"Sebuah keseriusan saat aku mengatakan aku masih mencintaimu, dan berharap dapat kembali memilikimu. Apa kalimatku itu mirip sebuah candaan? Baiklah akan kubuktikan" -Na Jaemin
.
.
.
Lelaki bertubuh bersurai sedikit coklat itu mencomot sembarang makanan di dekatnya. Mata nya masih terfokus pada sebuah layar di depannya. Tangan kekar itu masih setia dengan joystick nya.
"Weh. Lo main nya jangan ngasal bangsat"
"Ga ngasal bang. Emang gini"
"Kaya gitu mau jebak gue malahan."
"Katanya jago. Ya pasti bisa lah"
"Bangsat lo Jaemin! Jangan nyerang napa dah. Diem ae, biar gue yang nyerang elo. Kualat Lo nanti"
"Anjing" lelaki bermarga Na itu membanting joystick nya. Cukup sebal, inilah konsekuensi jika bermain dengan Jung Jaehyun. Lelaki yang kini telah berumur 23 tahun itu memang masih kekanakan. Sikap nya yang egois serta ingin menang sendiri membuat Jaemin cukup kesal.
Seperti ini. Jaehyun memintanya untuk mengalah main PS, padahal hari-hari biasanya ia telah rela mengalah demi kakak sepupu tak tahu diri itu.
"Weh. Lo ngapa sih bangsat. Asal banting aje Lo. Mahal itu, rumah Lo ga bakal cukup buat gantiin" Jaehyun kembali melahap keripik di sandingnya.
"Bacot amat bang"
Jaemin beranjak dari tempatnya. Mengayunkan kakinya ringan menjauh dari tempat semula. Hal itu cukup membuat kening Jaehyun berkerut. Memandang penuh heran pada punggung sosok Na Jaemin yang mulai menjauh. Jaehyun pikir anak itu tengah kesal karena ia terus menekan agar mengalah.
"Mana lo?"
"Pulang. Males gue disini malah jadi babu"
***
"Sung, pinjem catatan kimia dong. Kemaren gue belum selesai nulis"
Park Jisung terlihat menghela samar, lantas seulas senyuman muncul di bibirnya. Lelaki itu menyodorkan buku tulis bersampul kertas dengan warna coklat kepadaku.
"Memangnya masih banyak yang belum kamu nulis?"
Aku mengulum bibir. Lantas ku amati catatan ku waktu itu. "Ga banyak-banyak banget sih"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. The Ex || Na Jaemin
Novela Juvenil❝Cerita ini ku tulis padanya dan tentangnya. Na Jaemin. Hei Na, terimakasih! Karenamu, aku mengerti bahagianya dicintai dan sakitnya ditinggalkan.❞