Malam ini, jam dinding telah menunjukan tepat pukul delapan malam. Dan, hujan turun cukup deras kali ini. Durasi hujan yang telah berlangsung selama hampir tiga puluh menit, cukup mampu membasahi seluk beluk kota Seoul.
Gemericik air yang mengalir melalui atap rumah, menimbulkan suara yang cukup nyaring sekaligus menenangkan.
Anak lelaki dengan surai legam. Na Jaemin.
Kini, tepat diatas bangsal kamar tidurnya. Jaemin menekuk kedua lututnya. Sembari membolak-balikkan benda di tangannya. Satu lembar kertas berwarna putih dengan adanya coretan kalimat dari sang penulis. Lembar tersebut sempat sebelumnya terlipat. Menyisakan sebuah lipatan dengan pola berpotongan.
Na Jaemin masih menatap benda itu. Pikiran lelaki itu kembali teralih. Ingatan nya kembali, tepat sebelum benda ini diberikan oleh gadis yang sore tadi di jumpainya. Yoo-Jung.
Jaemin masih tak mengira jika gadis itu masih menyimpan rasanya. Selama ini? Oh, hebat sekali perasaan gadis itu.
Kelas lima sekolah dasar, ya? Hmm, aneh pikir lelaki itu. Dulu, bahkan ia tak mengerti apa itu mencintai. Ia menganggap hubungan dengan gadis bernama Kim Yoo-Jung itu hanya sebatas candaan. Bahkan, Jaemin benar-benar lupa, apakah ia benar-benar menyukai Yoo-Jung atau tidak di kala itu.
Sebuah kejutan bagi Na Jaemin sendiri, jika hingga kini Kim Yoo-Jung masih menyukainya.
Hhh, perasaan wanita tak main-main, ya.
Beralih dari Kim Yoo-Jung. Na Jaemin kembali menghembuskan nafasnya berat. Anak laki-laki bermarga Na itu, merubah posisinya. Ia membaringkan tubuh diatas bangsal, dengan tangan kiri yang sengaja ia lipat tepat di belakang kepala dan menggunakannya sebagai bantalan.
Pikiran Jaemin kembali beralih. Kini, satu nama menetap pada ingatan lelaki bermarga Na, itu. Kim Yu Na.
Ya, Na Jaemin memikirkannya. Sebenarnya, lelaki itu terus memikirkan nama itu selepas pulang dari rumah sakit tadi. Jaemin merasa bersalah. Sangat bersalah.
Andai saja ia tak berbuat buruk pada gadis itu. Mungkin, kini ia tak harus memikirkannya. Jaemin menyesal! Memang benar, ketika ego lebih dipentingkan, serta perasaan kalut menguasai, kalimat apapun akan muncul tanpa terpikirkan.
Na Jaemin menyesal telah mengatakan hal buruk pada Kim Yu Na!
Jaemin menghembuskan nafasnya berat. Sempat ia ngusap wajahnya kasar menggunakan tangan kanannya.
Andai saja lelaki itu tak mementingkan ego nya. Andai ia berfikir sebelum bertindak. Andai ia memberikan kesempatan pada Yu Na, mengizinkan gadis itu berjalan beriringan dengannya dan bercerita random seperti biasanya.Namun, percuma saja. Kini semua itu hanya berakhir dengan kata andai.
Semua telah terjadi. Memang seperti ini adanya. Waktu tak mampu diputarbalikkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. The Ex || Na Jaemin
Teen Fiction❝Cerita ini ku tulis padanya dan tentangnya. Na Jaemin. Hei Na, terimakasih! Karenamu, aku mengerti bahagianya dicintai dan sakitnya ditinggalkan.❞