Doc: Kompas.com
Dunia baru saja dibuat heran oleh pasangan Elon Musk dan Grimes yang menamai anak laki-laki mereka dengan nama unik, yakni X Æ A-12 Musk. Bukan hanya berbeda, nama anak CEO SpaceX dan Tesla itu juga sulit diucapkan.
Padahal, lebih dari sebuah panggilan, nama menyimpan nilai-nilai psikologis yang dapat menentukan kepribadian dan masa depan anak kelak. Apa pengaruhnya?
Mungkin saat ini, penamaan anak adalah salah satu keputusan sulit yang harus dipikirkan matang-matang oleh orangtua karena akan berdampak pada anak seumur hidupnya.
Anda tentu ingin memberi nama dengan arti paling bagus dan mencerminkan harapan pada sang anak.
Banyak orangtua menamakan anak mereka berdasarkan saran dari orangtua mereka. Ada juga yang meniru nama tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Ada juga yang mencari nama anak yang paling unik dan modern. Anda termasuk yang mana?
Di balik nama anak perempuan dan laki-laki yang unik dan modern
Sekitar 20 tahun yang lalu, nama Ayu, Reza, atau Putri adalah nama yang umum dan mungkin sudah dianggap paling relevan di masanya. Pelafalannya tak susah, dan memiliki makna yang bagus.
Akan tetapi, nama-nama ini semakin jarang kita jumpai di absen sekolah anak TK atau SD sekarang.
Pasalnya generasi Ayu dan Reza tadi kini sudah jadi orangtua. Sebagai orangtua milenial, banyak yang merasa nama mereka terlalu sederhana.
Tidak sedikit dari mereka yang kemudian menjadi terobsesi untuk menamai anak mereka seunik mungkin, kalau bisa anak mereka adalah satu-satunya yang memiliki nama tersebut.
Menurut Laura Wattenberg, pencipta situs Baby Name Wizard yang menyediakan nama bayi dan artinya, orangtua zaman dulu menamai anak mereka dengan nama sederhana, dengan harapan agar anak mudah berbaur dengan teman-teman dan lingkungannya.
Namun kini, orangtua cenderung menginginkan anak mereka untuk lebih menonjol daripada yang lainnya. Mereka khawatir dengan nama yang biasa, anak mereka pun akan jadi orang yang biasa-biasa saja.
Wattenberg menghubungkan perubahan budaya dengan beberapa faktor, termasuk pengenalan statistik nama bayi dan maraknya penggunaan media sehingga akses informasi untuk pilihan nama lebih beragam dibandingkan dahulu.
Tak hanya di Indonesia, di Amerika atau Inggris pun trennya sama. Menurut banyak orangtua kekinian, menjadi otentik adalah nilai yang menggambarkan status sosial seseorang.
Jadi tak heran jika ada orangtua zaman sekarang ingin menamai anak mereka dengan nama-nama yang selangka mungkin, untuk menunjukkan status sosial mereka sebagai orang yang melek informasi di dunia modern ini.
Nama bisa menimbulkan kesan lembut dan keras dari seseorang
Berdasarkan suatu studi dari Columbia University, nama anak perempuan dan laki-laki dapat dibedakan berdasarkan cara nama itu dilafalkan.
Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa kita menilai kesan gender berdasarkan fonemnya. Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna, contohnya kata ‘harus’ dan ‘arus’, ‘bara’ dan ‘para’.
Di antara fonem, ada beberapa konsonan yang jika diucapkan maka akan mengeluarkan getaran di pita suara disebut konsonan voiced. Lalu ada konsonan unvoiced yang jika diucapkan tidak menghasilkan getaran.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa nama dengan fonem yang terdiri dari konsonan voiced memberikan kesan lebih keras dibandingkan nama dengan fonem konsonan unvoiced yang memberikan kesan lembut.
Contohnya, Fani dan Dani atau Sheila dan Zoro. F dan S adalah konsonan unvoiced, sedangkan D dan Z adalah konsonan voiced.
Jika ingin citra anak nanti sesuai dengan sifat jenis kelaminnya, mungkin Anda bisa menuruti cara penamaan berdasarkan hasil studi tersebut.
Namai anak perempuan dengan fonem p, k, t, ch, f, th, s, sh, atau h, jika ingin anak dinilai lembut. Namun, jika ingin image keras sebagai laki-laki, sebaliknya coba namai anak dengan fonem b, g, d, j, v, z.
Nama dapat mencerminkan tampilan wajah
Studi lainnya yang meneliti tentang makna sebuah nama, terdiri dari delapan penelitian yang dilakukan di dua negara (Perancis dan Israel).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah orang dapat mengidentifikasi nama seseorang yang belum pernah mereka temui hanya dengan melihat wajah mereka.
Setiap percobaan menunjukkan bahwa para peserta memiliki tebakan yang tepat dalam mencocokkan nama dengan wajah, dengan tingkat akurasinya hingga 40 persen.
Misalnya, orang lebih cenderung membayangkan seseorang bernama Bob memiliki wajah yang lebih bulat daripada orang yang bernama Tim.
Karakteristik tertentu dalam sebuah huruf dapat menimbulkan kesan tertentu pula pada wajah seseorang.
Menurut peneliti studi ini, Ruth Mayo, temuan tersebut menunjukkan bahwa penampilan wajah mewakili harapan masyarakat tentang bagaimana seseorang dengan nama tertentu seharusnya terlihat.
“Kita tunduk pada struktur sosial sejak dilahirkan, tidak hanya berdasarkan gender, etnis, dan status sosial ekonomi, tetapi oleh pilihan sederhana yang dibuat orang lain dalam pemberian nama kita,” ujar Ruth.
Nama bisa memengaruhi pilihan hidup seseorang
Menurut psikolog Amerika Dr. Brett Pelham, manusia memiliki kecenderungan untuk mengikuti profesi dengan nama depan mereka.
Contohnya Laura akan memilih pekerjaan sebagai lawyer atau pengacara, dan Dennis akan memilih pekerjaan sebagai dentist atau dokter gigi.
Temuan ini diterbitkan Pelham dalam sebuah jurnal penelitian berjudul Why Susie Sells Seashells by the Seashore.
Jurnal ini menggambarkan bagaimana huruf-huruf pada nama kita dapat memengaruhi pilihan hidup, selain pekerjaan, tempat di mana seseorang tinggal juga dipengaruhi oleh huruf dalam nama mereka.
Untuk penelitian ini, Pelham mengumpulkan catatan sensus yang diarsipkan dari negara bagian AS tenggara.
Ketika dia meneliti catatan pernikahan, dia juga menemukan bahwa nama juga dapat memengaruhi siapa yang akan kita pilih untuk dinikahi.
Orang-orang dengan nama keluarga yang sama seperti Smith lebih mungkin untuk menikahi Smith yang lain daripada seorang Johnson.
Efek huruf pada nama ini menurut Pelham disebabkan oleh sesuatu yang disebut 'egoisme implisit'. Dengan kata lain, kita semua secara tidak sadar tertarik pada hal-hal yang mengingatkan kita pada diri kita sendiri - termasuk huruf-huruf dalam nama kita.
Jadi, jika ingin merujuk pada penelitian Pelham tersebut, mulailah menamai anak Anda dengan huruf-huruf yang terdengar sama dengan profesi atau jodoh yang Anda harapkan akan Ia pilih kelak.
Misalnya, Anda berharap anak menikah dengan anggota keluarga kerajaan Inggris, maka namailah Ia dengan nama belakang Windsor.
Nama bagi anak adalah bentuk doa dari orangtua, ke depannya nama akan memengaruhi hidup anak dalam jangka yang panjang, bijak dalam memilih nama berarti bijak dalam menanamkan doa pada anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psikologi Harianku
Non-FictionEdukasi tentang psikologi dari berbagai sumber. Yukk yang mau jadi psikolog atau psikiater atau bahkan sudah menjadi keduannya,luangkan waktu sebentar untuk menambah atau mengulang wawasan kita^^