5. Mental Ilness

1.3K 88 23
                                    

Trigger Warning🚫

Content bad judgement and bad behavior to woman.

***

Menurut dokter yang visit di sore hari, Zaki diberitahukan bahwa Dinda terlalu kelelahan pasca operasi.

Seharusnya gadis itu istirahat dahulu beberapa hari, baru mengambil job.

Tentu saja, Dinda tidak jadi tes EKG karena dia tidak bersedia di tes dan malah meminta keluar rumah sakit sesegera mungkin. Bisa-bisa, otaknya panas karena overthinking.

Karena dari dokter pun mengizinkan, memang tidak ada sesuatu yang fatal dalam tubuh Dinda, gadis itu betulan pulang menunggu infusnya habis.

Sebagai walinya di waktu itu, tentu saja Zaki terkejut mendengar Dinda pascaoperasi. Pasalnya, gadis itu pamit pulang ke Bali, bukan mau berobat. Dinda juga terlihat sehat-sehat saja selama ini.

Begitu ditanya, Dinda beralibi bahwa dirinya mengalami kecelakaan di kolam renang hingga tenggelam. Dan karena air yang masuk ke paru-parunya terlalu banyak, Dinda harus menjalani prosedur operasi untuk mengeluarkan cairan tersebut. Karena memang, Dinda memiliki gangguan anatomis khusus yang terkait. Jadi karena itu prosedur operasi dilakukan.

Tak berhenti di sana, setelah diizinkan pulang, Dinda dengan tidak tahu dirinya malah mau menginap di apartmentnya.

Dan Zaki, lelaki itu tidak bisa menolak. Tentu saja, setelah izin dengan istrinya.

Karena itu, pagi-pagi buta, Milli—istri Zaki yang memang kebetulan ada di Menteng, menyiapkan sarapan untuk Dinda sekalian—dengan dibantu suaminya. Semalam suaminya sempat bercerita kalau Dinda sakit dan harus mengonsumsi obat.

"Belum bangun juga, Mas?" Milli yang selesai membuat sarapan bertanya lembut kepada sang suami.

"Sudah, tapi males."

Milli geleng-geleng, berjalan menghampiri sang suami, sementara Dinda yang bergelung selimut di kasur lantai tetap tidak mau bangun. Padahal aslinya, dia memang sudah bangun.

"Istirahat dulu, Yang." Zaki menarik tangan Milli lembut, diminta duduk di sisinya.

"Masih mabok?" tangan kekar Zaki terulur, mengusap perut sang istri sayang. Kemudian mencondongkan tubuhnya, hendak mencium perut, tapi dadanya ditahan oleh Milli.

"Ada Dinda," bisiknya.

Lelaki itu menghela nafas pasrah, kemudian menarik tubuhnya menjauh, tapi tangannya setia mengusap perut sang istri yang berisi.

"Aku pulang ke Tangerang duluan ya, Mas. Pulang sama Adek."

"Tumben weekdays ke Tangerang?"

"Maryam masuk rumah sakit. Aku sekalian jaga, nemenin Adek. Semalam dia ada urusan, terpaksa Maryam ditinggal sama Ibuk sama Ucik."

"Innalilahi, lhoh, minggu kemarin baik-baik aja waktu main ke rumah sama suaminya."

"Baru masuk Senin malem."

"Aku ikut balik Tangerang, mau kabarin orang Kuningan dulu."

Milli tidak mencegah karena dia tahu suaminya tidak akan berubah pikiran.

"Adekmu sampai ke sini kapan?"

"Sebentar lagi mungkin. Tadi ba'da Subuh mau berangkat katanya."

"Posisi di rumah Karet?"

"Iya,"

"Kasian. Kita temani saja nanti, sekalian kamu periksa."

Milli manggut-manggut saja.

Human DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang