetuk-ngetukkan sendok tersebut keatas bangku.
"Jaemin mati lo mati anjing mati aja sih bangsat!!"Tepat di depan ku. Lelaki itu menatap penuh rasa malu. Sepertinya Jisung bukan menghawatirkan atau malah memikirkan ku sekarang. Namun, dia mungkin malu karena semua pasang mata sedari tadi menatap tepat kearah meja ku dengan Park Jisung ini.
Hal terbodoh yang di lakukan Park Jisung. Dia mengetahui aku tengah kesal. Bahkan aku sedari tadi menangis karena pemandangan tak mengindahkan itu. Lelaki bermarga Park itu malah membawaku ke kedai paman Moon. Gila!!
Jangan salahkan aku jika kini kami menjadi tontonan. Salahkan saja Jisung yang tak mengerti keadaan.Kuraih beberapa helai tisu, mengusap jejak air mata. Kami kemari memang untuk makan. Ah, tepatnya hanya Jisung yang makan. Karena faktanya, sedari tadi aku sibuk dengan aktivitas ku. Mengila di kedai paman Moon.
Sepertinya setelah aku tenang nanti, aku harus meminta maaf pada paman itu. Karena ulahku, bisa saja pengunjung enggan kembali kesana. Mungkin menyangka aku orang gila yang mengotori kedai. Mana mungkin ada orang yang mau makan dengan orang gila sepertiku."Jaemin!! Gue sumpahin ketabrak truk lo! Atau malah kejebur sungai Han aja! Pokonya matiiii!!!!"
Jisung menggelang-gelengkan kepalanya. Menelan makanan yang baru saja ia kunyah.
Lelaki itu menyentuh tanganku, tepatnya sedikit menekan. Mungkin bermaksud agar aku menghentikan acara ketuk-ketuk meja dengan sendok."Yu Na.. malu-maluin! Kamu jangan kaya gini"
Pandangannya beralih ke lantai, tepat dimana adanya tisu-tisu berserakan disana.
"Jangan habisin tisu paman Moon. Kamu ga malu dilihatin banyak orang?"
Aku mendengus sarkas, lantas menatap sekeliling. Benar, banyak orang yang sedari tadi menatapku. Ah, rasanya malu juga. Tapi apa boleh buat, aku terlanjur kesal!
"Sung. Lo ga ngerti! Gue benci sama Jaemin. Dia jahat sama gue" aku kembali mengusap jejak air mata itu.
Dan, tunggu.
Pandangan ku seketika teralihkan pada benda yang melingkar pergelangan tangan ku. Teringat jelas beberapa hari lalu saat lelaki itu mengajakku kemari. Meminta hadiah pada pemilik kedai karena berhasil menghabiskan ramen porsi besar. Sebuah gelang pasangan berwarna biru. Aku ingat Jaemin juga mengenakannya.
Lantas ku lepaskan benda itu dari pergelangan tangan ku. Memotongnya menggunakan kuku ku. Mudah sekali, bahkan aku tak mengira jika benda itu mudah putus. Kubuang begitu saja gelang itu. Sebagai tanda bahwa aku tak ingin lagi berurusan dengan si pemilik gelang lain. Na Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. The Ex || Na Jaemin
Teen Fiction❝Cerita ini ku tulis padanya dan tentangnya. Na Jaemin. Hei Na, terimakasih! Karenamu, aku mengerti bahagianya dicintai dan sakitnya ditinggalkan.❞