15. Prayer When It Rains

155 52 100
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Menghela nafasku samar. Menarik benda kecil dari laci meja, earphone. Lantas mengenakannya.
Kupandang aliran air hujan dari balik jendela kaca. Ya, hujan turun hari ini.

Park Jisung. Lagi-lagi kulirik kursi kosong di sampingku. Lelaki itu, sejak bell berdering beberapa waktu lalu, ia sempat mengatakan untuk pergi ke toilet. Entahlah, sudah hampir 15 menit anak itu tak kunjung kembali. Mungkin mampir sejenak ke kantin. Jisung bukanlah anak yang rajin mengganjal perut di pagi hari. Entah mengapa, yang kutahu, anak itu tak terbiasa untuk sarapan.

Kuraih buku tulis yang tepat berada sanding siku. Membuka sontak halaman belakang buku dengan sampul pastel itu. Menggambar.
Aneh, aku bukanlah seorang gadis yang ahli dalam bidang seni. Bahkan aku masih sangat kaku saat mencoba menggambar. Kini, aku hanya mencoret-coret buku itu. Entah namun, tapi ini menarik.

Mencoret-coret buku itu, mengikuti alunan musik yang mengalir melalui earphone yang menyumbat telingaku. Sepertinya aku asik dengan kegiatanku. Sembari menunggu Jisung kembali, ini tidak salah bukan.

Hingga akhirnya_

Aku terpelonjat. Satu sentuhan di bahu kanan berhasil membuatku terkejut. Bahkan aku sempat mengelus dadaku saking kagetnya. Entah sejak kapan aku menjadi gadis yang kagetan.

Menghela nafas samar, mengerjap-erjapkan mata beberapa kali. Seseorang yang baru saja menjadi pelaku bahkan lebih mengagetkan.

"Kaget?"

Aku mengumam, kembali melakukan aktivitas awal tanpa memperdulikan sosok ini.

"Ga ke kantin?"

Aku menggeleng membalas pertanyaan orang tersebut. Namun, tetap saja, pandangan ku tertuju pada gambar yang tengah ku selesaikan. Hingga akhirnya, satu bungkus roti serta satu kotak kecil susu di sodorkan.

Lelaki itu,

Na Jaemin. Dia memberi ku dua benda tersebut.

Aku menghentikan sejenak kegiatan itu, meraih earphone dari telingaku. Menatap sosok ini dengan kedua alis saling tertaut.

"Buat gue?"

Lelaki itu mengganguk, kembali menyodorkan benda itu padaku.
"Ambil, aku sengaja beli dobel. Selai coklat kok, kamu suka itu kan?"

Sebenarnya ragu untuk menerima pemberian pemuda ini. Namun, anak itu sekali lagi menyodorkannya, membuatku sedikit tak enak jika menolak. Apalagi, aku merasa sedikit lapar. Sudah beberapa hari bunda tak memberi ku bekal. Entahlah, akhir-akhir ini bunda terlalu sibuk.

[✓] 1. The Ex || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang