-Episode Terakhir-
Bel belum lama berdering. Kini aku melangkahkan kaki keluar dari pintu kelas. Aku sempat menjadi siswi terakhir yang meninggalkan kelas. Oh, itu karena aku melaksanakan tugas piket hari ini.
Park Jisung? Hmm, pemuda itu tengah berada di ruang latihan saat ini. Katanya, hari ini seleksi pemilihan peserta olimpiade. Kuharap lelaki itu terpilih. Ia sudah lama menginginkan hal ini.
Aku berjalan menuju loker kali ini. Ah, tepat di tangan ku membawa tumpukan buku literasi dari perpustakaan. Ini dipinjamkan pada setiap murid. Aku membawanya dan akan meletakkan ini kedalam loker. Cukup berat untuk dibawa pulang.
Mengingat Jaemin?
Pemuda itu tengah berada di ruang guru sekarang. Dia sempat melanggar peraturan saat jam pelajaran. Jaemin tak mengerjakan tugas dan tertidur tadi. Oh, sungguh anak itu. Kuharap ia tak membantah ucapan guru-guru lagi.
Seperti nya lucu. Pagi tadi, saat aku berjalan beriringan dengan Jaemin. Dan kami memasuki kelas, banyak pasang mata yang memperhatikan kami. Bahkan sebagian mereka bertanya. Tentu saja aku memberi tahu mereka hal yang sebenarnya.
Oh, tenang saja. Aku sudah bertemu Lucas tadi. Dan dia telah meminta maaf. Sebenarnya aku sedikit tak suka akan caranya. Dia telah berbuat salah, dan dengan mudahnya berucap maaf.
Mengatakan maaf itu mudah bukan? Ketika kau melakukan kesalahan besar. Kau hanya perlu mengucap maaf agar orang yang kau sakiti memaafkanmu.
Aku merogoh saku rok. Mengambil sebuah kunci dari sana. Lantas, menggunakan benda itu untuk membuka loker milikku. Sesaat setelah pintu kecil itu terbuka. Aku memasukkan beberapa buku tadi.
Hmm, aku sempat merapikan isi loker ku. Tak banyak barang milikku hanya saja, itu lumayan berantakan. Aku bahkan tak suka memandangnya.
Sesaat ketika aku menata isi loker ku. Terdengar sebuah langkah kaki mendekat. Aku tak tahu siapa itu, mungkinkah itu Jaemin? Namun, sepertinya bukan. Karena arah suara itu berlain arah dengan Na Jaemin.
Aku menutup pintu kecil itu. Dan pandangan ku teralihkan. Tak jauh dari ujung sana, sosok lelaki tengah berjalan mendekat.
Sepertinya langkah kaki sebelumnya milik lelaki ini.
Dia, kak Soobin.
Kakak kelas ku.
Aku memandangnya. Pria itu berjalan mendekat, ia sempat melambaikan tangannya padaku. Awalnya aku tak tahu siapa yang mendapat lambaian itu. Hingga aku sempat menoleh kebelakang, kukira akan ada orang lain disana. Rupanya tidak.
"Yu Na"
Aku menyernyit. Kak Soobin kini berdiri tepat di depan ku. Pemuda ini cukup tinggi dan aku hanya sebatas dada miliknya.
"Ada apa kak?"
Kak Soobin tersenyum menampilkan sebuah lesung pipi di wajahnya. Oh, ini manis sekali.
"Sendirian aja nih?"
Aku sempat menggumam sejenak "iya, kak. Tadi ada piket kelas soalnya"
Choi Soobin mengganguk samar. Hingga, pemuda ini menyodorkan sebuah amplop kecil padaku. Aku tak tahu apa ini. Bahkan aku sempat terkejut saat tiba-tiba kak Soobin memberikannya. Aku tak kunjung menerimanya.
"I-ini apa, kak?"
Sejenak lelaki ini menghembuskan nafasnya berat. Hingga, ia tersenyum samar kemudian.
"Ambil ini! Ini dari Yoo-Jung. Dia sempet nulis ini buatmu. Yoo-Jung berangkat keluar negeri hari ini. Adiknya sakit parah. Keluarganya pindah supaya adiknya mendapatkan perawatan lebih demi kesehatannya"
Kedua alisku menyatu seketika. Kuterima benda itu. Aku bahkan tak tahu jika Yoo-Jung memiliki adik. Pantas saja aku tak melihatnya sejak kemarin.
Kak Soobin akhirnya pergi setelah aku menerimanya. Aku sempat mengucapkan kata terimakasih sebelum lelaki itu pergi.
Masih di tempat itu. Perlahan aku buka amplop pemberian kak Soobin. Membukanya dengan hati-hati dan mengeluarkan isinya.
Yu Na.. aku menulis ini malam hari. Esok aku akan pergi, adikku sakit jadi aku harus pindah sekarang. Yu Na, maaf jika selama ini aku memiliki salah ke kamu. Aku merasa tak enak setiap kamu pergi dan memintaku pulang bersama Jaemin. Kami hanya sebatas teman.
Yu Na, aku pengin kita deket. Aku pengin menjadi temanmu. Tapi aku lupa meminta nomor telepon mu pada Jaemin. Nanti aku akan meminta Soobin buat minta ke Jaemin.
Aku berharap nanti kita bisa bertemu lagi Yu Na.
Sampai disini aku minta maaf. Sampai bertemu di lain hari Kim Yu Na.-Kim Yoo-Jung
Aku kembali melipat kertas itu. Setalah aku membacanya. Hmm, memang benar kata Jaemin. Yoo-Jung gadis yang baik. Salah besar aku sering berburuk sangka padanya.
"Yu Na!"
Aku memasukkan kertas itu kedalam tas sontak. Jaemin tak jauh dariku. Dia berjalan kemari sekarang.
"Ngapain?" tanyanya.
"Eh? Enggak kok. Udah selesai?"
Dia mengganguk. Lantas kami berjalan menyelusuri koridor.
"Eh, Na!"
Jaemin menoleh, menatapku kini. Ia sempat mengerutkan dahi.
"Hmm, ada nomor telepon nya Yoo-Jung ga? Minta dong"
Jaemin terkekeh "tumben" ia menggumam "nanti, aku kasih"
"Bener loh, Na!"
Jaemin tersenyum dan akhirnya mengganguk.
Aku tersenyum samar atas itu. Karena mulai dari sini, aku ingin mencoba mendekatkan diri dengan Kim Yoo-Jung pula. Dia baik, aku ingin berteman dengannya. Dan, juga.. aku ingin meminta maaf karena aku pernah berfikir buruk akan dirinya.
-the end-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. The Ex || Na Jaemin
Teen Fiction❝Cerita ini ku tulis padanya dan tentangnya. Na Jaemin. Hei Na, terimakasih! Karenamu, aku mengerti bahagianya dicintai dan sakitnya ditinggalkan.❞